Mohon tunggu...
Winda Ariyanti
Winda Ariyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang

Saya suka menyanyi, menggambar, membaca, dan membuat sebuah karya. Meski hobi saya banyak dan tidak terlalu mendalami dalam satu bidang, saya tetap enjoy melakukan hobi-hobi itu. Hidup boleh mengalir tapi warnailah dengan berbagai aktivitas menyenagkan dan belajar hal baru agar tidak sekedar mengalir saja- winda

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengasah Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Menulis Puisi dengan Memanfaatkan Objek Sebagai Sumber Informasi

3 Desember 2024   05:22 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:19 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setiap manusia yang lahir ke dunia memiliki berbagai potensi, termasuk potensi untuk menjadi kreatif. Namun, potensi-potensi tersebut tidak akan berkembang secara maksimal tanpa dukungan lingkungan yang mendukung serta peran orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang baik dalam pengembangan kreativitas anak usia dini agar dapat memberikan layanan terbaik untuk mendukung tumbuh kembang potensi mereka (Mutiah & Srikandi, 2021). Mengembangkan kreativitas pada anak usia dini membutuhkan berbagai strategi. Beberapa di antaranya meliputi pengembangan kreativitas melalui pembuatan produk seperti kerajinan tangan (hasta karya), pengembangan imajinasi, eksplorasi, eksperimen, pelaksanaan proyek, aktivitas musik, serta pengembangan kreativitas melalui penggunaan bahasa (Safrudin, 2017).

Hal itu bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan menulis seperti membuat puisi. Puisi adalah bentuk ekspresi pengalaman batin manusia yang dituangkan melalui bahasa estetis dengan penekanan pada struktur fisik dan struktur batinnya, serta disampaikan dalam bentuk yang padat (Waluyo1997:25). Keterampilan menulis puisi merupakan kemampuan untuk menyampaikan ide, opini, dan emosi kepada orang lain melalui penggunaan bahasa tulis yang memiliki nilai estetika (Depdiknas 2003:9). Namun siswa sering mengalami kesulitan menulis puisi karena belum mampu menentukan tema, membayangkan ide yang akan ditulis, dan memilih bahasa yang khas untuk mengungkapkan imajinasi mereka. Kendala ini terlihat dari puisi yang dihasilkan, di mana pemilihan diksi masih terlalu memperhatikan aturan formal, sehingga hasilnya kurang ekspresif dan terasa tidak natural(Laeli, 2013).

Media gambar adalah alat pengajaran berupa tiruan objek seperti manusia, hewan, atau tumbuhan, yang dibuat melalui coretan atau lukisan (KBBI, 2008). Media ini dapat mengembangkan kemampuan visual dan imajinasi siswa, membantu mereka menemukan ide dan menuangkannya ke dalam puisi, serta meningkatkan motivasi dan minat belajar. Selain itu, media gambar berperan sebagai pendukung dalam menciptakan puisi yang berkualitas (Laeli, 2013).

1. Manfaat Menulis Puisi
Menurut Marini Razanah & Nani Solihati, (2022) (dalam Raznah, 2022) Pembelajaran menulis puisi memberikan berbagai manfaat bagi siswa. Pertama, kesadaran bahasa. Melalui penulisan puisi, siswa dapat memahami bahasa dan sastra lebih mendalam, serta memperluas wawasan mereka tentang diri sendiri dan lingkungan. Puisi membantu meningkatkan literasi dan kesadaran linguistik. Dr. Janette Hughes dalam laporannya untuk Literacy and Numeracy Secretariat of Ontario menyatakan bahwa menulis puisi dapat memperkaya kosakata lisan dan tulisan siswa. Selain itu, kegiatan membaca dan menulis puisi membuat siswa lebih peka terhadap penggunaan bahasa, ritme, visualisasi, serta makna yang diciptakan. Kedua, analisis kritis. Studi dari California Poets in Schools pada tahun 2002 menemukan bahwa siswa yang menulis puisi di kelas menunjukkan peningkatan kemampuan analisis kritis. Puisi, dengan penggunaan metafora, citra, sajak, dan pola ritmis, mengajarkan siswa untuk mengenali teknik-teknik tersebut, sehingga keterampilan analitis mereka semakin terasah. Puisi sering kali memiliki lapisan makna yang membutuhkan pemahaman mendalam, mendorong siswa untuk menganalisisnya secara cermat. Ketiga, kreativitas dan antusiasme. Puisi mampu membangkitkan semangat siswa di kelas, menghubungkan pengalaman membaca dengan musik dan kehidupan sehari-hari, sehingga memicu kreativitas mereka. Terakhir, membangun komunitas. Menulis puisi membantu siswa memahami satu sama lain dengan lebih baik dan menciptakan rasa kebersamaan. Melalui penggunaan metafora, citra, dan bahasa simbolis, siswa dapat menggambarkan pengalaman pribadi, termasuk pengalaman emosional atau menyakitkan, yang mempererat hubungan di antara mereka (Raznah, 2022).

2. Objek Sebgai Sumber Inspirasi
Dalam proses penciptaan karya, langkah pertama yang sangat penting adalah menemukan sumber inspirasi. Inspirasi ini bisa berasal dari realitas internal, seperti harapan, cita-cita, emosi, pemikiran, intuisi, semangat, kepribadian, serta berbagai pengalaman psikologis yang sering kali sulit diungkapkan dengan kata-kata(Harian, 2021). Teknik pengalaman dalam seni dapat berupa pengalaman pribadi yang mendalam, meskipun tetap memperhatikan fenomena sosial yang ada di sekitarnya. Fokus utama dalam teknik ini adalah pengalaman pribadi, di mana seseorang diharapkan mampu mengamati dan merenungi perjalanan hidupnya sebagai bekal berharga yang dapat diolah menjadi karya seni yang indah. Banyak penyair, seperti Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono, yang memanfaatkan pengalaman pribadi mereka sebagai inspirasi dalam menciptakan puisi (Kasnadi, 2009). Menulis puisi pada dasarnya adalah sebuah bentuk ekspresi pengalaman yang dituangkan melalui kata-kata. Pengalaman ini dapat mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, ataupun dengan alam. Dengan demikian, menulis puisi dapat dilihat sebagai aktivitas spiritual yang mengungkapkan hubungan manusia dengan berbagai aspek kehidupan, baik yang bersifat fisik maupun metafisik. Agar mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman, penulis harus memahami dan menguasai pengalaman yang akan dijadikan bahan karya. Selain itu, penyair juga harus memiliki kemampuan untuk menciptakan bahasa yang efektif dengan memilih dan memahami kosakata yang sesuai secara mendalam, serta menggunakan bahasa yang benar-benar dikuasai untuk menyampaikan gagasan dengan maksimal (Islamei, 2019).

Jadi menulis puisi merupakan aktivitas kreatif yang mengintegrasikan pengalaman batin dengan penggunaan bahasa estetis. Kegiatan ini memberikan manfaat signifikan, termasuk meningkatkan kesadaran bahasa, kemampuan analisis kritis, kreativitas, dan rasa kebersamaan di antara siswa. Penggunaan media gambar sebagai alat bantu terbukti efektif dalam menginspirasi ide, memotivasi siswa, dan mempermudah mereka mengekspresikan pengalaman melalui puisi. Selain itu, pengalaman pribadi dan fenomena sosial menjadi sumber inspirasi yang penting dalam proses penciptaan karya, memungkinkan siswa untuk mengolah pengalaman menjadi puisi yang bermakna. Oleh karena itu, pembelajaran menulis puisi melalui media kreatif dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengembangkan potensi kreatif dan literasi siswa.

Sumber :

Depdiknas. (2003).Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Harian, K. (2021). Aspek Konseptual dalam Seni Rupa. Kumparan. https://kumparan.com/kabar-harian/aspek-konseptual-dalam-seni-rupa-1whsddtHwpn
Islamei, U. A. (2019). Pegalaman Sebagai Sumber Menulis Puisi.
Kasnadi, S. (2008). Menulis Kreatif kiat cepat menulis Puisi & Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Laeli, Anisa. N.,& Wagiran, S. (2013). Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Menggunakan Metode Partisipatori Dengan Media Gambar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1), 1--8. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi
Mutiah, E., & Srikandi, S. (2021). Konsep Pengembangan Kreativitas Aud. BUHUTS ALATHFAL: Jurnal Pendidikan dan Anak Usia Dini, 1(1), 1--15. https://doi.org/10.24952/alathfal.v1i1.3464
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Raznah, M. & N. S. (2022). Pentingnya Pembelajaran Menulis Puisi Di Sekolah Di Era Society 5.0. Jurnal LITERASI, 6, 244--250.  
Sarfudin, A. (2017). Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini, Yogyakarta : KALIMEDIA.
Waluyo, Herman J. (1997). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun