Mohon tunggu...
wince wince
wince wince Mohon Tunggu... Guru - guru

membaca adventure penulis buku pendar cahaya rumah di tepi ngarai. Hidup adalah sebuah pembelajaran I am not the best but i want tobe the best

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Anak Sebagai Aset Dakwah

24 Juni 2024   10:48 Diperbarui: 24 Juni 2024   11:13 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ketika seorang muslim menikah karena Allah dan berharap keridhaan Allah maka apapun yang akan dilakukan pasti orientasinya keridhaan Allah swt. Salah satu tujuannya menikah adalah menciptakan generasi Rabbani. Maka ketika seseorang menikah dia sudah memiliki rencana untuk menciptakan anak sebagai aset dakwah. Meneruskan perjuangannya jihad di jalan Allah.

                Bagaimana caranya agar anak benar-benar bisa menjadi aset dakwah adalah mengenalkan mereka dengan dakwah dan perjuangan itu sendiri. 

Mulai semenjak dari pemilihan calon suami dan istri mereka benar-benar selektif bagaimana calon pasangan apakah sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan Alqur'an dan hadist.  Ketika kita salah memilih pasangan maka akan menciptakan kegagalan dikemudian hari. Karena untuk mencapai tujuan yang diinginkan setiap pasangan harus memiliki presepsi yang sama terhadap sebuah tujuan dan cita-cita.

                Tetapi apabilakita mencoba melihat kondisi hari ini banyak para orang tua yang disibukkan oleh karier mereka sehingga membuat mereka menitipkan anak-anak di tempat penitipan. 

Ketika kita berjuang menebar kebaikan berdakwah dijalan Allah tetapi kita lupa menunaikan kewajiban kita untuk menjaga aset yang paling berharga yaitu anak. Tidak sedikit anak-anak yang tumbuh hari ini membawa hati yang kososng dan jiwa-jiwa yang kesepian. Mereka merindukan belaian kasih orang tua dalam membersamai perkembangan dan pertumbuhan mereka.

                Alqur'an telah mengajarkan kita  bagaimana menjadi orang tua yang baik lewat kisahnya Lukmanul hakim. Romantisnya nabi Ibrahim bersama putra beliau Ismail. Bijaksananya nabi Ayub dan kesedihan nabi Nuh yang tidak bisa mengajak kan'an putra beliau untuk tetap berada di jalan Allah swt. Semuanya diuraikan oleh Allah agar menjadi sebuah contoh bagi kita orang tua.

                Memang untuk menjadi orang tua tidaklah mudah tetapi bukan berarti tidak mungkin. Apalagi hari ini apapun bisa diakses anak tanpa melewati izin orang tua. 

Lingkungan merusak mereka dengan cara terang-terangan dan kita orang tua hanya bisa melihat dan menyesali ketika anak kita terpapar virus-virus yang berasal dari gawai yang selalu menemani mereka kapanpun dan dimanapun.  Tanpa kita sadari kita ikut andil membuat anak-anak mendapatkan virus tersebut karena kita membiarkan mereka kesepian dan perasaan mereka hampa.

                Sebagai orang tua yang baik kita akan mempersiap dan merencanakan masa depan anak. Akan menjadi apa anak kita tergantung usaha dan do'a orang tua. Orang tua merupakan contoh dan teladan bagi anak. Apapu n yang dilakukan orang tua sedikit banyak akan dicontoh anak. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bisa menjadikan anak-anak kita sebagai aset dakwah dimasa yang akan datang

                Memiliki anak yang shaleha adalah idaman semua orang tua tetapi untuk mendapatkan anak yang shaleh butuh perjuangan dan pengorbanan orang tua. Kenapa do'a anak yang shaleh tetap mengalir pahalanya walaupun orang tua sudah meninggal, karena anak yang shaleh adalah perjuangan dan usaha dari orang tua itu sendiri. 

Mulai dari pemilihan pasangan hidup, orang-orang shaleh dia akan benar-benar memilih dan mempersiapkan pendamping hidupnya. Ketika anak dalam kandungan tidak henti-hentinya orang tua berdo'a dan memberikan makanan yang halal. Sampai menjaga pola asuh agar sesuai dengan Alqur'an dan hadist.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun