Walaupun selama ini bimbingan karir telah tersedia dan dilakukan, baik di sekolah maupun melalui layanan disnaker, namun perannya masih bisa dioptimalkan. Calon lulusan dituntut berperan aktif dan lebih berinisiatif dalam bertanya dan menggunakan fasilitas bimbingan konseling itu. Namun demikian, pihak sekolah dan dinas tenaga kerja juga perlu secara konsisten mensosialisasikan peran bimbingan konseling yang dikelola untuk calon pelamar dan masyarakat. Penyebaran informasi mengenai bimbingan karier harus terus dipacu sehingga masyarakat luas tahu dan memanfaatkan layanan tersebut.
Sebagai akhir pada bagian ini, peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bimbingan karier juga tidak kalah penting. Mengingat era globalisasi dengan level perubahan yang cukup tinggi, maka pelaku bimbingan karier perlu terus meng-update kemampuan, skills dan informasi yang dimiliki. Mereka perlu dipersiapkan dan dilatih terlebih dahulu sebelum memberikan bimbingan kepada calon pelamar dan masyarakat. Mereka harus mengikuti Training of Trainers (ToT) sebagai bentuk persiapan dan pelatihan sebelum terjun ke masyarakat.
Bimbingan Karier dan Entrepreneurship
Selama ini, bimbingan karier lebih cenderung “mengurusi” persoalan hubungan pelamar kerja dan dunia usaha. Artinya, bimbingan karier lebih berfokus pada mereka yang berorientasi pada mencari pekerjaan. Sementara, perkembangan terkini menyebutkan bahwa peran entrepreneurship sangat penting dalam mendorong perekonomian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat melalui ide-ide yang kreatif dan inovatif yang bisa dikembangkan menjadi bisnis. Lantas, bagaimana bimbingan karier menyikapi persoalan tersebut?
Idealnya, bimbingan karier tidak hanya membimbing mereka yang berorientasi pada yang mencari pekerjaan, tetapi juga mereka yang ingin berkarir dengan menjadi wirausaha/entrepreneur. Dengan cakupan kerja yang lebih luas, sekali lagi, kerjasama dengan pihak-pihak terkait juga dibutuhkan. Misalnya, bimbingan karier sekolah perlu menggandeng inkubator bisnis untuk mendiskusikan berbagai kemungkin ide usaha. Selain itu, dalam konteks jejaring, bimbingan karier juga perlu berhubungan dengan pihak penyedia dana, misalnya dunia perbankan atau koperasi. Dengan demikian, mengingat salah satu hambatan berusaha adalah pada aspek permodalan. akses terhadap modal usaha dapat lebih mudah melalui kerjasama dengan institusi keuangan tersebut. Jejaring dan kerjasama seperti itulah yang perlu terus digiatkan.
Selain itu, jejaring yang dibangun oleh bimbingan karier bagi para calon wirausaha bisa diperluas dengan melibatkan ikatan-ikatan penguasaha. Hal ini sangat penting untuk memotivasi calon pengusaha muda melalui berbagi pengalaman dan informasi ketika merintis usaha. Melalui kisah-kisah yang disampaikan, baik keberhasilan, kegagalan dan pengalaman berbisnis, maka para calon penguasaha muda tersebut dapat terlecut motivasi mereka dan tidak gampang menyerah sebab salah satu prinsip berwirausaha adalah pantang menyerah. Melalui kerjasama dengan ikatan-ikatan penguasaha tersebut, calon-calon lulusan yang berminat untuk menekuni dunia usaha bisa mendapatkan banyak tips-tips dalam berusaha, selain memerluas jejaring tentunya.
Melalui bimbingan karier dengan menggandeng pelaku-pelaku dan ikatan usaha, paling tidak sedari awal, para calon lulusan mengerti dan memahami atmosfer dalam sektor kewirausahaan. Bahwasanya dalam setiap usaha muncul hambatan dan kegagalan itu wajar, sebab berdasarkan pengalaman-pengalaman dari para pengusaha, tidak sedikit mereka yang harus berjibaku dengan kegagalan dan hambatan. Oleh sebab itu, dengan sharing dan bertukar pengalaman antar penguasaha dan ikatan pengusaha tersebut, maka calon lulusan akan mendapatkan pandangan baru mengenai dinamika berusaha.
Pada akhirnya, para calon lulusan akan memiliki pilihan selain mencari pekerjaan, yaitu berbisnis dan membuka lapangan pekerjaan. Jika motivasi dan niat sudah ada, jejaring sudah terbentuk, permodalan sudah disediakan melalui kerjasama dengan perbankan, maka selanjutnya adalah mendorong para calon lulusan untuk membuka bisnis. Semua tersebut tidak terlepas dari sinergi antara pihak dunia pendidikan, pelaku usaha, pemerintah dan stakeholder lainnya. Melalui sinergi tersebut, secara perlahan, mental lulusan yang semula berorientasi pada mencari pekerjaan, takut gagal dan tidak percaya diri untuk berbisnis maka akan berubah menjadi lulusan yang berorientasi membuka bisnis dan membuka lapangan kerja.
Di beberapa institusi pendidikan, biro kewirausahaan dibentuk, salah satunya untuk menunjang praktik-praktik kewirausahaan di sekolah/kampus. Wadah ini semestinya dimanfaatkan sebagai media untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan ke kalangan siswa, yaitu melalui pelibatan siswa dan mahasiswa dalam pengelolaan usaha-usaha yang dilakukan. Dengan demikian, mereka dapat merasakan atmosfer berusaha dan mulai mendapatkan pengalaman mengenai bagaimana mengelola sebuah usaha.
Melatih Hard skills dan Soft skills
Dalam kaitannya dengan bimbingan karier, salah satu pokok bahasan yang perlu ditekankan pada calon lulusan adalah keseimbangan antara hard skills dan soft skills. Baik mereka yang nantinya memilih untuk mencari kerja ataupun hendak membuka bisnis sendiri, melatih hard skills dan soft skills sangatlah dibutuhkan. Selain melatih dan fokus kepada bidang studi yang ditekuni, bimbingan karier juga perlu terus memotivasi calon lulusan melatih kemampuan-kemampuan yang selama ini menjadi kelemahan sebagian besar lulusan, misalnya mengenai motivasi, komunikasi, disiplin, percaya diri dan kerja keras. Peran bimbingan karier adalah menggugah kesadaran peserta didik untuk terus mengasah kemampuan teknis yang berkaitan dengan bidang studi yang ditekuni, serta kemampuan non-teknis yang diperlukan dalam bekerja dan berusaha.
Oleh sebab itu, sejak dini siswa-siswa perlu disadarkan untuk melatih hard skills dan soft skills mereka. Sejak masa Sekolah Menengah Pertama, paling tidak, bagian Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling perlu mulai menyiapkan kerangka dalam bimbingan karier, seperti mengenali potensi diri, minat siswa dan persiapan-persiapan apa saja yang harus dilakukan untuk mengejar karier yang ingin ditekuni. Pada jenjang pendidik ini, para siswa juga perlu mulai dikenalkan mengenai jurusan-jurusan yang ada untuk mendukung karier mereka, termasuk keahlian-keahlian teknis dan non-teknis yang diperlukan.
Berkaitan dengan pemilihan jurusan, bimbingan karier perlu memberikan banyak informasi mengenai jurusan-jurusan yang perlu diambil oleh siswa. Misalnya, setelah lulus SMP, siswa diberi pilihan untuk sekolah di SMK atau SMA. Bimbingan karier juga perlu menginformasikan bagaimana jika mereka memilih SMA atau SMK, dan jurusan pendidikan apa yang harus siswa-siswa ambil setelah mereka lulus nanti beserta dengan hard skills dan soft skills yang akan dilatih dan diperoleh.