Mohon tunggu...
WINDA SARI
WINDA SARI Mohon Tunggu... KKN-DR UINSU 156

fakultas dakwah dan komunikasi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Urgensi Kesehatan Mental Masa Pandemi Covid-19

19 Agustus 2020   06:22 Diperbarui: 19 Agustus 2020   08:17 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Itu memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Ini juga dapat memengaruhi cara kita menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan selama keadaan darurat.

 Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization)  adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. 

Kesehatan jiwa adalah kondisi  dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan  sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi  tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (WHO, 2019)

Di awal bulan Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama pasien positif COVID-19 dan sejak itu terjadi peningkatan jumlah, baik itu yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), maupun PDP yang dinyatakan positif COVID-19 sehingga kejadian tersebut masuk dalam kategori pandemi. 

Pandemi adalah epidemi skala besar yang menimpa jutaan orang di berbagai negara, terkadang menyebar ke seluruh dunia. Pandemi virus covid-19 ini tidak hanya mengancan kesehatan fisik saja, akan tetapi kesehatan mental seseorang juga. 

Betapa tidak, Berdasarkan data sampai dengan 16 Agustus 2020, terdapat 21.593.607 kasus di seluruh dunia yang mencakup 210 negara, termasuk Indonesia. Sebagai upaya mengatasi pandemi tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan status darurat bencana sejak 29 Februari 2020.

Setiap menit masyarakat selalu dihujani oleh berita atau informasi seputar COVID 19, baik melalui TV, media sosial maupun internet. Maka tak heran jika banyak masyarakat mengalami gangguan mental di tengah pandemi penyakit yang ditimbulkan oleh COVID 19 tersebut. 

Beberapa gangguan mental yang kerap timbul dewasa ini misalnya mudah terbawa emosi, stres, cemas berlebihan, depresi, dan sebagainya. Kecemasan dan gangguan mental ini kemudian akan menimbulkan ketidakseimbangan di otak, yang pada akhirnya timbul menjadi gangguan psikis, atau disebut juga psikosomatik. 

Ketika seseorang mengalami gejala psikosomatik, maka ia bisa merasakan gejala seperti penyakit COVID-19, yakni merasa demam, pusing, atau sakit tenggorokan, padahal suhu tubuhnya normal. ( Hestri Norhapifah, Siti Kholifah, Dinda Milen Putri, Selviyana)

Hari demi hari masyarakat semakin panik karena pasien yang terjangkit terus bertambah dan menyebar masuk ke Indonesia.  Terdapat kemungkinan bahwa kasus yang terjadi di  Indonesia akan terjadi kenaikan terus menerus dalam beberapa waktu dekat. 

Banyaknya jumlah kematian yang bertambah hari demi hari  akibat virus corona ini tidak hanya menimbulkan gejala dan penyakit fisik saja akan tetapi,  berpengaruh  besar terhadap kesejah teraan masyarakat Indonesia  yang didalamnya mencakup kesehatan mental.  

Seperti berdampak pada kondisi sosial ekonomi keluarga yang ditinggalkan, hal ini dapat berpengaruh secara signifikan apabila seseorang yang terjangkit virus corona lalu meninggal dunia adalah tulang punggung dalam keluarganya. Lalu pengaruhnya terhadap masyarakat yaitu membuat menjadi lebih mudah panik, cemas dan stress. 

Rasa cemas atau khawatir secara berlebihan karena terlalu banyak menerima informasi tersebut yang akhirnya menyebabkan tubuh menciptakan gejala mirip coronavirus. Padahal gejala tersebut hanya perwujudan dari rasa cemas berlebihan, bukan terinfeksi coronavirus. (Salma Matla Ilpaj, Nunung Nurwati: 2020)

Setiap orang perlu menjaga kesehatan mental untuk menghindari keluhan fisik yang muncul akibat stres. Karena, ketika seseorang stres, maka sistem imun dalam tubuh akan berkurang. Ini akan menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. 

Munculnya covid-19 dapat juga berimbas pada kondisi ekonomi sosial yang selanjutnya rentan mengalami penurunan kesehatan mental yang ditandai dengan kerentanan rekasi-reaksi fisiologis dan psikologis yaitu kecenderungan stres selama masa covid-19.

Keluhan stres mucul dari beberapa masyarat namun kurang adanya pemahaman mengenai hal tersebut, kesulitan tokoh penting dari masyarakat dalam memberikan pemahaman, dan terbatasnya media dalam penanganan. 

Dalam  rangka  tetap menjaga  kesehatan mental selama masa pandemi covid-19  salah  satunya  memunculkan  stres  yang  tetap  bermanfaat  adalah dengan  suatu  langkah  pengelolaan stres.  Langkah pengelolaan  stres  mengacu  pada  pertolongan  diri  secara  psikologis.( Sheilla Varadhila Peristianto, Erydani Anggawijayanto: 2020)

 WHO menjelaskan  pertolongan  diri  merupakan  segala  usaha  yang  dapat dilakukan  oleh  individu  maupun  kelompok  masyarakat  dengan  maksud   mencegah  penyakit,  meningkatkan  kesehatan,  dan  memulihkan  kesehatan yang  dibekali  dengan  pengetahuan  dan  keterampilan  profesional.(WHO: 2020)

Jadi brikut ini adalah kegiatan yang bisa kita lakukan agar tetap sehat mental pada masa pandemi ini :

  • Menciptakan kenyamanan pada diri sendiri, Pejamkam mata, laluba yangkan sesuatu yang menyenangkan, dengan berbagai modalitas sepert visual, auditori, dan kinestetik untuk membantu meningkatkan imajinasi. Meskipun kenyamanan ini bersifat jangka pendek, namun dengan kegiatan ini bisa menjadi pertolongan pertama psikologis dalam menanggulangi kecemasan berlebihan.
  • Berbicara kepada diri sendiri, Berbicara kepada diri sendiri dengan kalimat positif. Perlu diketahui bahwa emosi cenderung dipengaruhi oleh pikiran kita, yang mana pikiran kita sangat tergantung dari bagaimana kita menafsirkan suatu peristiwa. Penting untuk kita memperbaiki kembali apa yang menjadi isi pikiran, karena pikiran yang positif akan meningkatkan kualitas emosi dan perasaan.
  • Pendekatan Spiritualisasi, Penting bagi kita untuk tetap bersyukur, meningkatkan kesabaran yang tinggi, berlapang dada seraya tetap melakukan ikhtiar terbaik untuk menjaga diri dan orang lain untuk terhindar dari virus COVID-19.
  • Bijak dalam menyaring informasi atau berita seputar COVID-19, Batasi waktu dalam membaca berita Tidak semua informasi dari berbagai sumber harus kita ketahui serta saring informasi sebelum sharing.
  • Menerapkan hidup bersih dan sehat,  Pastikan selalu mencuci tangan sebelum dan selepas bepergian, gunakan masker dan handsanitaizer bila terpaksa harus keluar rumahdan makan makanan yang sehat dan bergizi serta usahakan untuk selalu berolahraga setiap hari sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
  • Berfikir positif,  Usahakan untuk selalu berfikir positif, karena dengan berfikir positif kita bisa menanggulangi rasa cemas.
  • Tetap terhubungan dengan lingkungan sosial,  Meskipun kita dalam keadaan psycial distancing namun kita harus tetap berhubungan dengan lingkungan, baik keluarga maupun teman guna untuk saling bertukar cerita, saling mengingatkan serta busa untuk menghilangkan kejenuhan dengan menggunakan media yang tersedia seperti handphone dan sebagainya. (Allianz :2020)

Saat ini, belum ada perkiraan akurat tentang berapa lama situasi COVID-19 akan bertahan, jumlah orang di seluruh dunia yang akan terinfeksi, atau berapa lama hidup orang akan terganggu. Karena kehidupan harus tetap berjalan, maka langkah awal yang dilakukan adalah penerimaan  (acceptance). 

Penerimaan berarti memberi ruang kesadaran yang penuh kepada diri  bahwa pandemi COVID-19 adalah sebuah kenyataan. Jika kita sudah menerima bahwa kondisi sekarang bukanlah kondisi normal, maka kita siap untuk beradaptasi.( Deshinta Vibriyanti : 2020)

Rasa takut dan cemas memang normal dirasakan selama masa pandemi seperti ini. Namun, cobalah untuk selalu berfikir positif dan bersyukur. Jika stress dab ketakutan terasa sangat berat jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater melalui fitur chat dengan dokter. Mudah-mudahan dengan artikel ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Referensi 

Hestri Norhapifah, Siti Kholifah, Dinda Milen Putri, Selviyana, pentingnya menjaga kesehatab jiwa saat pandemi covid-19 di lingkungan masyarakat RT 30 kelurahan Air hitam, Samarinda, Kalimantan Timur. 

Salma Matla Ilpaj, Nunung Nurwati, analisis pengaruh tingkat kematian akibat covid 19 terhadap kesehatan mental masyarakat di indonesia, Vol.3 No.1, juni 2020

Sheilla Varadhila Peristianto, Erydani Anggawijayanto,  covid-19 dalam ragan tinjauan perspektif, Pengelolaan Stres Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul (yogyakarta: Mbridge press, 2020)

CDC

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun