Salah satu cara untuk bisa jalan-jalan di kota-kota seputaran Inggris dengan aman dan murah adalah dengan mengikuti Day Trip yang dirancang oleh kampus. Day Trip ini biasanya diprakarsai oleh Birmingham International Academy yang khusus mengolah segala sesuatu berhubungan dengan mahasiswa internasional terutama yang menyangkut dengan bahasa mereka.
Trip pertama yang saya ikuti dalam program ini adalah perjalanan menuju Manchester. Beriringan dengan Birmingham, Manchester juga merupakan kota terbesar di Inggris setelah London. Memiliki bangunan-bangunan modern, Manchester sebenarnya adalah surga bagi para penggila bola. Sedangkan saya yang memiliki pengetahuan sangat minim tentang bola datang kemari hanya demi sebuah bangunan bernama Old Trafford.Â
Tujuan kesana juga bukan dilandasi kepentingan pribadi, melainkan membawa misi mulia atas nama anak-anak bangsa yang menantikan saya berada dekat dengan klub kesayangan mereka. Aha di balik semua misi tersebut, ada sederetan nama murid, adik, teman, kerabat yang ingin saya menginjakkan kaki lalu menyebut nama-nama mereka hingga mereka bisa berada di sini. Misi yang aneh sekaligus penuh perjuangan jika menyangkut sesuatu yang saya tidak paham.
Berangkat dari kampus jam 8.30 tepat waktu, kami tiba di kota besar dan ramai ini sekitar pukul 11. Saya berangkat bersama dengan segerombolan teman berasal dari Jepang. Berawal dari menjelajahi Christmast German Market, yakni sebuah pasar dadakan menjelang Chrismast yang berada ditengah-tengah kota.Â
Oh ya, market ini sangat populer di Inggris raya meski label pasarnya adalah German. Menurut pengamatan saya, pasar ini diadopsi dari apa yang ada di German untuk kemudian dilestarikan oleh orang-orang sini. Sebenarnya pasarnya mirip pasar malam di Indonesia kurang lebih. Jadi setiap kota di Inggris akan menggelar lapak-lapak, semacam rumah-rumah dari kayu, dan menjual beragam pernak pernik, berbagai jenis coklat, dan perlengkapan musim dingin tentu saja. Dan pasar yang ada di Birmingham adalah yang terbesar terbukti dengan lengkapnya wahana yang ada disana. Ah, saya harus menceritakannya dalam episode yang berbeda.
Setelah mencari-cari namun tidak ketemu, kami akhirnya memutuskan mengeksplorasi kota ini berdua saja. Berbekal google, kami mencari spot-spot menarik yang bisa dikunjungi dari yang paling dekat hingga terjauh. Tujuan pertama jatuh ke National Football Museum. See, tempat ini adalah gedung bertingkat dengan segala hal tentang bola dari zaman dahulu kala hingga sekarang.Â
Tentu saja dengan pilihan makanan berlogo V alias Vegetarian jika tidak ada lambang halal di depan resto. FYI, di kota-kota di Inggris sudah banyak resto yang memberikan lambang resmi (halal) meski tidak selalu mudah ditemukan di kota tertentu.Â
Meski teman-teman saya yang dari Jepang selalu mengatakan bahwa makanan Jepang disini itu sudah terlalu banyak modifikasi hingga rasanya sudah tidak terlalu Jepang. Mungkin maksudnya tidak berapa gurih, tapi setidaknya menurut saya masih jauh lebih baik daripada harus makan roti isi hambar dan kadang juga mahal.
Hingga akhirnya kami memutuskan segera menuntaskan misi menuju Old Trafford. Pada awalnya kami begitu yakin bahwa tempat tersebut dekat karena Gmap menunjukkan estimasi waktu 30 menit baik itu berjalan maupun menggunakan publik transportasi. Ternyata kami salah karena tidak menghitung bahwa kami bisa saja nyasar atau salah jalan hingga perjalanan kesana kurang lebih mencapai satu jam dari pusat kota dengan menggunakan tram.Â