Mohon tunggu...
winata nyoman
winata nyoman Mohon Tunggu... -

karyawan swasta tinggal di Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pariwisata Telah Menjadi Api Bagi Bali

18 September 2012   07:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hingga tahun 1980-an, pariwisata Bali masih berjalan pada rel terkendali. Pemerintah ketika itu masih memiliki wibawa kuat mengatur apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan masyarakat terkaitan pariwisata. Selain itu, nikmatnya kue pariwisata Bali masih hanya diberikan kepada kroni para penguasa Jakarta. Meski hal ini sangat tidak adil, namun setidak-tidaknya masih bisa mengendalikan kobaran api pariwisata.

Perkembangan politik yang semakin demokratis melahirkan sistem pemerintahan otonom di tingkat kabupaten dan kota. Sistem politik demokratis juga mengubah sistem pemilihan pemimpin daerah menjadi pemilihan langsung. Akibatnya lahir raja-raja kecil yang seringkali mengatasnamakan pembangunan daerah dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) lalu membuat kebijakan-kebijakan yang semakin mengobarkan api pariwisata.

Pembatasan masa berkuasa, bukannya membuat raja-raja kecil menjadi pelindung melainkan makin rakus mengeruk keuntungan dari pariwisata. Menjadi terang benderang kemudian, mengapa Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) misalnya ditolak dengan keras oleh para kepala daerah di tingkat kabupaten/ kota.

Dampaknya, perkembangan pariwisata nyaris tanpa kendali. Banyak yang telah dikorbankan rakyat Bali demi pariwisata. Lingkungan dan budaya secara perlahan mulai terkikis kualitasnya. Kemacetan ada di mana-mana. Sampah tidak tertangani dengan baik. Angka kriminalitas meninggi. Semuanya dampak negatif pariwisata yang begitu mendominasi beberapa waktu belakangan.

Bali kini menjadi sorga terakhir (the last paradise) yang terbakar api pariwisata sehingga menjelma menjadi neraka baru (the new hell).

Sorga yang berubah menjadi neraka, tentu saja menjadikan Bali di masa depan akan ditinggalkan. Dan saat itu terjadi maka tidak akan ada lagi yang mempedulikan Bali, kecuali orang Bali sendiri. Ibarat rumah, Bali telah mulai terbakar sedikit demi sedikit. Ketika tiba saatnya nanti, kobaran api pariwisata akan semakin besar dan rumah bernama Bali akan benar-benar terbakar habis (burning down). Kemudian rakyat Bali akan hidup dari mengais puing-puing yang masih tersisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun