Indonesian merupakan suatu potret budaya negara yang memiliki banyak budaya,terutama dalam aspek bahasa. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (2009: 261), Bahasa atau sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis dipergunakan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Selain itu di Indonesia ini banyak variasi bahasa. Misalnya saja bahasa Madura.
Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Dan menurut kebanyakan orang, bahasa Madura termasuk bahasa yang unik. Mengapa demikian? Karena dialeknya yang khas yang tidak mudah ditiru untuk waktu yang sebentar sehingga menjadi ciri khas daerah itu.Selain itu banyak juga yang bilang kalau bahasa Madura itu aneh dan tidak enak di dengar. Padahal terdapat keistimewaan dan keunikan dalam bahasa Madura. Misalnya bahasa Madura mempunyai fonem-fonem beraspirat dan tanaspirat.Fonem berasal dari kata fon yang berarti bunyi. Samsuri (1987: 125) menyatakan bahwa Ilmu yang mempelajari tentang bunyi disebut fonetik. Fonem-fonem yang ada di bahasa Madura ada 2 yaitu, tanaspirat danaspirat. Tanaspirat : baba (=bawah) Aspirat : bhabang (=bawang). Fonem beraspirat disebut konsonan berra’ antep. sedangkan yang tanaspirat disebut berra’ alos atau ambar gherrungan. Hanya pada bahasa Madura saja yang mempunyai fonem beraspirat. Selain itu bahasa Madura tidak mengenal kata ganti orang ketiga. Jadi, bahasa Madura tidak mengenal istilah dia, -nya, mereka. Yang ada di bahasa Madura untuk menyebut istilah tersebut menggunakan roah atau jiah. Tidak ada pemisahan masing-masing arti tersebut. Dia, -nya, mereka dan kata ganti orang ketiga lainnya menggunakan kata roah atau jiah.
Keistimewaan atau keunikan dari bahasa Madura yang paling menonjol yaitu dari logat. Contohnya apabila orang Madura itu berbicara dengan kita menggunakan bahasa Indonesia,tetap saja logatnya yang di pakai tetap bahasa Madura. Selain itu logat bahasa Madura mereka sedikit tidak kentara.Jadi kesimpulan bahwa logat kemaduraan mereka masih ada meskipun dengan prosentase yang amat kecil. Kadar itu ditentukan oleh tingkat pendidikan orang Madura tersebut, yang logatnya kental itu seperti pedagang-pedagang asongan, dan sejenisnya yang dinilai pendidikannya rendah. Sedangkan orang Madura yang berpendidikan tinggi, terbiasa dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kadar logatnya maduranya hampir tidak terdeteksi. Namun, logat tersebut tidak bisa terpisah dari mereka. Logat mereka yang demikian itu bisa dinilai sebagai wujud keaslian dan mereka terlahir dari golongan suku Madura.
Selamat membaca dan terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H