Mohon tunggu...
Winasri
Winasri Mohon Tunggu... Freelancer - Newbie

universitas atma jaya yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masyarakat Cerdas Tanggap Bencana Alam

13 Juni 2016   23:30 Diperbarui: 13 Juni 2016   23:56 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Intensitas bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, memang tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut memang menuntut masyarakat Indonesia agar lebih cerdas dalam menyikapi setiap bencana yang terjadi. Berangkat dari pengalaman dan fenomena bencana alam yang terjadi di Indonesia saat ini, pengetahuan mengenai tanggap bencana menjadi salah satu tindakan yang tepat untuk diketahui oleh masyarakat.

Yogyakarta, sebagai daerah yang termasuk rawan bencana alam seperti gempa bumi dan gunung meletus menjadi alasan utama yang perlu diperhatikan. Masyarakat terutama  masyarakat yang tinggal disekitar gunung Merapi atau yang termasuk pada ring kawasan berbahaya harus memperoleh perhatian. Bentuk perhatian yaitu agar masyarakat yang tergolong berisiko tinggi, telah terjamin mendapat pembekalan pengetahuan  mengenai tanggap bencana. Apalagi jika melihat fenomena yang terjadi di Sumatera Utara yaitu Erupsi gunung Sinabung, warga Yogyakarta harus juga turut serta wasapada. Sehingga masyarakat lebih siap untuk segala kemungkinan buruk yang terjadi.

Gempa bumi pada saat ini sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia saat ini. Menjadi sebuah peringatan terhadap masyarakat Yogyakarta khususnya untuk lebih tanggap, yaitu memiliki pengetahuan bagaimana masyarakat tersebut bersikap. Pendidikan mengenai tanggap bencana tersebut harus telah diajarkan sejak dini. Sehingga menekan tingkat kemungkinan adanya korban anak-anak, jika terjadi bencana di Yogyakarta. Ilmu pengetahuan mengenai tanggap bencana, dapat diperoleh salah satunya dari sebuah sosialisasi mengenai tanggap bencana di sekolah-sekolah. 

Tidak hanya di sekolah saja pengetahuan mengenai tanggap bencana dapat diperoleh. Anak-anak yang bersekolah pada pendidikan informal juga memiliki kesempatan yang sama terhadap pengetahuan tanggap bencana tersebut. Melalui sosialisasi program Sigapnapi, yang telah diselenggarakan pada  8 Juni pada SD Kaliurang 1 dan SD Kaliurang 2. Telah dilaksanakan sebuah sosialisasi mengenai tanggap bencana kepada anak-anak, terutama jika terjadi bencana gunung meletus. Kegiatan tersebut merupakan tanggungjawab sosial yang harus segera disosialisasikan mengingat semakin tingginya tingkat risiko bencana alam di Indonesia.

Kegiatan ini juga didukung oleh pernyataan seorang guru Pendidikan Jasmani SD Kaliurang 1, Heru mengatakan bahwa “ beberapa tahun lalu telah terjadi erupsi gunung merapi sehingga anak-anakkan sebelum diberi pengetahuan tentang tanggap bencanakan. Jadi kebingungan” (8/6).

Tidak cukup sebatas itu program Sigapnapi yang didukung oleh Museum Gunung merapi, juga menjamah kepada komunitas pendidikan informal di daerah Kali Code yang merupakan daerah ring 1 dari bahaya jika meletusnya gunung Merapi. Rumah Belajar Indonesia Bangkit ( RBIB) menjadi komunitas yang perlu diperhatikan. Terlihat dari lokasi tempat belajar dan juga merupakan daerah tempat tinggal anak-anak yang belajar di RBIB. Menjadi tempat yang perlu diperhatikan keamanannya, yaitu dengan memberikan pengetahuan mengenai tanggap bencana kepada anak-anak sekitar Kali Code pada 13 Juni 2016. Program dilaksanakan dengan memberikan sosialisasi mengenai tanggap bencana kepada anak-anak dan juga dilaksanakan juga acara buka puasa bersama dengan seluruh peserta sosialisasi yaitu berkisar 55 peserta anak-anak Kali Code.

Program yang mendapat dukungan dari Museum Gunung Merapi( MGM) ini, merupakan bentuk tanggung jawab pihak Museum Gunung Merapi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat. pengetahuan yang mennjadi fokus Museum adalah pendidikan mengenai gunung api dan juga tanggap bencana. Tentunya keberadaan program yang dijalankan mendapatkan persetujuan dari kepala UPT MGM  yaitu Suharna, dengan maksud pengembangan pengetahuan masyarakat mengenai tanggap bencana.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun