Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan yang dimiliki orang asing. Kantor pusatnya di Australia. Pada mulanya, perusahaan tersebut memiliki kantor di sebuah hotel di kawasan Kuta, Bali. Tetapi karena suatu hal, perusahaan tersebut tidak lagi menyewa gedung sebagai kantor. Mungkin karena biaya operasional yang tinggi, maka mereka mengambil keputusan untuk tetap mempekerjakan orang Indonesia namun dengan sistem yang berbeda.
Perusahaan itu membekali saya dengan sebuah laptop dan modem. Mereka berpikir bahwa saya bisa mengerjakan tugas-tugas saya di manapun tanpa perlu pergi ke kantor setiap hari. Karena pekerjaan saya berkaitan dengan Internet research, maka saya bisa mengerjakan pekerjaan saya asalkan ada komputer dan Internet. Dengan sistem dan prosedur kerja yang telah disepakati, akhirnya saya tidak perlu pergi ke kantor setiap hari. Saya memiliki jam kerja yang bebas dan fleksibel.
Ide tersebut pada mulanya pernah saya usulkan dalam sebuah bincang-bincang santai. Sepertinya asyik memiliki jam kerja yang fleksibel. Tetapi, sepertinya belum ditanggapi. Namun entah kenapa, pemikiran dan usul saya untuk bekerja dengan waktu kerja yang fleksibel diterapkan oleh perusahaan. Saya diminta untuk membeli modem dan berlangganan Internet dari sebuah penyedia layanan Internet.
Jadilah saya bekerja dengan waktu kerja yang fleksibel. Saya mendapatkan things to do dari atasan dengan batas waktu penyelesaian yang telah ditetapkan. Jika saya bisa menyelesaikannya dalam waktu yang lebih cepat, berarti saya bisa mengerjakan sesuatu yang lain. Intinya adalah waktu kerja saya sendiri yang mengatur. Pada hari dan jam yang telah ditentukan, saya harus mengirimkan hasil kerja itu. Dengan kondisi semacam itu, saya perlu mengatur sendiri ritme dan proses penyelesaiaan pekerjaan. Saya perlu memiliki jadwal agar pekerjaan-pekerjaan yang diberikan tidak sampai melewati batas yang telah ditentukan.
Karena mengandalkan modem dan koneksi Internet, saya harus mencari sinyal yang kuat apabila hendak bekerja. Jika dari kamar sinyal buruk, maka saya perlu mencari sinyal yang lebih kuat. Saya juga sering bekerja di tempat teman untuk mendapatkan jaringan Internet yang lebih bagus. Jika sudah demikian, saya segera memasukkan laptop dan modem ke dalam tas kemudian meluncur ke lokasi yang memiliki sinyal Internet yang kuat.
Jika ada seseorang yang bertanya, di mana alamat kantormu? Maka saya menjawab dengan menunjuk tas yang berisi laptop dan perlengkapannya. Maka itulah saya perlu menjaga laptop tersebut sebab berisi data-data yang penting sebab jikalau sampai hilang, maka pasti akan menangis tersedu-sedu. Dengan sistem kerja yang saya miliki, di mana ada tempat yang strategis dan tersedia jaringan Internet yang cukup kuat, maka disitulah saya bekerja. Di situlah kantor saya.
Namun, tetap saja ada dukanya. Walaupun saya tidak diwajibkan untuk pergi ke kantor, saya seringkali mendapat masalah dalam ketidakhadiran sinyal Internet yang saya miliki. Apabila jaringan sedang kuat, tidak masalah. Sebaliknya, bila jaringan sedang lemot ditambah mendekati deadline, maka hal itu menjadi masalah tersendiri. Beberapa kali saya harus pergi ke warung Internet untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Selain itu, keleluasaan waktu yang ada, menyebabkan saya seringkali “tergoda untuk main-main atau bepergian. Lagi di Bali gitu loh!!
Bila sudah demikian, ada dua alternatif yang bisa saya kerjakan. Saya sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan itu atau saya membawa “mobile office” saya selama bepergian. Dengan demikian, saya bisa mengerjakan tugas-tugas yang saya miliki. Meskipun sempat keteteran karena pengaturan waktu kerja dan kelemotan jaringan Internet, secara umum saya dan mobile office bisa menyelesaikan tugas dengan baik.