Kuputuskan meninggalkanmu dengan semua kekuatan yang aku miliki. Aku sangat sadar entah bagaimana hari-haiku tanpa kehadiranmu. Tetapi tekadku sudah bulat aku akan pergi meninggalkanmu. Membiarkanmu dengan semua keinginanmu tanpa ada aku yang selalu merongrongi kehidupanmu.
        Hari ini adalah puncak dari sebuah keberaniamku mengambil keputusan untuk pergi dai kehidupanmu. Perjuanganku mendampingi sudah berakhir, dinding dinding kesabaranku sudah roboh. Maaf aku tak sanggup lagi untuk bertahan lebih lama lagi. Kusadar pertahananku selama ini hanya sebuah bentuk keegoisanku yang tetap ingin mempertahankan sebuah pernikahan.
        Aku selalu bermimpi bisa merajut asa, menyususn puing-puing yang berserakan yang entah kalau berhasil akan seperti apa jadinya. Tetapi sudahlah aku sudah meninggalkan semua mimpi itu. Aku menyerah. Aku menyerah untuk membuatmu bisa menghargaiku untuk membuatmu bisa sedikit melihat diriku.
        Aku sangat sadar sekali tindakanku mempertahankan pernikahan hanya bentuk dari sebuah manifestasi ketakutanku akan kehilangan dirimu. Aku takut ketika aku pergi engkau akan kehilanganku. Aku terlalu percaya diri ketika aku pergi kamu tidak akan bisa melanjutkan hidupmu dengan baik.  Ya sebuah pemikiran penghibur diri yang membuat aku bisa bertahan sampai detik ini.
        Tetapi hari ini aku sudah membulatkan tekad meninggalkanmu dengan cara diam-diam. Aku akan pergi tanpa engkau tahu aku dimana dan kemana. Aku ingin menghapuskan jejak masa lalu kita. Biarkan aku hidup hanya dengan kenangan yang selama ini kita rajut.
        Jujur aku masih sangat mencintaimu dengan segenap jiwaku, karena itulah aku harus meninggalkanmu. Aku ingin pergi untuk membuat diriku dihargai. Untuk apa aku bertahan dengan seseorang  yang tidak pernah menghargaiku. Cukup aku mengalah dan bertahan sekarang aku ingin mencari ketenangan hidup dengan semua kenangan yang kita miliki.
        Terima kasih engkau sudah bersedia melewatkan harimu bersamaku. Terima kasih engkau telah bertahan sejauh ini mendampingi perjalanan hidupku. Terima kasih engkau sudah mengorbankan kebahagiaanmu demi hidup bersamaku. Terima kasih untuk hanya membutuhkanku tanpa menghargai kehadiran dan perjuanganku.
        Semoga Allah tetap mencatat kebersamaan kita sebagai ladang ibadah dan amal shaleh. Semoga Allah tetap mencatat perjalanan hidup kita sebgai perjuangan dan bentuk pengabdian kita kepada Allah. Karena aku bertahan selama ini hanya karena takut Allah membenciku. Karena perbuatan yang boleh tetapi Allah membenci adalah sebuah perceraian.
        Apakah benar aku akan menempuh jalan ini? Benar- benar berhenti berjuang mempertahankan pernikahan kita? Apakah aku benar-benar akan menyerah dengan perjungan yang selama ini sudah aku lakukan? Bukankah aku bertahan selama ini hanya karena pengabdianku kepada  Allah?
        Ya aku adalah pejuang bukan pecundang. Aku tidak ingin menjadi orang-orang yang gagall dalam melewati semua ujian dan rintangan yang diberikan Allah. Aku tidak ingin menjadi manusia yang kufur nikmat.  Apapun  yang terjadi dalam kehidupanku semua terjadi karena izin Allah.
        Aku tidak ingin syetan tertawa melihat aku keluar dari medan pertempuran. Aku tidak ingin mati sebagai pecundang. Aku ingin meneruskan perjuanganku tetap bertahan dalam pernikahan dalam rangka pengabdianku kepada Allah. Bukankah pernikahan ini ujiannya sepanjang hayat, perjuangannya tak akan berhenti sampai Allah memutuskan waktu ku sudah habis.