Mohon tunggu...
Winda Diyanti
Winda Diyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Saya suka membaca dan menulis saya juga suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif dan Pendekatan Konstruktivisme

6 November 2024   22:02 Diperbarui: 6 November 2024   22:07 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Belajar Kognitif
Psikologi kognitif memiliki dua konotasi, yakni dapat diartikan sama dengan istilah kognisi
(cognition), dan sebagai pendekatan kognitif (cognitive approach) dalam psikologi. Istilah
kognitif (cognitive) berasal dari kata cognitive atau knowing berarti konsep luas dan inklusi yang
mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan, organisasi/penataan dan
penggunaan pengetahuan. Teori kognitif meliputi kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti
berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: sikap, kepercayaan, dan
pengharapan, yang kemudian itu merupakan factor yang menentukan di dalam perilaku.
Teori belajar kognitif adalah salah satu teori belajar yang sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan dalam mendidik dan mengajar. Teori ini berbeda dan menentang teori behavioristik
yang memandang belajar sebagai kegiatan makanistik antara stimulus dan respon. Aliran kognitif
memandang belajar lebih dari sekedar melibatkan stimulus dan respon, tetapi juga melibatkan
kegiatan mental di dalam individu yang sedang belajar.


 Prinsip Dasar Psikologi Kognitif
Prinsip dasar psikologi kognitif mencakup beberapa aspek penting yang menjelaskan
bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Berikut adalah prinsip dasar
psikologi kognitif:
1. Belajar Aktif
Proses belajar dalam psikologi kognitif menekankan bahwa individu harus terlibat secara
aktif dalam pembelajaran.
2. Belajar Melalui Interaksi Sosial
Interaksi dengan orang lain sangat penting dalam proses belajar. Melalui diskusi dan
kolaborasi, individu dapat memperluas perspektif dan mendapatkan wawasan baru yang
memperkaya pengalaman belajar mereka.
3. Belajar Melalui Pengalaman Sendiri
Individu cenderung mengingat informasi lebih baik ketika mereka dapat mengaitkannya
dengan pengalaman hidup mereka sendiri, yang membantu membangun koneksi yang
lebih kuat dengan materi.
b. Discovery Learning Bruner
Menurut Bruner manusia sebagai pemikir, pemroses, dan pencipta informasi. Oleh karena itu,
Bruner memusatkan perhatian pada sesuatu yang dilakukan manusia sesuai dengan informasi
yang diterimanya untuk mencapai suatu pemahaman yang bermakna.

Implikasi Teori Kognitif Dalam Proses Pembelajaran dan Pengajaran
Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran dan pengajaran, di antaranya guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Implikasi teori perkembangan kognitif Jean Piaget dalam proses pembelajaran adalah:
- Bahasa dan cara berpikir peserta didik berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu,
guru mengajar menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir peserta didik.
- Peserta didik akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu peserta didik agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari peserta didik hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan peluang agar peserta didik belajar sesuai tahap perkembangannya.
 Di dalam kelas, peserta didik hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.


 Pendekatan Konstruktivisme
Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya
membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran.
Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa
akan meningkat kecerdasannya.


Prinsip-prinsip Dasar Konstruktivisme
Savery dan Duffy (Goldman, 2006) menjelaskan delapan prinsip-prinsip konstruktivis,
yaitu: 1) Mengaitkan semua aktivitas pembelajaran dalam perkembangan kemandirian terhadap
semua masalah atau tugas; 2) Mendukung siswa dalam perkembangan kemandirian untuk
semua masalah dan tugas; 3) Merancang tugas yang otentik; 4) Rancang lingkungan tugas dan
pembelajaran untuk merefleksikan kompleksitas dari lingkungan bahwa siswa harus dapat
menggunakannya pada akhir masa belajarnya; 5) Memberikan siswa kepercayaan dalam proses
untuk mengembangkan solusi; 6) Merancang lingkungan belajar untuk mendukung dan menantang cara berpikir siswa; 7) Mendorong munculnya ide-ide dan melawan pandangan-
pandangan dan konteks lainnya; dan 8) Memberikan kesempatan dan mendukung refleksi apa yang telah dipelajari dan proses pembelajarannya.


Model Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivistik atau constructivist theories of learning adalah model pembelajaran
yang mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri
dan memindahkan informasi yang kompleks. Mengacu pada pemikiran Aronson (1978) yang
mengatakan "bahwa pada proses pembelajaran, guru memberikan 18 kesempatan siswa dalam proses belajar dan sosialisasi yang saling berkesinambungan, berorientasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw".

Pengertian dan Tujuan Metakognitif
Pengertian Metakognitif
Istilah metakognitif pertama kali diperkenalkan oleh Flavell, beliau menyebutkan bahwa
metakognitif adalah think about thinking atau memikirkan tentang berpikir. Flavell (1979) juga
menyatakan bahwa "pengalaman metakognitif adalah kemampuan yang dapat mempengaruhi
efek penting pada tujuan atau tugas kognitif, metakognitif, pengetahuan dan tindakan kognitif
atau strategi".

Tujuan Metakognitif
Tujuan Metakognitif Menurut Jacob Dalam Rahmayani, (2009,h. 15) :Mengembangkan kebiasaan mengelola diri dalam memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar, Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara konstruktif, Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya, Meningkatkan Daya Ingat dan Kinerja, Penerapan Metagognitif dalam Belajar. 


Dalam pembelajaran, strategi metakognitif terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama
kesadaran, meliputi kemampuan mengidentifikasi apa yang telah diketahui, menentukan tujuan
belajar, mempertimbangkan alat bantu belajar, mempertimbangkan bentuk tugas, memotivasi,
dan menentukan tingkat kecemasan. Kedua, perencanaan, meliputi kegiatan memperkirakan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, merencanakanwaktu belajar dalam suatu
jadwal, membuat checklist aktivitas yang dilakukan, mengambil langkah yang diperlukan
dalam belajar dengan strategi metakognitif. Ketiga, pemantauan dan refleksi, meliputi kegiatan
pengawasan dalam proses pembelajaran, pemantauan dengan pertanyaan sendiri, memberikan
umpan balik, dan menjaga konsentrasi dan motivasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun