Era kemajuan saat ini memiliki banyak kemudahan-kemudahan yang disajikan. Mulai dari perkembangan teknologi, pola hidup dalam bermasyarakat, bahkan urusan pelayanan pemerintahan yang berbelit-belit mulai diperbaharui.
Masyarakat pedesaan yang tinggal di Jawa Tengah misalnya. Kehidupan bermasyarakat yang memiliki kultur budaya serta adat istiadat yang dipegang teguh menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Istilah Tepo Sliro, dimana budaya hidup bermasyarakat yang saling menghargai serta menjaga perasaan orang lain menjadi hal lumrah diterapkan dalam kehidupan.Â
Masyarakat pedesaan yang tinggal di Jawa Tengah memiliki banyak sekali istilah konsep gotong royong. Kegiatan bahu-membahu dengan membantu sesama merupakan warisan kepekaan sosial dari leluhur yang turun-temurun. Kearifan lokal berkonsep gotong royong yang sering dijumpai diantaranya, sambatan dalam hal membangun rumah, lebotan ngedos pada saat panen padi, dan rewang di acara hajatan.
Sambatan
Era tahun 80 sampai 90 an pada saat tetangga renovasi rumah bahkan memindah lokasi rumah tidak butuh banyak waktu dan biaya tukang dalam pengerjaannya. Hanya dengan satu orang tukang sebagai komandan konsep, rentang waktu 1 sampai 2 hari rumah sudah selesai berdiri.Â
Bagaimana tidak, hanya dengan menu sarapan nasi uduk, lauk botok, dan tempe hangat yang di dorong nikmatnya kopi tetangga begitu semangatnya membantu sampai pekerjaan utama ditinggalkan. Kegiatan seperti itu silih berganti saling membantu dengan tetangga lain saat membutuhkan.
Ratusan orang dengan otot kekar hasil didikan kerasnya pekerjaan memberikan sumbangsih besar bagi rumah-rumah pedesaan yang sampai hari ini masih berdiri.
Era tahun 2000an saat ini kegiatan sambatan sulit dijumpai. Pekerjaan masyarakat yang didominasi kantoran sulitnya izin meninggalkan pekerjaan jika tidak ada hal penting, sambatan lambat laun tampak hilang. Tukang dan kuli bangunan tampil menjadi solusi. Walaupun biaya tambah, waktu pengerjaan juga tambah, bahkan menu makanan harus berganti setiap hari mau tidak mau harus disepakati.
Lebotan Ngedos
Kearifan lokal gotong royong yang satu ini tak kalah unik. Masyarakat pedesaan rela panas-panasan seharian untuk panen padi, tetap semangat walau tidak satu rupiah pun dibayar. Konsep bantuan bergilir pada saat panen yang sama mereka terapkan. Tidak harus dengan biaya besar untuk membayar buruh, hasil panen bisa dibawa pulang.
Era kemajuan saat ini pola pekerjaan dan teknologi canggih mulai hadir. Mulai kelompok-kelompok pekerja dengan bayaran mencapai 100 ribu lebih belum uang makan, alat panen pertanian yang terbarukan dengan tawaran cepat dan efisien walaupun biaya lumayan mahal digunakan. Kearifan lokal lebotan ngedos mulai tergeser dan sulit dijumpai.
Rewang
Konsep gotong royong dengan istilah rewang di hajatan yang dikenal pada masyarakat pedesaan juga turut menghiasi indahnya hidup bermasyarakat yang satu ini. Mulai acara sunatan, syukuran, selametan, bahkan sampai pernikahan masyarakat pedesaan guyub rukun membantu mempersiapkan dan menyajikan kuliner khas nya masing-masing.