Mohon tunggu...
Winda Krisnadefa
Winda Krisnadefa Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

meet me here: www.kampungfiksi.com dan http://emakgaoel.blogspot.com/ grab my new novel: Macaroon Love (Mizan Qanita) in book stores now!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Mau Kamu, Titik!

19 Februari 2012   12:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kenapa tiap bulan nasib gue selalu begini, sih? Sebenarnya apa salah gue sampai harus mengalami nasib kayak begini? Gue rasa, gue udah cukup manis selama hidup di dunia ini. Gue nggak pernah macem-macem. Gue selalu nurut sama lo. Gue selalu makan apa aja yang lo beliin buat gue. Gue selalu pergi tidur tepat waktu, sesuai keinginan lo. Malah gue selalu siap bertarung demi menjaga kehormatan lo, orang yang gue sayang. Kurang apa gue?
Kurang apa gue sampai tiap bulan gue harus babak-belur kayak gini? Tapi dasar gue emang manis banget, gue nggak pernah marah diperlakukan begini sama lo. Gue rela, ikhlas, entah kenapa. Mungkin gue bego, tapi biarin, deh! Gue nggak peduli. Asal lo tetep kasih gue apa yang gue butuhin, apa aja akan gue lakukan. Toh, tiap gue babak-belur, lo malah jadi tambah sayang sama gue. Lo jadi lebih perhatian ke gue. Lo jadi lebih merhatiin makan gue. Bahkan lo nggak segan-segan nungguin gue sampai ketiduran di kamar gue.
Ah, jadi bingung gue. Sebenarnya lo itu sayang atau nggak sih sama gue? Di satu sisi, lo biarin aja gue sampai berdarah-darah babak-belur. Kadang-kadang lo malah ikut-ikutan nyorakin gue kalau gue udah mulai nggak bisa ngelawan lagi. Tapi di sisi yang lain, lo selalu perhatian sama semua yang menyangkut hidup gue. Lo tau nggak, lo itu udah bikin hati gue terombang-ambing, galau men, galaauu!!!

Sekarang lo bawa lagi gue ke tempat biasa. Tempat biasa gue akan jadi bulan-bulanan sampai babak-belur nggak karuan. Gue takut sebenarnya, tapi gue nggak berani bilang ke lo. Gue lebih takut lo marah sama gue, terus lo malah mencampakkan gue. Oh tidak, tidaaak! Jangan campakkan gue ya, please! Gue janji akan selalu nurut sama semua kemauan lo. Gue akan nurut sama semua perintah lo. Gue nggak bisa bayangin gimana hidup gue tanpa lo.
Hari ini lo agak sedikit beda. Muka lo tegang banget waktu bawa gue ke tempat biasa. Lo terus-terusan ngelus-ngelus kepala gue. Kadang-kadang lo peluk gue, terus lo cium kepala gue. Gila, perasaan gue nggak enak banget, nih!
Suara orang teriak-teriak udah mulai kedengeran sama gue di kejauhan. Gue nggak bisa nahan badan gue gemetaran. Gue takut, tapi nggak berani bilang. Seperti biasa. Nyaris gue teriak ngeliat pemandangan mengerikan di depan mata gue. Darah berceceran di mana-mana. Tapi percuma teriak, lo nggak akan mau ngerti ketakutan gue. Lo emang egois, dan gue nggak pernah bisa ngelawan keegoisan lo.
Lo membisikkan sesuatu ke gue, sebelum gue mulai. Sampai merinding gue mendengar suara lo yang dingin tanpa perasaan itu.
“Aku mau kamu menang, tahu! Pokoknya, aku mau kamu, menang! Titik! Kalau nggak aku goreng kamu! Duit taruhannya gede banget ini!”
Di mana emak gue saat gue ketakutan begini? Kok emak gue tega banget biarin anaknya jadi ayam aduan gini, sih? Emaaak! Oh, gue lupa, emak gue udah dibeli sama Haji Dulah sebulan yang lalu. Mungkin sekarang emak udah jadi rendang ayam.
(Iseng-iseng posting, udah pernah di-post di sini) :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun