Sudah lama kami tak bersilaturrahmi. Pak Wiknyo, sesungguhnya ,tak pernah pensiun. Selalu memproduksi bibit Keprok Gayo bersama Masyarakat Perlindungan indikasi Geograpis Jeruk Keprok Gayo (MPIG). Dimana Wiknyo adalah ketuanya.
Satu Kelompok masyarakat yang konsisten menjaga dan mengembangkan Keprok Gayo khas Paya Tumpi.
Kamipun berjabat tangan. Duduk diteras dengan pemandangan jeruk Keprok Gayo yang buahnya telah matang didalam planterbag.
Kami membakar tembakau. Menyilangkan kaki diatas kursi kayu yang busanya tak lagi terasa empuk.
Ceritapun mengalir deras. Diiringi tawa terbahak karena gagal mewujudkan mimpi, membuat kawasan agrowisata tanaman unggul gayo di tepi danau, lengkap dengan kulinas khas Gayo. Sebagai ikon wisata dan souvenirbdi Gayo.
Kabupaten Dataran Tinggi ini, gagal fokus mengembangkan penelitian kopi, sayuran dan buah, dengan apbk yang mencapai trilyunan. Hanya habis untuk operasional PNS Â dan proyek proyek berharap fee yang ternyata adalah gratifikasi.
Pertanian Yang Tersesat di Jalan yang Terang.
Gayo yang populer dengan kopi Arabikanya ternyata tidak diikuti dengan Pembangunan infra struktur dan lembaga riset kopinya.
Gayo 1 dan Gayo 2 yang sudah jadi kopi unggul nasional ini , tidak memilki kebun induk.
"Seharusnya kopi itu memiliki Kebun Induk Tunggal. Sebagai jaminan keaslian varitas. Dirawat dan dijaga . Agar tidak tercampur dengan varitas lain", ungkap Wiknyo.
Wiknyo malah menanyakan dimana sesungguhnya kebun induk tunggal  varitas yang sudah dirilis nasional itu.