Meski berada jauh dari negri tercinta, tetap saja Ramadan selalu menjadi bulan istimewa. Berada jauh dari keluarga tentu menjadikan Ramadan kali ini berbeda, dengan segala macam rasa.
Sayangnya puasa harus jatuh pada awal musim panas alias Summer yang berarti jam siang lebih panjang daripada malam. Alhasil semua jadwal sholat mesti diperhatikan dengan seksama, terutama jadwal imsak agar tidak terlewat. Musim panas ini puasa berlangsung dari pukul 3 pagi hingga 9 malam, yang tentu makin ujung nanti akan makin panjang karena pergeseran waktu yang lumayan signifikan. Puasa dengan durasi 18-19 jam ini didukung dengan cuaca terang benderang. Jika biasanya disini dingin semriwing, berhubung summer sudah dimulai, maka langit pun menjadi cerah. Alhasil, kemampuan bersabar untuk menahan haus dan lapar pun harus di upgrade. Tidak seperti di kampung halaman yang mudah menemukan semua orang jadi lebih tertutup pakaiannya, murid-murid sekolah berpakaian muslim beserta guru-gurunya atau artis-artis pun ramai dengan hijab warna warni. Maka disini kebalikannya.Â
Selama musim dingin, semua orang sangat anti menunjukkan aurat..hehe, semua tertutup dari kepala hingga kaki, itupun dengan pakaian berlapis-lapis. Sekarang, semua berlomba untuk mengenakan pakaian yang berlobang di sana sini, depan belakang. Hilang semua coat bulu, jaket kulit, sweater unyu, digantikan dengan baju terawang nan berlubang. Tidak lupa dengan warna warna cerah karena semua berbahagia menyambut datangnya matahari yang sangat jarang muncul.Â
Tidak seperti di Indonesia, dimana di bulan ini sangat terasa dari iklan televisi yang sibuk mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa atau beberapa iklan maskot penggugah selera yakni sirup, mi, ataupun kue-kue. Disini tidak ada gaung yang serupa. Tidak ada iklan pengingat, azan yang bergema, atau tulisan ucapan selamat. Meski kata salah satu teman saya sempat melihat di city centre. Ntahlah karena saya hanya sanggup berkeliaran antara rumah, kampus dan perpus. Sisanya saya tak sanggup untuk terlalu jauh berjalan..huft.
Meski begitu, ada banyak tempat sholat tarawih yang bisa disambangi. Yang terdekat adalah kampus. Meski kampus kami tidak memiliki masjid, namun terdapat sebuah chaplaincy yang merupakan tempat ibadah segala agama (multipraying room). Gedung ini luas dengan sebuah hall dan beberapa ruangan lebih kecil lainnya. Jadi jangan heran jika tidak hanya tulisan ayat-ayat alquran yang bisa ditemukan, berbagai lambang keagamaan lainnya pun bisa dilihat disini. Meski biasanya pertemuan besar selalu melewati appointment, jadi bisa dipastikan acara pengajian umat muslim tidak akan berebut ruangan dengan pertemuan mahasiswa Yahudi atau Kristen.Â
Selain di kampus, ada banyak tempat lain yang menyediakan buka puasa gratis dan sholat berjamaah, baik itu islamic centre maupun masjid-masjid yang jumlahnya agak banyak di kota ini.Â
Seperti sudah diketahui umum, bahwa Birmingham merupakan kota dengan jumlah penganut agama islam terbesar dibandingkan kota-kota lainnya di UK. Soal buka bersama, jangan berharap bisa mendapatkan gorengan khas ala Indonesia atau es buah. Rata-rata setiap tempat menyajikan makanan dengan aroma khas arab, meski saya kurang yakin itu makanan khas Pakistan (biasanya Lahore) atau dari negara mana. Sebut saja daging kebab, nasi goreng (yang bukan nasgor Indonesia, jauh), dan penganan lainnya. Favorit saya adalah kurma, yang rasanya jauh lebih enak dari kurma yang biasanya saya beli dan konsumsi di rumah.
Disini belum saya temukan masjid dengan 11 rakaat kecuali membuat jamaah sendiri di rumah, yang sering kami lakukan berhubung waktu keluar malam yang agak menakutkan. Seperti diawal saya bilang bahwa berbuka baru bisa dilakukan jam 9 lebih, maka tarawih baru dimulai jam 10 lewat dan selesai jam 12 malam. Jika keluar sendiri maka kondisi kampus terbaru sangat tidak disarankan terutama bagi para wanita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H