Topik Freez kali ini menggelitik saya untuk menuliskan beberapa paragraf yang berisi pengalaman pribadi mendapatkan beasiswa. Secara ringkas dan jelas, pada tulisannya yang berjudul Berburu Beasiswa? Yuk!, Marlistya Citraningrum telah berbagi resep yang menyangkut persyaratan kelengkapan administrasi yang patut diketahui dan disiapkan oleh para pemburu beasiswa, misalnya tes kemampuan berbahasa Inggris (TOEFL atau IELTS), surat rekomendasi, persyaratan akademik dan sebagainya. Di tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman mendapatkan kesempatan studi S2 di Belanda melalui Internasional Fellowships Program (IFP) dan sesudah itu mendapatkan beasiswa S2 kedua di negara yang sama. Mengingat masing-masing individu memiliki pengalaman yang berbeda-beda, tulisan ini barangkali sebagai pelengkap resep berburu beasiswa yang ditulis oleh Marlistya.
Tips pertama yang bisa saya bagikan adalah aktif mencari peluang. Kini dengan Internet, berbagai macam pengumuman beasiswa bisa diakses dengan mudah. Tidak jarang juga, pengumuman beasiswa disampaikan di surat kabar. Ketika saya hendak melamar beasiswa IFP, saya membaca pengumumannya di sebuah koran nasional. Jika perlu, ikuti milis-milis beasiswa, follow Twitter atau halaman Facebook yang memberikan informasi peluang beasiswa. Tidak ada salahnya juga menghubungi lembaga-lembaga seperti NESO, AMINEF atau British Council yang secara rutin menyelenggarakan seleksi beasiswa.
Jika ada sebuah peluang, jangan ragu untuk memelajari persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan. Sebagai contoh, selepas saya membaca pengumuman beasiswa IFP, saya kemudian mengumpulkan informasi tentang persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan. Karena masing-masing beasiswa memiliki persyaratan administrasi yang berbeda, maka calon pelamar sebaiknya dengan teliti membaca panduan dan informasi resmi secara detail yang diumumkan oleh sebuah program beasiswa. Bila perlu, buat daftar persyaratan yang dibutuhkan (misal skor IELTS, transkrip nilai, surat rekomendasi dst), tandai atau centang jika persyaratan itu sudah ada, dan segera lengkapi dokumen yang masih dibutuhkan.
Pada umumnya, sebuah program beasiswa meminta para pelamar untuk mengisi formulir yang sudah disiapkan dan diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar riwayat hidup, riwayat sekolah, pekerjaan, pertanyaan motivasi dan pertanyaan sejenisnya. Untuk itu, sebelum menjawab, sebaiknya membuat jawaban-jawaban tersebut di kertas sementara dan meminta orang lain yang lebih berpengalaman untuk mengecek dan menilainya. Masukan dan saran sangat bermanfaat untuk mendapatkan jawaban yang berkualitas dan sebagai jawaban yang akan dikirim ke lembaga-lembaga pemberi beasiswa.
Setelah memastikan bahwa semua dokumen lengkap, cek kembali sebelum dimasukkan ke dalam amplop untuk dikirim, atau sebelum dikirim secara online. Tidak lupa, lihat batas akhir pengumpulan berkas dokumen. Jangan sampai terlalu mepet dengan batas akhir untuk berjaga-jaga sesuatu hal yang mungkin bisa menghambat pengiriman dokumen.
Segala usaha dan upaya sudah dilakukan. Sebagai orang yang beriman, maka sebaiknya ketika mengirimkan lamaran baik lewat pos ataupun online, berdoalah supaya diberi yang terbaik. Tidak ada salahnya, minta doa restu orang tua supaya lamaran beasiswa tembus. Namun, jika memang belum berhasil, maka jangan putus asa. Coba merenung dan pelajari ada bagian apa saja yang kurang. Berdasarkan pengalaman dari teman-teman, banyak lamaran mereka  lolos setelah beberapa kali mengirimkan lamaran. Ada yang begitu percaya diri bisa lolos, namun kenyataannya tidak lolos, tetapi tidak sedikit yang tidak percaya diri dan hampir putus asa karena lamaran tidak ada yang lolos, malahan kemudian berhasil. Jadi, kuncinya tetap semangat dan terus mencoba.
Biasanya, seleksi beasiswa dilakukan secara bertahap, misalnya seleksi administrasi, seleksi tertulis hingga seleksi wawancara. Persiapkan diri sebaik mungkin agar bisa melewati tahap-tahap tersebut. Bila keputusan final sudah diumumkan bahwa seseorang lolos mendapatkan kesempatan studi melalui program beasiswa, bukan lantas bersantai-santai. Hal ini karena tahapan-tahapan berikutnya sudah menunggu di depan mata, terutama mengenai proses admisi ke sebuah universitas, persiapan sebelum keberangkatan (beasiswa ke luar negeri) dan jika ada dokumen yang belum memenuhi syarat (nilai TOEFL/IELTS/GMAT/GRE) masih kurang, maka perlu berjuang mencapai nilai yang ditetapkan.
Ketika sudah mulai perkuliahan, tahap ini juga tidak bisa dianggap ringan. Tantangan semakin besar telah menunggu. Ada program beasiswa yang langsung membiayai hingga selesai perkuliahan, namun ada juga yang berdasarkan penilaian setahun. Jika yang terakhir, maka kelanjutan beasiswa akan ditentukan prestasi dan penilaian dalam jangka waktu tertentu. Maka itu, tidak bisa lantas bersantai. Apalagi yang berkesempatan kuliah di luar negeri, masuk ke lingkungan yang baru pasti memiliki tantangan yang lebih besar untuk bisa mengatasi persoalan culture shock yang mungkin bisa berpengaruh pada prestasi akademik.
Bila Anda sudah mendapatkan beasiswa namun masih suka sekolah, maka tidak ada salahnya Anda mencari peluang beasiswa lain, terutama ketika memasuki tahun-tahun akhir dan kontrak beasiswa akan berakhir. Jadi, kuncinya tetap aktif mencari peluang dan kirim lamaran meskipun masih sedang berkuliah. Seperti yang saya lakukan. Beberapa bulan sebelum lulus, saya mendaftar sebuah program beasiswa dari internal kampus Groningen University. Saya persiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan mengirimnya. Beberapa bulan kemudian, saya mendapat pengumuman bahwa saya diterima di program master saya yang kedua di Groningen University. Jadi, tetap semangat mencari peluang dan mencoba.
Semoga bermanfaat...veel succes!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H