Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

123 Tahun Kopi Gayo Tanpa Kebun Induk

31 Mei 2023   06:10 Diperbarui: 31 Mei 2023   07:43 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilematisnya kopi gayo. Meski dikenal dunia karena kualitasnya. Namun tak satupun kebun induk dibuat Pemda setempat. Dokpri

Kopi Gayo yang sudah berumur 132 tahun sejak dibawa Belanda pertama sekali tahun 1900 ke daerah Bergendal, hngga kini ternyata belum memiliki kebin induk atau sumber benih.

Hal ini berarti, klaim sumber bibit kopi Gayo 1, Timtim, Gayo 2, Borbor dan Gayo3 , Ateng Super, masih diragukan kemurniannya."Contohnya Gayo 3 atau Ateng Super, variasinya terlalu banyak. Berarti kebun induknya ngak benar. Variasi boleh, maksimal lima persen", tegas Surip.

Dengan banyaknya variasi, atau banyaknya varitas dari Ateng Super itu sendiri, mengindikasikan kebun induknya tidak terjaga sesuai standar.

Diulas Pakar Kopi Indonesia ni, Tanpa kebun induk variabilitas kopi tidak terjaga. Sehingga bisa berubah karena lingkungan. Lalu siapa saja boleh mengaku bibit kopinya varitas unggul. Tapi sumber benihnya tidak sesuai standar.

 Surip sejak lama sudah sering menyarankan bupati Aceh Tengah, Bener Meriah untuk segera menyediakan kebun induk. Namun hingga kini tak pernah wujud.

Sementara itu Tovan Mahennata, seorang ahli kopi menyebutkan, kopi tanpa kenun induk bisa berakibat fatal.

Seperti kualitas dan Karakter Kopi Gayo tidak tertahan karena Masyarakat tidak punya indikator untuk tanaman.

Produksi yang tidak stabil cenderung turun karena Masyarakat menanam jenis kopi sembarangan.


Dilematisnya kopi gayo. Meski dikenal dunia karena kualitasnya. Namun tak satupun kebun induk dibuat Pemda setempat. Dokpri
Dilematisnya kopi gayo. Meski dikenal dunia karena kualitasnya. Namun tak satupun kebun induk dibuat Pemda setempat. Dokpri
Ditempat berbeda Zaini, salah seorang pakar  kopi gayo meragukan kemurnian kopi yang selama ini sering dibagikan Pemda kepada masyarakat petani kopi gayo. Karena diambil asalan dari kebun petani. Tanpa standar benih yang baik.

Ketika suatu daerah tidak bisa menyediakan benihnya secara mandiri maka masyarakatnya berpotensi untuk menggunakan benih tidak bersertifikat. Ataupun penyediaan bibit buat masyarakat menjadi lebih mahal karena harus disiapkan dari Provinsi lain.

 Ketika masyarakat menggunakan benih tidak bermutu maka dampaknya adalah produktivitas rendah yang ujung-ujung berpengaruh pada tingkat kesejahteraannya.

Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik. Menanggapi hal tersebut maka Kementerian Pertanian (Kementan) dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) melalui Direktorat Perbenihan membuat standar kebun benih induk, termasuk pada benih kopi.

Hal ini penting agar benih yang beredar dimasyarakat dapat dibudidayakan secara maksimal yang didukung dengan pola good agriculture practices (GAP).

Pentingnya standar kebun induk, dalam hal ini benih kopi sangat urgen  mengingat tidak sedikit lahan kopi yang harus diremajakan dan ada beberapa tempat pengembangan areal kopi. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas dn kuantitas biji kopi.

Sebab harus diakui bahwa permintaan kopi baik didalam ataupun luar negeri masih cukup tinggi, Artinya, ketersediaan varietas unggul di sentra perkebunan kunci utama keberlanjutan perkebunan kopi di Indonesia.

Perlindungan Kopi Gayo dengan IG.IG mensyaratkan tersedianya kebun induk kopi. Namun belum dilakukan Pemda hingga kini. Dokpi
Perlindungan Kopi Gayo dengan IG.IG mensyaratkan tersedianya kebun induk kopi. Namun belum dilakukan Pemda hingga kini. Dokpi
Hal ini sudah tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian No 88 Tahun 2017. Pada tahun pertama merupakan tahap persiapan lahan, tahun kedua penyiapan bibit pada awal tahun dan tahun berikutnya pemeliharaan.
Win Ruhdi Bathin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun