Mohon tunggu...
Winda Rachmainda Firdaus
Winda Rachmainda Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Hukum STH Indonesia Jentera

Senang menulis isu-isu politik, sosial, dan hukum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar bagi Pelajar Indonesia Timur: Menilik Penerapan Pemerataan Pendidikan di Kabupaten Lembata

30 April 2022   20:08 Diperbarui: 30 April 2022   20:18 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Konstitusi telah menjamin hak atas pendidikan bagi warga negara Indonesia melalui pasal 31 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Amanat konstitusi ini kemudian di atur lebih lanjut melalui Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mana pasal 1 angka (1) ketentuan ini mendefinsikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Definisi ini tentunya menekankan peran negara untuk memenuhi hak atas pendidikan warga negara demi terciptanya kualitas sumber daya manusia yang baik di Indonesia. Namun, dalam praktiknya kualitas pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih rendah. Berdasarkan angka Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2018 Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 79 negara.

Skor membaca Indonesia berada pada posisi 6 terbawah. Kondisi ini diperparah dengan kehadiran pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Selanjutnya, menanggapi situasi yang menjadi keresahan bersama tersebut Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim akhirnya membuat program merdeka belajar melalui kurikulum merdeka. Merdeka belajar secara definisi adalah upaya untuk memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, merdeka dari birokratisasi dan siswa diberi kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai.

Semangat yang dibawa oleh kurikulum Merdeka ini tentunya memberikan harapan besar untuk kemajuan kualitas SDM di Indonesia. Namun bagaimana dengan realisasinya? apakah Merdeka belajar ini dirasakan oleh seluruh pelajar di Indonesia? Tentu hal ini perlu menjadi perhatian serius untuk memastikan bahwa negara benar-benar menjamin hak atas pendidikan bagi masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. 

Untuk meninjau eksistensi pelaksanaan program Merdeka Belajar, tulisan ini akan membahas realisi program Merdeka Belajar di Kabupaten Lembata. Sebagaimana diketahui bersama bahwa Lembata terkenal akan pesona keindahan wisata alamnya. Tentu jika ditinjau dari sisi ekonomi dan kreatif kabupaten Lembata ini memiliki potensi menjadi daerah maju dengan terus mengembangkan kekayaan alam yang dimilikinya. Namun bagaimana dengan sisi pendidikannya? Mengingat bahwa Lembata dikategorikan ke dalam daftar daerah tertinggal di Indonesia pada periode 2020-2024, yang artinya daerah ini masih jauh dari kemajuan pembangunan baik infrastruktur maupun SDM. Apakah program merdeka belajar juga dirasakan oleh pelajar di Lembata? Kabupaten Lembata sendiri merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Lembata tahun 2021, penduduk di kabupaten ini berjumlah 135.930 jiwa (2020), dengan kepadatan 107 jiwa/km2. Jika merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah tertinggal tahun 2020-2024, Kabupaten Lembata berada pada urutan ke-15 dari 62 daftar daerah tertinggal di Indonesia. Daerah tertinggal sendiri di definisikan sebagai daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.

Kemudian jika berbicara soal pendidikan di Kabupaten Lembata, ada dua hal menarik yang patut diperhatikan di tengah program Merdeka Belajar yang giat digerakan oleh pemerintah. Pertama terkait dengan literasi, sebagaimana kita pahami bersama bahwa literasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan di sekolah guna memupuk minat dan bakat dalam diri peserta didik sejak usia dini. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata Anselmus Asan Ola, pertahun 2020 minat baca masyarakat di kabupaten Lembata baru di angka 20 persen, artinya minat baca masyarakat masih sangat rendah. Situasi ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya literasi, kekurang pahaman ini diantaranya disebabkan oleh minimnya bimbingan teknis literasi di sekolah-sekolah bagi peserta didik, minimnya ketersediaan sarana literasi di daerah dan minimnya inovasi program literasi di daerah. 

Kedua, kesulitan akses internet sebagai sarana belajar bagi peserta didik di Lembata. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada awal era pandemi covid-19 kegiatan konvensional di Indonesia berubah hampir 100% menjadi kegiatan berbasis online atau daring, hal ini dilakukan guna menekan penyebaran covid-19. Perubahan ini terjadi hampir di seluruh sektor kehidupan masyarakat baik di sektor ketenagakerjaan, administrasi pemerintahan, administrasi ekonomi, hingga sektor pendidikan. Sayangnya perubahan ini tidak terfasilitasi dengan baik di Lembata. Pada 2020, puluhan siswa SMPN 3 Ile Ape Timur Satu Atap Hamahena, di Kabupaten Lembata terpaksa harus bertaruh nyawa untuk bisa mengikuti ujian berbasis online di daerah. Sebanyak 18 siswa SMPN 3 Ile Ape Timur Satu Atap Hamahena harus mendaki gunung sejauh 2 km hanya untuk mendapatkan jaringan internet. Kondisi ini tentunya berbahaya bagi siswa dan guru pendampingnya, ditambah saat itu sedang terjadi erupsi di Gunung Api Ile Lewotok yang mengakibatkan terjadinya dentuman keras serta gemuruh gunung yang berpotensi mengeluarkan material vulkanik kapanpun. Tentu situasi ini selain berbahaya juga berpotensi mengakibatkan hilangnya fokus para siswa yang sedang ujian berbasis online karena mencemaskan kondisi sekitarnya. Menurut keterangan salah seorang siswa di SMP tersebut, memang sudah sejak lama beberapa desa di kecamatan Ile Ape Timur termasuk beberapa sekolah hidup tanpa ada jaringan internet. 

Selain mendaki gunung, para siswa di Desa Lamagute juga harus keluar masuk hutan dan naik turun bukit untuk mencari jaringan di atas ketinggian kampung mereka demi kelancaran pengerjaan ujian daring. Situasi ini terus terjadi mulai dari pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hingga penilaian tengah semester (PTS). Menanggapi situasi ini, upaya maksimal telah dikerahkan oleh Kepala Sekolah SMPN 3 Ile Ape Timur Satu Atap Hamahena di tengah keterbatasan yang di miliki dengan memboyong para siswa ke Kota Lewoleba hanya untuk mendapatkan akses internet yang baik. Kepala Sekolah tersebut berharap adanya sentuhan jaringan internet di tempatnya mengajar karena hal ini penting untuk mendukung capaian pendidikan yang baik.

Situasi yang sama juga dirasakan oleh para siswa SMKN 1 Ile Ape Kabupaten Lembata saat melaksanakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis android pada tahun ini. Pelaksanaan USBN berbasis android dilakukan menggunakan sebuah aplikasi bernama Exambro untuk menampilkan soal dan lembar kerja bagi peserta ujian. Menurut ketua Panitia USBN SMKN 1 Ile Ape, Paulus Geradus Hurint pelaksanaan USBN tersebut telah dipersiapkan dengan baik dan matang, sebelum ujian dimulai seluruh tablet dan handpone siswa di pasang perangkat Exambro untuk memudahkan proses ujian. Selain itu, semua guru mata pelajaran mengikuti bimbingan teknis terkait USBN berbasis android. Namun pada pelaksanaan USBN berlangsung, jaringan internet masih menjadi kendala utama yang dihadapi para siswa saat mengerjakan USBN. Jaringan Internet di Kecamatan Ile Ape memang sering kali bermasalah. Kondisi ini membuat pelaksanaan ujian online menjadi terhambat. Siswa yang telah mempersiapkan diri dengan baik untuk mengerjakan USBN merasa kecewa karena sering mengalami gagal koneksi pada saat pengerjaan. Tentu situasi ini lagi dan lagi menyebabkan pelajar merasa panik dan hilang fokus pada saat jam ujian berlangsung. 

Dari pembahasan di atas tentu dapat dilihat bahwa program Merdeka Belajar belum benar-benar dirasakan oleh para siswa di Kabupaten Lembata terkhusus mereka yang tinggal di kecamatan terpencil. Esensi merdeka belajar adalah memberikan kesempatan belajar secara bebas dan nyaman kepada siswa untuk belajar dengan tenang, santai, dan gembira tanpa tekanan dengan memperhatikan bakat alami yang mereka miliki tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar kemampuan mereka. Tentu secara logis esensi merdeka belajar ini tidak akan terealisasi bilamana dari sisi pemerataan pendidikan di Lembata belum benar-benar terwujud dengan baik. Sulitnya akses internet serta minimnya angka minat literasi masyarakat di Lembata menunjukan masih terjadinya kesenjangan pendidikan di daerah tersebut bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Situasi ini membutuhkan perubahan, pemerintah harus dapat memastikan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai hingga ke pelosok Indonesia. Jaringan internet merupakan hal yang krusial dan sangat dibutuhkan saat ini dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa siswa merasa sangat kesulitan untuk melaksanakan ujian sekolah berbasis online karena jaringan internet tidak sampai ke daerah-daerah tempat tinggal mereka. 

Pemerataan pendidikan sendiri menekankan pada kesempatan bagi anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan keadilan dalam memperoleh pendidikan yang sama dalam ruang lingkup masyarakat. Bila umumnya pelajar di pulau Jawa dapat belajar dengan baik dan tenang tanpa memikirkan sulitnya mengakses koneksi jaringan internet maka hal yang sama juga harus dirasakan oleh pelajar di Timur Indonesia terkhusus di Lembata. Dengan demikian akan tercipta suasana belajar yang tenang, nyaman, dan menyenangkan sehingga memudahkan para siswa di Lembata untuk mengetahui dan mengenal bidang pendidikan yang mereka minati. Proses belajar yang dijalani dengan cara menyenangkan memungkinkan siswa mampu mengingat materi lebih banyak dan lebih lama, dengan kata lain tingkat retensinya lebih kuat. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, merdeka belajar pada gilirannya menghasilkan kreativitas yang merupakan elemen penting bagi sebuah kemajuan. Sehingga diharapkan bilamana program Merdeka Belajar ini terlaksana dengan baik di Lembata akan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul yang dapat memajukan daerahnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun