Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Mau Disiplin? Ajar Anak Anda

29 Desember 2011   06:18 Diperbarui: 7 Desember 2018   21:34 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Takenori Kadowaki : Latih Anak Anda Disiplin

Soal Disiplin, bagi orang Jepang, tak ada Toleransi, Dimanapun kapanpun, tetap disiplin.

Bangsa Indonesia tentu saja kalah jauh soal disiplin dengan bangsa Jepang.Soal disiplin bagi orang Jepang sudah seperti darah dan daging. Menyatu dalam diri dan hidup. Contoh disiplin orang Jepang, tergambar dari seorang warga Jepang yang bekerja di Takengon, Aceh Tengah. Meski jauh dari negaranya, orang Jepang tetap saja disiplin. Tak ada toleransi untuk bermalasan dalam soal disiplin. Dia adalah Takenori  Kadowaki. Berumur 64 tahun.Kehadiran Takenori di Dataran Tinggi Gayo karena bekerja sebagai konsultan. Disiplin, menghargai waktu, memiliki etos kerja yang tinggi sehingga tidak ada waktu yang disia-siakan, tergambar dari sosok lelaki Jepang ini. Perkenalanku dengan Takenori saat lelaki Jepang ini datang ke tempatku bekerja sebagai Barista. Guide Takenori , Iwan Fajar lelaki gayo yang pernah bekerja tiga tahun di Nagano Jepang mendampingi Takenori. Iwan Fajar yang pernah magang di Jepang bekerja untuk konsultan Nippon, mendampingi Takenori. Menurut Iwan, Takenori sedang mendalami bahasa Indonesia. Keseriusan Takenori terlihat saat belajar bahasa Indonesia. Buku kamus bahasa Jepang-Indonesia ada tiga buah yang berhalaman tebal. Demikian juga beberapa buku catatan dan sejumlah pulpen dan bahkan pinsil. Meski hari Sabtu adalah libur bekerja bagi perusahaan Nippon di Takengon, namun Takenori tidak hendak bermalas-malasan atau sekedar santai. Takenori membaca, bertanya, menulis semua yang dipelajarinya atau bertanya pada Iwan. 'Kami sudah terbiasa tidak disiplin. Mulai pemerintahan, sipil, TNI/Polri, lembaga, ornop, dan lain-lain. Lalu bagaimana meniru Jepang soal disiplin jika sistim di negeri ini juga tidak disiplin", tanyaku. Takenori tidak kaget dengan pertanyaannku. "Jika memang semua sudah tidak disiplin, jangan takut. Anda bisa mengajarkan disiplin pada anak anda", tegas Takenori. Mereka yang mau berdisiplin, harus komitmen mengajarkan anak-anaknya berdisiplin dengan pengawasan orang tua. "Jika anda ingin anak anda disiplin, andalah yang pertama menerapkan disiplin. Maka anak anda akan menjadi disiplin. Tapi jika anda hanya berbicara disiplin tanpa mempraktekkannya, maka akan sulit juga anak anda akan disiplin meski anda mengajarkannya", papar Takeniro. Selama di takengon, Takenori mengaku mengagumi keindahan Takengon dan kesuburan alamnya. "Udaranya masih segar, tanpa pencemaran", katanya. Takenori paling menyukai berbagai masam Jus segar dari buah-buahan yang dihasilkan Dataran Tinggi ini. Seperti, Jus Terong Agur (Terong Belanda) Pepaya, Nenas. "Meski waktu kerja dimulai pukul 08.00 Wib, tapi Pak Takenori sudah masuk kantor sejak pukul 07.00 Wib", terang Iwan, soal disiplin lelaki Jepang ini.



Takeniro mengaku bangun setiap hari pukul 05.00Wib. Bapak dua anak,  lelaki dan perempuan  ini berasal dari Fukuoka City ini, kembali melanjutkan belajar Bahasa Indonesia dengan Iwan Fajar.

 Takeniro menikmati jus pokat dipadu coklat. Sekitar satu jam bersama Takenori, rasanya tak cukup mengorek keterangan tentang proyek PLTA Pesangan yang dibiayai Jepang  dengan pemenang tender Hyundai Korea dan perusahaan Indonesia. Apalagi, berbicara dengan Takeniro harus diterjemahkan oleh Iwan yang fasih berbahasa Jepang.

Menurut Takenori Kadowaki, dia sudah berada di Takengon sejak beberapa bulan lalu. Dia seorang  Tehnisi, khususnya terowongan. Takeniro tidak hanya berbicara menerangkan tentang proyek yang sedang dikerjakannya. Dalam sebuah buku tulis , Takeniro membuat gambar bagaimana proyek PLTA dikerjakan di Kecamatan Silih Nara.

Dalam gambar itu, Takenori menggambarkan dari Sanehen membuat terowongan untuk dialiri air dari Pesangen.  Jarak terowongan dalam bumi Sanehen dua kilometer hingga Kampung Remesen. Masih didalam  tanah Remesen, lanjut Takenori, dibuat sebuah lubang (terowongan) menukik sedalam 200 meter guna mempercepat aliran air yang selanjutnya dipakai di Power House 1. Power House 1 yang masih berada didalam bumi ini berkekuatan 40.000 KW untuk mengaliri listrik Takengon dan sekitarnya.

 Sementara Power House 2 nantinya akan mensuplai listrik untuk luar Takengon dengan kapasitas 40.000 KW. Power House 1 memiliki ketinggian sekitar 30 meter, lebar 20 meter  dengan panjang bangunan sekitar 60 meter.



-- Arigato Otosan Takeniro  Kudowaki ....


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun