Saya adalah salah satu mahasiswi di perguruan tinggi negeri yang cukup dikenal di Kota Bandung, Hari-hari di perguruan tinggi memang tidak seperti yang saya bayangkan ketika masih menggunakan rok abu-abu, hampir dua tahun lalu. Saya pikir kuliah itu seru karena sudah tidak lagi memakai seragam, melainkan memakai outfit sehari-hari dan yaaap! saya yakin semua anak yang masih memakai seragam kerap kali penasaran dan ingin mencoba bagaimana rasanya sekolah dengan baju yang digunta-ganti setiap harinya.
–
Institut Teknologi Bandung, bukanlah tujuan saya ketika masih duduk di bangku sd dan smp. Dulu,saya sangat ingin menjadi dokter, cira-cita yang sangat tipikal pada masanya. Dari kecil saya kerap menceritakan keinginan kepada orangtua, dan tak lupa belajar juga. Sejak sd saya selalu mendapat ranking yang baik, walaupun hanya sekali menjadi juara kelas, posisi ke-2 dan ke-3 sering saya tempati, bahkan sayapun menjadi pemilik nem terbesar pada saat kelulusan sekolah dasar, yaaa walaupun ternyata nem itu paspasan untuk melanjutkan sekolah di SMPN 14 Bandung, salah satu sekolah negeri yang letaknya 10 menit (dengan naik angkot dan tidak berhenti-berhenti) dari rumah saya.
Dengan otak yang sama, saya masuk kelas unggulan di SMP, ya walaupun semasa kelas 1 SMP saya hanya mampu menduduki peringkat ke 8, saya terus berusaha hingga pada kelas 2 dan 3 saya kembali menduduki peringkat tiga besar. Saya bukan anak yang terkesan study oriented , tidak sama sekali, karena menurut saya pendidikan itu penting namun sosialisasi sama pentingnya. Pada usia SMP sayapun sempat ikut beberapa ekstrakulikuler walau akhirnya keluar lagi karena alasan waktu dan hal lainnya. Karate, Pramuka, Jurnalistik, Karya Ilmiah, dan masih banyak lagi kegiatan non-akademik yang saya ikuti. Saya juga menjabat sebagai sekretaris OSIS pada waktu itu.
Lulus dari masa menengah pertama, alhamdulillah saya di terima di salah satu SMA terbaik kota ini, SMAN 5 Bandung. SMA ini memang cita-cita saya sejak dulu. Masih dengan otak yang sama, saya belajar disini dan yap, saya tidak pernah keluar dari 10 besar kelas, dan mungkin bagi saya sewaktu SMA, ranking kelas tidak terlalu berpengaruh karena ada yang lebih “powerful” itu adalah ranking angkatan…. yaaa kalo diangkatan sih ranking terbaik saya 21 dan terburuk 78. masih 100 besar lah yaa.. hehehe
Masih menganut prinsip, pendidikan dan sosialisasi yang sama penting, saya kembali ikut dalam beberapa organisasi, bahkan saya sempat ikut tim cheerleader walau akhirnya keluar lagi karena.. saya lupa karena apa… saya juga ikut dalam english club, dan menjadi manajer tim basket (perempuan pasti tau maksudnya apa) hehe. Saya juga ikut mengambil peran penting dalam acara besar angkatan setiap tahunnya, yaitu pentas seni, menurut saya itu adalah breaktrough karena yaa saya banyak belajar dan mendapat banyak pengalaman selama menjabat menjadi anggota divisi dana usaha, (sudah ketauan belum skrg jurusan saya di ITB apa? hehe)
Sampailah lulus dari SMA dan alhamdulillah lagi, saya mendapat jalur undangan dari kampusnya Bapak Ir. Soekarno dulu, antara senang dan sedih karena saya diterima dijurusan kedua dari dua pilihan yang saya pilih..
–
Yup, saya sekarang sedang menjalankan kuliah di bidang Bisnis dan Manajemen, namun……spesial (harganya)……
Karena kurang informasi pada saat pendaftaran undangan, saya memilih kelas internasional di SBM ITB, ya saya awalnya pikir sama saja. namun, ternyata.. beban yang ditangguhkan untuk dibayar yaa sekitar 10 juta sebulan. Belum lagi, untuk melanjutkan program keluar negeri kami harus bayar dengan uang sendiri , belum termasuk uang yang dibayarkan. :(
Tidak enak rasanya kepada orangtua, saya juga kerap bingung, disatu sisi saya merasa senang karena diterima di ITB, mengalahkan pesaing dari berbagi penjuru Indonseia, dan masuk melalui jalur undangan pula. Tapi, harga yang perlu orangtua saya bayar sungguh sangat besar.