Suramnya sistem kapitalisme hari ini sudah pernah diramalkan oleh Karl Marx. Dalam kerangka pemikirannya mengenai komunisme, Marx meramalkan bahwa kapitalisme pasti akan mengalami keruntuhannya. Penyebabnya, kata Marx adalah ulah dari kaum kapitalisme itu sendiri yang karena sifat rakusnya akan terus menerus memupuk keuntungan atau akumulasi modal. Kerakusanadalah kekuatan sekaligus kelemahan dari kapitalisme.
Namun demikian, pada masa awal lahirnya pemikiran Marxian dan berlanjut pada masa-masa pertarungan kapitalisme melawan komunisme, ramalan Marx tentang keruntuhan kapitalisme seakan-akan tidak terbukti. Faktanya negara-negara yang menganut sistem komunisme akhirnya mengalami kegagalan danharus mengakui bahwa kapitalisme telah berjaya. Uni Soviet jatuh disusul negara-negara di Eropa Timur yang menganut sistem komunisme.
Pada ramalan Marx tentang runtuhnya Kapitalisme disebutkan terjadinya Over Weight Production yakni kondisi dimana terjadi kelebihan produksi akibat teknologi dan kebutuhan yang telah tercukupi. Kondisi ini adalah faktor penyebab utama jatuhnya kapitalisme. Kaum kapitalis yang merupakan pemilik alat-alat produksi dengan logika akumulasi modalnya, terus menerus melakukan penghisapan terhadap kaum buruh atau proletar sampai kemudian kaum buruh tidak lagi memiliki kemampuan untuk membeli produk-produk yang dihasilkan mesin-mesin produksi kapitalisme. Inilah yang menjadi akar dari revolusi kaum proletar yang akan meruntuhkan kapitalisme.
Hingga sebelum tahun 2008, kapitalisme memang dengan sukses besar meruntuhkan pandangan-pandangan Marxisme klasik yang meramal tentang runtuhnya kapitalisme. Banyak tesis yang mencoba menjelaskan mengapa kapitalisme tidak runtuh seperti ramalan Marx.Dua yang cukup menonjol adalah pemikiran dari kelompok aliran Frankfrut School yang menjelaskan tentang kuatnya penanaman kesadaran-kesadaran palsu (false consciousness) dan Antonio Gramschi tentang hegemoni. Memang kapitalisme dengan sangat cerdik membangun kesadaran-kesadaran palsu dan menancapkan hegemoninya pada kelas pekerja agar mereka bersedia dan rela untuk mengkonsumsiproduk-produk yang sesungguhnya tidak perlu dikonsumsi.Produksi mesin-mesin kapitalis terus berputar dan konsumsi atas produk tersebut terus meningkat. Alih-alih melakukan revolusi, kaum proletar justru larut dalam sistem kapitalisme dengan kepuasan dan kebanggaan telah mengkonsumsi produk-produk yang memberi kenikmatan palsu.
Tetapi disisi lain kerakusan kaum kapitalis neoliberal ternyata tak pernah terpenuhi. Kaum kapitalisme neoliberal telah menjelma menjadi Erisychthon, tokoh dalam mithologi Yunani yang dikutuk para dewa tidak akan pernah kenyang. Kutukan yang dialami Erisychthon, seorang tukang kayu kaya tetapi serakah ini gara-gara ia nekat menebang pohon kayu kesayangan para dewa yang dipergunakan tempat beribadah. Akhirnya Erisychthon memakan semuanya yang ada, sampai akhirnya tak ada satupun yang bisa dimakan kecuali dirinya sendiri.Eriscychthon pun kemudian memakan dirinya sendiri.
Kutukan yang sama juga dialami kapitalis neoliberal dunia saat ini. Kerakusannya akan pemupukan keuntungan yang besar, mendorong mereka menciptakan sistem keuangan semu yang dibangun dari hutang dan bunga. Hanya kertas-kerta dalam bentuk obligasi atau surat hutang yang menjadi jaminan atas kepemilikan modal. Lalu konsumsipun dilakukan dengan sangat massif diluar batas-batas kewajaran dan kemampuan sesungguhnya. Akibatnya adalah menumpuknya hutang yang tidak bisa lagi dibayarkan dengan uang yang tersedia. Jatuhnya sejumlah lembaga keuangan raksasa seperti Lehman Brothers dan Washington Mutual di Amerika adalah contoh nyata akibat kerakusan para pengelolanya. Sementara kasus kebangkrutan Yunani adalah akibat tingginya defisit negara yang dibiarkan cukup lama diatas batas kewajaran.
Kepercayan yang besar atas kekuatan pasar dalam mengatur sistem perekonomian, membutakan para kapitalis neo liberal. Pentingnya ada jaminan-jaminan secara material atas sistem keuangan yang sempat di pertahankan kapitalisme klasik dalam bentuk jaminan emas, ditinggalkan begitu saja oleh kapitalisme neoliberal. Pada tahun 1944 terdapat sebuah perjanjian yang disebut dengan Bretton Wood didukung oleh 44 negara menyepakati bahwa setiap dollar Amerika yang dicetak dijamin dengan kepemilikan emas di Bank Sentralnya. Tetapi sejak 1971 jaminan emas ini kemudian tidak diberlakukan lagi, karena Amerika Serikat memerlukan banyak dana untuk membiayai perang Vietnam. Maka sejak itu pula sebenarnya uang kertas hanyalah dijamin dengan kepercayaan yang hanya ditentukan dengan ukuran-ukuran yang tidak pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H