Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berkenalan dengan Sang Peter Rabbit di Lake District

19 Juni 2017   19:50 Diperbarui: 20 Juni 2017   18:08 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: yourguide2thelakedistrict.co.uk

Sebuah pesan masuk pada saat buka puasa. Adalah teman saya yang berkebangsaan Jepang tiba-tiba mengajak untuk sejenak melupakan disertasi. Karena sedang puasa, saya sempat berpikir apakah bijak untuk sehari meluangkan waktu untuk rehat. Tetapi nama tempat yang dituju membuat saya langsung setuju. Lake District, sebuah wilayah yang sangat populer dikalangan orang Bristish sendiri. Saat summer pasti tempat ini menjadi destinasi favorit.

Berhubung saya belum pernah mengunjungi Danau Toba, maka bayangan saya tempat ini mungkin serupa dengan salah satu dana cantik dengan dongengnya tersebut. Lake District merupakan sebuah danau, yang dikelilingi desa-desa tradisional khas UK. Berangkat pukul 9 pagi dari City Centre, kami tiba dengan bus dipenuhi mahasiswa internasional di kawasan Windermere kisaran pukul 12. Sayang sekali, meski summer, hari itu malah hujan lebat. Langit mendung dengan curahan hujan yang tak kunjung berhenti.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sesampai di sana, kami langsung disambut sang tukang parkir yang promosi soal naik cruise dengan beragam rute. Khawatir tidak bisa mengeksplor karena cuaca, kami berdua memutuskan mengikuti tur dengan cruise tersebut. Pilihannya hari itu hanya dua, yakni blue cruise (dengan rute berkeliling selama 45 menit di kawasan danau) atau red cruise (mengunjungi salah satu desa bernama Ambleside dan bisa kembali kapan saja). Kami akhirnya memilih yang kedua, dengan harga diskon karena dianggap satu grup, yakni 9.7 pounds.

Di tengah rintik hujan, kami berlari menuju kapal yang dimaksud. Sebagai anak pulau yang agak sering bolak-balik menggunakan jetfoil, saya tidak terlalu excited. Hal ini tidak berlaku bagi teman saya yang sangat menikmati perjalanan dengan tidak berhenti mengambil video. Di dalam kapal, kami mendapatkan tempat duduk nyaman di dalam. Ingin sekali keatas dan menikmati hembusan angin, namun apa daya dingin pun menjadi halangan.

Sebelum tiba di Ambleside, cruise sempat mampir di Brockhole. Setelah di cek lewat internet, di sana banyak terdapat wahana bermain outdoor bagi keluarga. Karena malas turun, kami memutuskan untuk langsung ke Ambleside saja. Setiba disana, kami melihat banyak kapal kayu yang cantik bertengger. Karena lapar dan memang sudah masuk jam makan siang, teman saya memutuskan untuk mencoba fish and chips lokal yang terlihat enak meski tanpa merk ala-ala franchise.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah itu kami pun menjelajahi desa tersebut dengan jalan kaki. Bangunan-bangunan yang tampak pun sangat tradisional didominasi warna hitam. Agak mirip Edensor hanya saja lebih ramai. Kami pun terus berjalan sambil melihat kiri kanan karena semua tampak indah untuk direkam dalam ingatan.
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tiba-tiba percakapan mengarah pada hal yang tidak terpikirkan. Teman saya bertanya, "Do you know Peter Rabbit? It's really popular in Japan. Many people come here just want to see the origin of the story." Berusaha mengulik informasi dalam kepala, saya pun menggeleng. Waduh ada apa ini, saya sempat terpikir kenapa ada cerita klasik yang tidak pernah terdengar sekalipun. Ah, masih banyak yang harus saya pelajari rupanya. Akhirnya teman saya terus bercerita tentang siapa dan mengapa tokoh anak-anak ini sangat populer di Jepang.

Kami pun tiba di tengah kota kecil yang benyak menjual peralatan hiking, cokelat lokal, dan pernak pernik. Lalu kami memutuskan masuk ke sebuah toko buku yang dipenuhi dengan si Peter Rabbit. Jadilah saya dengan semangat 45 melihat, membuka-buka buku, sambil berkenalan dengan takzim karena membaca cepat semua dongeng anak-anak yang ternyata, sangat populer tersebut. Semua souvenir dari wilayah ini dipenuhi maskot sang kelinci. Jika dilihat seksama, kelinci nya mirip dengan yang ada dalam kisah Alice in Wonderland, meski tampaknya tidak berhubungan. Di akhir saya memutuskan membeli sepaket buku cerita anak yang nantinya bisa saya saat pulang, lumayan kan?

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Masih dipenuhi dengan sang Peter Rabbit, pulang ke rumah saya bertanya kepada para housemates yang juga sangat suka membaca. Meski tidak ada yang mengenal si dia, kami pun jadi sibuk mencari dan kemudian menemukan film sanga pengarang, yang juga populer. Namanya Beatrix Potter (jadi ingat Harry Potter). Rumahnya dijadikan tempat wisata dan di buat replika di Jepang. Filmnya yang berjudul Miss Potter mengisahkan bagaimana ia mendapatkan inspirasi dari kawasan Lake District untuk kemudian membeli wilayah tersebut untuk dijadikan area konservasi. 

Satu lagi nama yang ditambahkan dalam koleksi pengarang klasik/populer dari Inggris beserta tempat terkait pengarang tersebut, setelah Shakespeare, Jane Austen, JK Rowling, dan J.R.R Tolkien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun