Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ternyata, Mengajak Hidup Bersih Itu Tidak Gampang

18 Oktober 2011   08:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:49 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_4014" align="aligncenter" width="484" caption="Salah satu kontainer sampah di Groningen; foto: dokumentasi pribadi"][/caption]

Ketika baru datang di Kota Maastricht pada bulan April yang lalu, saya sangat gembira ketika melihat penduduk lokal yang membuang sampah rumah tangga mereka pada kontainer yang sudah disediakan oleh pemerintah setempat (gementee). Kontainer sampah tersebut sudah dipisahkan menurut jenisnya, seperti kertas atau botol. Karena kebijakan yang sangat ketat terkait sampah, maka masyarakat harus bekerja ekstra untuk memilah sampah-sampah tersebut terlihat dari beberapa plastik sampah yang bisa dijumpai di rumah-rumah orang Belanda.

Pada saat melihat itu, saya jadi berpikir, bagaimana kalau terjadi di Indonesia? Namun, saya sampai pada jawaban bahwa kalau sudah terjadi di Indonesia, maka saya tidak bisa sekolah sebab Bapak saya bekerja sebagai seorang tukang sampah dan hidup dari sampah yang dipisahkan dan dikumpulkan untuk kemudian dijual kembali. Saya mungkin harus berkata "untung" sebab apa yang saya lihat di Maastricht tersebut belum terjadi di Indonesia. Namun di sisi lain, upaya menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kebersihan adalah sesuatu hal yang penting.

Semula saya mengira bahwa orang-orang di luar negeri memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kebersihan. Tetapi, berada dalam sebuah kelompok dan komunitas, pasti ada saja yang tidak bersih di antara mereka yang bersih. Saat tinggal di housing Maastricht University, dalam satu koridor seringkali ada mahasiswa meninggalkan sampah kamar mereka di dekat pintu keluar. Sampah tersebut seharusnya dibuang ke dalam kontainer. Karena menyebabkan bau yang tidak sedap, saya harus rela hati untuk mengangkat plastik sampah tersebut ke bak sampah.

[caption id="attachment_4018" align="alignleft" width="284" caption="Pengumuman di shower room; foto dokumentasi pribadi"]

Pengumuman di shower room; foto dokumentasi pribadi
Pengumuman di shower room; foto dokumentasi pribadi
[/caption]

Kejadian lain saya temui selepas pindah ke Groningen. Saya juga tinggal di housing yang ditempat banyak mahasiswa yang datang dari berbagai negara. Masalah yang dihadapi terkait sampah juga sama. Ada yang sudah sadar untuk selalu menjaga kebersihan koridor, tetapi tidak sedikit pula yang acuh tak acuh dengan yang namanya kebersihan. Ada beberapa tempat yang harus tetap dijaga kebersihannya oleh penghuni koridor karena dipakai bersama-sama yaitu dapur, common room, shower room, laundry room.

Di dapur, masalah yang sering dijumpai adalah banyak alat masak dan makan yang dibiarkan tergeletak dan belum dicuci. Bahkan, sisa-sisa makanan sering kali masuk ke dalam saluran air dan berpotensi untuk menyumbatnya. Masalah yang kedua adalah sampah. Sebetulnya ada jadwal harian untuk membuang sampah itu, tetapi seringkali dibiarkan menumpuk beberapa hari hingga dua atau tiga plastik sampah. Mau bagaimana lagi? Saya yang tidak tahan dengan hal tersebut, berinisiatif untuk mengikat plastik sampah itu dan membawanya ke kontainer. Selain sudah ada jadwal harian, sebetulnya ada juga tulisan sebagai pengingat untuk menjaga kebersihan tetapi sepertinya tidak bekerja secara maksimal.

Masalah kebersihan juga ditemui di shower room dan WC. Pada bagian pintu masuk shower room, ada sebuah pengumuman untuk selalu membersihkan rambut yang jatuh selepas mandi. Pengumuman tersebut dipasang sebagai tindakan preventif agar jangan sampai saluran air tersumbat. Student manager pernah mengirim email bahwa ada masalah dengan saluran air sehingga mengingatkan agar para penghuni koridor untuk selalu membersihkan baik dapur maupun shower room.

[caption id="attachment_4022" align="aligncenter" width="404" caption="Surat peringatan"]

Surat peringatan
Surat peringatan
[/caption]

Masih terkait dengan sumbat-menyumbat saluran air di atas, kemarin saya mendapatkan informasi dari negara sebelah yang cukup menarik dan sedikit menggelikan. Ada sebuah surat peringatan dari pengelola housing bahwa telah ditemukan masalah pada saluran air yang disebabkan oleh semen. Atas kejadian yang tidak ditolerir tersebut, pihak pengelola housing akan mengadakan tes DNA matching apabila masalah tersebut kembali terjadi. Pengelola housing tersebut juga menyarankan untuk mereka yang ingin masturbasi agar dilakukan di kamar masing-masing sebab kalau dilakukan di shower room maka semen tersebut akan terakumulasi dan menyumbat saluran air.

Beberapa waktu lalu juga ditemukan penghuni housing yang kencing di dalam lift. Mungkin karena mabuk sehabis pesta, sehingga lift yang sempit tersebut dikira sebagai toilet. Atas kejadian tersebut, laporan dikirimkan ke student manager untuk diminta ditindaklanjuti. Memang betul, ternyata mengajak hidup bersih itu tidak gampang. Namun demikian, dimanapun berada, tetaplah menjaga kebersihan.

Salam hangat di pagi yang dingin dan hujan

Groningen, 18 Oktober 2011

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun