Mohon tunggu...
Winda AdisyaYusup
Winda AdisyaYusup Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Assalamualaikum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Prototipe Diduga Sebagai Reformasi Pendidikan di Indonesia?

29 Desember 2021   10:48 Diperbarui: 29 Desember 2021   11:17 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Prototipe Sebagai Reformasi Pendidikan Indonesia?

Kurikulum bagi dunia pendidikan adalah suatu hal yang menjadi pedoman untuk berjalannya kegiatan belajar mengajar dengan menetapkan standar pendidikan yang akan dijalankan. Dengan itu kurikulum memiliki peran penting yang di ibaratkan sebagai otak dari berjalannya pendidikan agar menjadikan pendidikan yang maju bagi suatu bangsa. Seperti yang kita ketahui kurikulum nasional di Indonesia sendiri terus mengalami perubahan demi perubahan. Sejatinya kurikulum di Indonesia terus mengalami perubahan karena menyesuaikan kondisi yang ada.

Dewasa ini pendidikan Indonesia kembali menetapkan perubahan kurikulum yang ada. Kondisi pandemi yang sedang dialami saat ini membuat pendidikan di Indonesia mengalami kendala. Agar sistem pendidikan Indonesia tidak mengalami kehilangan pembelajaran (learning loss) pemerintah menetapkan Kurikulum Darurat sebagai strategi penyesuaian di masa pandemi. Menurut hasil evalusi yang dilakukan oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukan bahwa sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih maju empat sampai lima bulan belajar daripada sekolah yang masih menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh (Kemendikbud, 2021).

Dengan keberhasilan dari Kurikulum Darurat Kemendukbudristek kembali merancang Kurikulum baru sebagai strategi pemulihan pembelajaran di masa pandemi. Sebagai lanjutan dari Kurikulum darurat Kurikulum ini di kenal sebagai Kurikulum Prototipe. Kurikumum Prototipe ini dirancang sebagai tambahan opsi bagi satuan pendidikan yang hendak melakukan pemulihan pembelajaran dengan kebebasan untuk memilih kurikulum yang sudah ada sebelumnya yaitu Kurikulum 2013/Kurikulum Darurat atau memilih kurikulum baru yaitu Kurikulum Prototipe asalkan tetap mengacu pada standar nasional pendidikan.

Kurikulum Prototipe ini akan diterapkan mulai tahun 2022 -- 2024 bagi satuan pendidikan untuk dapar melakukan pemulihan pembelajaran yang nantinya akan dikaji ulang pada tahun 2024 berdasarkan hasil evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran. Kepala BSKAP juga membeberkan tiga karakteristik utama Kurikulum Prototipe yang dinilai dapat mendukung pemulihan pembelajaran. Pertama, pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, kreativitas) serta mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis project. Kedua, Kurikulum Prototipe berfokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, pada karakteristik ini tidak terlalu fokus pada materi agar guru dapat memiliki waktu untuk kegiatan pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik (teach at the right level) bukan berbasis konten tetapi berbasis kompetensi dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Dengan adanya rancangan mengenai Kurikulum Prototipe ini mengacu pada pemikiran Henry Giroux yaitu gagasan terpenting dalam pedagogi kritis adalah adanya harapan dalam institusi sekolah. Dalam hal ini Kurikulum Prototipe sebagai kebijakan baru dengan adanya pemulihan pembelajaran di masa pandemi. Seperti dalam teori kritis yang menegaskan bahwa pemikiran harus menanggapi masalah baru dan melihat kemungkinan baru demi pembebasan diri dari lingkungan sejarah. Giroux juga melihat bahwa pendidikan sebagai sesuatu yang amat penting dalam pengembangan demokrasi dengan adanya budaya pendidikan yang mampu mendorong semua warga untuk berpikir kritis, reflektif, berwawasan luas, mampu membuat penilaian moral yang seimbang serta bertindak dengan memperhatikan tanggung jawab sosial. Hal ini setara dengan tujuan dalam operasional satuan pendidikan yang memfokuskan pertumbuhan karakter pelajar pancasila.

Beranjak dari kebijakan Kurikulum Prototipe menghapus penjurusan IPA IPS dan Bahasa di tingkat menengah atas merupakan hal yang senantiasa diharapkan karena peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang diminati dan mengambil mata pelajaran wajib. Kondisi pandemi dan kritik terhadap kurikulum 2013, yang menjadikan munculnya kurikulum ini. Hal ini bisa di lihat salah satunya Mata pelajaran informatika yang awalnya bersifat pilihan di Kurikulum 2013, menjadi wajib di kurikulum yang baru dan akan di terapkan mulai dari level SMP, karena kompetensi teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu di miliki oleh peserta didik pada abad 21 apalagi di masa pandemi (HermanAnis.com).

Dalam pedagogi postmodern hal ini sebagai peluang untuk menata kembali sekolah sebagai ruang publik yag demokrasi. Kurikulum Prototipe dinilai dapat menata ulang kurikulum dengan memberdayakan teknologi informasi seiring dengan pertumbuhan karakter peserta didik. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi misalnya membuat produk karya teknologi dengan membuat animasi, hal ini selaras dengan karakteristik Kurikulum Prototipe yaitu pembelajaran berdasarkan projek.

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan pesan, mengekspresikan perasaan dan gagasan, berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi secara santun (HermanAnis.com). Mengacu pada gagasan Giroux yaitu generasi postmodern dengan menjadikan peserta didik sebagai pelaku sejarah bukan hanya menjadi penonton bahkan korban sejarah saja seperti pada kurikulum sebelumnya yang hanya mengajarkan peserta didik untuk menghafal dan tidak berpikir kritis. Pendidikan juga sebagai pembentuk identitas melalui proses pembentukan yang berkelanjutan dengan pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara diri dengan lingkungan sekitar. Sikap peka terhadap keadaan sekitar, dan upaya untuk terlibat aktif di dalam perubahan sosial, menjadi bagian dari proses pembentukan identitas.

Untuk mendukung Kurikulum Prototipe, satuan pendidikan termasuk guru akan diberikan pelatihan dalam berbagai level kompleksitas sederhana dengan mengikuti contoh yang sudah disediakan, pelatihan kompleksitas dasar yang berfokus pada modifikasi, pelatihan kompleksitas sedang dengan pengembangan yang melibatkan warga sekolah secara terbatas, serta pelatihan dengan kompleksitas tinggi dengan pengembangan yang melibatkan warga sekolah secara luas. Kurikulum Prototipe juga memberikan kebebasan fleksibilitas bagi guru dan sekolah dengan ditetapkannya tujuan belajar per fase dan jam pelajaran yang ditetapkan per tahun sehingga sekolah dapat berinovasi dalam menyusun kurikulum pembelajarannya (Kemendikbud, 2021). Dengan adanya Kurikulum Prototipe ini diharapkan dapat mengacu pada hal yang disampaikan Giroux guru dan siswa harus mencari celah dalam tatanan yang sudah berakar kuat ini untuk merebut kembali daya agensi mereka. Kurikulum ditelaah secara kritis dan mendalam dengan mempertanyakan muatan budaya apa yang 'direstui' dan budaya apa yang 'dibungkam' dalam kurikulum tersebut.

Dengan adanya Kurikulum Prototipe ini diharapkan mampu memulihkan kembali pembelajaran agar tidak terjadi learning loss atau kehilangan pembelajaran di masa pandemi. Seperti pada gagasan Henry Giroux permasalahan pendidikan di masa pandemi ini harus ditanggapi untuk melihat adanya kemungkinan baru demi pembebasan diri dari ikatan sejarah. Kurikulum Prototipe ini diharapkan dapat menghadirkan reformasi bagi dunia pendidikan yang membelenggu kebebasan pendidikan dan pembelajaran, dengan memberikan ruang lebih banyak bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun