Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Cara Gayo Menikmati Hidup dengan Ngopi

1 Oktober 2017   12:04 Diperbarui: 1 Oktober 2017   17:48 5001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika saja anda berkunjung ke gayo, ada style atau gaya minum kopi yang mematahkan cara Barat meminum kopi. Hal ini disebut Gayo Style. Apa itu?

Jika di Eropa atau Amerika sana, anda meminum kopi arabica jenis espresso berukuran 30 mililiter karena kesibukan atau singkatnya waktu, atau berharap efek kafein segera bereaksi, maka kopi diminum dengan cara cepat dan pergi.

Gaya itu tidak laku di gayo. Cara minum kopi seperti ini berubah alami. Alam dan lingkungan di Dataran Tinggi gayo yang dingin membuat warganya cenderung santai. Warga gayo hidup di dtaran tinggi 1200 diatas permukaan laut, di jantung kota Takengen. Tentu berbeda dengan Barat yang sibuk dan cenderung tak saling peduli. Walau mungkin saling kenal.

Sejak ditemukannya mesin espresso tahun 1884 di Italia, espresso menjadi trend minum kopi dengan 2-3 kali sesap atau teguk. Dengan mesin ini, kopi dapat disajikan dengan waktu kurang dar satu i menit. Para peminum espresso di negara asalnya sana, menikmati kopi saat istirahat dengan waktu yang singkat. Espresso, hasilkan kopi kental dan pekat.

Meski tetap meminum espresso yang terkadang disebut "kupi bingit" , tapi anda tak harus cepat berlalu. Minum espresso bisa berlama lama duduk di cafe yang kini tumbuh subur di banyak tempat, kota berkabut di pagi hari ini.

Bahkan Cafe bergerak dari mobil mobil yang didisain sedemikian rupa, kini mengisi antero gayo. Peminum kopi cara moderen ini tetap laris. Meminum kopi di kebun kopi. Dengan suguhan pemandangan yang aduhai.

Gayo kini menjadi incaran warga luar untuk minum kopi. Atau membeli kopi untuk dijual lagi dalam bentuk biji hijau, roasted beans atau bubuk kopi. Kopi gayo dijual bukan saja dari sentra penghasil utama di gayo, tapi juga di Medan, Banda Aceh dan kota besar lainnya.

Namun, membeli kopi gayo di luar gayo, menimbulkan resiko dan komplain dari para pembeli luar gayo karena rasanya dikatakan berbeda. Berbeda dengan kopi gayo yang dibeli langsung ke Takengen atau Bener Meriah. Mungkin sudah dicampur kopi lain, atau kopi lain yang diatas namakan kopi gayo. Hal ini bisa saja terjadi karena tingginya harga kopi gayo. Karena kopi gayo memiliki ciri rasa dan aroma khas tersendiri.

Seorang buyer Amerika pernah menyatakan bahwa dia pernah menguji kopi gayo di blending dengan berbagai kopi dari berbagai belahan dunia. Menurutnya, kopi gayo masih bisa ditemukan rasanya meski sudah di blend.

Buyer asing ini kemudian berharap, sebaiknya kupi gayo punya katalog sendiri. Katalog Kopi Gayo. Hal ini penting karena di gayo sendiri memiliki puluhan varietas arabika. Selain yang diintroduksi dari luar seperti Timtim di tahun 1982 dari negara Timor Leste yang saat itu masih masuk Provinsi Timur Indonesia.

Maupun varietas endemik lokal , seperti Bergendal dan Kupi Ramung serta Ateng Jaluk. Dua kupi unggul gayo yang telah dirilis secara nasional adalah Gayo 1 dan Gayo 2. Hebatnya lagi, meski di hasilkan dari tempat yang sama, kopi gayo cenderung selalu berubah rasa dan aromanya. Wajar saja, karena saat panen, musim sangat mempengaruhi rasa kopi, demikian juga ketinggian tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun