Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hiromi, “Si Kutut Manggung”dari Jepang

31 Januari 2012   17:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13280316671033306486

Salah satu penampilan Hiromi saat nembang Sinom Parijatha; diambil dari Youtube http://www.youtube.com/watch?v=mliK5_s61_s

Perjuangan Hiromi

Sesosok wanita berkacamata dan bersanggul bersimpuh di deretan para sindhen di sebuah pementasan wayang kulit. Dengan lugas dia menyanyikan bait pertama tembang Kutut Manggung. Wayahe wus lingsir wengi................. melantun dengan sangat merdu. Suara tepuk tangan terdengar menyambut. Sindhen/waranggana yang nembang Kutut Manggung di malam pagelaran wayang kulit di Istana Negara tampil sangat memukau. Barisan penonton yang sebagian adalah pejabat negara seperti Presiden SBY dan Ibu Ani Yudoyono beserta dengan jajaran menteri seperti Mardiyanto, Sudi Silalahi dan Hatta Rajasa terlihat sangat menikmati tembang Kutut Manggung yang melantun merdu. Siapakah sebenarnya sindhen itu? Pertunjukan wayang kulit tersebut memang sudah digelar pada tanggal 7 Agustus 2009, tetapi rekaman Kutut Manggung masih bisa dinikmati di Youtube. Dalang Ki Purbo Asmoro memainkan lakon Sesaji Raja Suya. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk tersebut semakin istimewa sebab ada beberapa bintang tamu yang meramaikan seperti Kitsie Emerson (Amerika), Karen Elizabeth Sekararum (Amerika), Hiromi Kano (Jepang), sindhen Cilik Febriani Mega Saputri (Kediri) dan pelawak Kirun. Kalau tak menyebut nama, orang tak akan pernah menyangka kalau pelantun tembang Kutut Manggung itu  adalah seorang Jepang asli. Namanya Hiromi Kano. Dengan berbekal kemauan, kesungguhan hati, kerja keras dan kecintaannya kepada seni budaya Jawa, Hiromi meninggalkan negaranya ke Indonesia untuk belajar menjadi seorang sindhen.  Suaranya yang sangat halus dengan berkonde dan kebaya khas Jawa, menjadikan Hiromi tampak seperti wanita Jawa asli. Hiromi sudah sangat fasih nembang Jawa dan tampil sebagaimana waranggana kondang yang pernah menyanyikan tembang Kutut Manggung, seperti Nyi Tjondrolukito, Nyi Waljinah dan Anik Sunyahni. Wanita pencita sayur gori tersebut tidak pernah menyangka bahwa dia akan menjadi seorang sindhen asing yang terkenal, terlihat dari banyak tawaran manggung. Tercatat, jika dicari di Youtube dan beberapa berita, Hiromi pernah nyindhen bersama Dalang  Ki Purbo Asmoro, Ki Enthus Susmono, Ki Anom Suroto, Ki Mantep Soedharsono. Hiromi mampu memberikan warna lain dalam setiap pementasan wayang kulit. Daya tariknya tidak lain karena Hiromi adalah sindhen asing yang lahir di Chiba (Jepang) pada 31 Januari 1967 dan tentu saja dia memiliki suara yang merdu. Hal itulah yang membuat Hiromi selalu diundang  dan selalu disibukkan dari satu pentas wayang ke pentas wayang yang lain. Kecemerlangan Hiromi menjadi sindhen yang mumpuni melalui proses yang panjang. Ketertarikannya pada bidang musik, pada mulanya tertarik musik piano, membuat dirinya mengambil kuliah seni jurusan musik barat dan piano di Tokyo Ongaku Daigaku (Universitas Musik Tokyo). Ketika SMA, sebetulnya Hiromi tertarik dengan gamelan Bali ketika secara tidak sengaja menemukan gelombang radio yang menyiarkan musik-musik tradisional Indonesia. Ketika berada di semester akhir, ada matakuliah pilihan tentang gamelan Jawa, karena itulah dia segera mengambil matakuliah itu untuk belajar gamelan. Karena tidak ada gamelan Bali, gamelan Jawa pun jadi. Di tahun 1988, Hiromi sempat berwisata ke Indonesia dan berkunjung dalam sebuah acara seni dan budaya bertajuk Pekan Wayang di Jakarta. Dia ingin melihat gamelan lengkap. Dalam kunjungannya itu, selama 2 bulan berkeliling, Hiromi sempat belajar nyindhen pada dalang Ki Sutarman (almarhum) dan Nyi Supadmi (sindhen dan dosen Insititut Seni Indonesia, ISI, Surakarta). Pengalaman itu semakin mendorong Hiromi untuk belajar karawitan. Langkah maju dan berani untuk belajar gamelan Jawa diambil oleh Hiromi. Meskipun keluarganya menentang karena menginginkan Hiromi menjadi pemain piano, tidak menyurutkan niat Hiromi untuk sekolah ke negara asal alat musik gamelan. Usahanya tidak sia-sia. Berbekal beasiswa yang dianugerahkan Pemerintah Indonesia, Hiromi menginjakkan kaki di Indonesia pada tahun 1996, tepatnya di Kampus Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Solo. Keinginan yang kuat didukung dengan kerja keras seperti layaknya orang Jepang, membuat Hiromi belajar banyak hal, tidak hanya seni gamelan namun hingga merambah seni pedalangan dan sindhen. Dengan belajar bidang tersebut, Hiromi juga belajar Bahasa Jawa. Dia banyak belajar dari dosen dan waranggana terkenal lainnya seperti Nyi Supadmi dan Nyi Sudarti. Karena itulah, salah seorang dosen dan waranggana yang terkenal, Nyi Supadmi, terpukau dan mempromosikan Hiromi untuk manggung dan ikut pementasan wayang kulit. Karena masih berkuliah, Hiromi sempat menolak permintaan manggung sebab jadwalnya bertabrakan dan dia ingin berkonsentrasi pada kuliahnya. Dari pengalamannya tampil dari panggung ke panggung, menjadikan Hiromi tidak saja kaya akan pengalaman dan semakin terasah kemampuannya, namun juga mendatangkan pendapatan  yang mampu membiayai kuliahnya dan mencukupi kebutuhan sehari-hari

Penyampai Pesan

Hiromi tidak saja menghibur para penikmat kesenian tradisional Indonesia, khususnya kesenian Jawa. Lewat suaranya yang halus dan merdu, Hiromi menghadirkan warna baru dalam setiap pementasan wayang kulit. Hiromi menjadi seseorang yang menyampaikan pesan kepada segenap generasi muda Indonesia untuk kembali mencintai budaya dan warisan kesenian Indonesia. Jika orang luar Indonesia saja mau belajar dan mendalami kesenian Indonesia, generasi muda jangan mau ketinggalan. Bukan sesuatu yang lucu jika suatu saat nanti, orang-orang Indonesia gantian ngangsu kawruh dan belajar seni tradisi Indonesia pada orang asing. Salah satu teladan yang patut ditiru dari Hiromi adalah dia banyak belajar tentang filsafat hidup dari lakon-lakon wayang yang dimainkan. Oleh sebab itulah, dia juga mencatat setiap cerita pementasan wayang yang dia ikuti. Tercatat sudah lebih dari 160-an dalang yang pernah dia sindheni, dan melalui perjalanan itu, kini Hiromi menjadi salah satu sindhen asing yang terkenal dan dikagumi. Lewat tembang-tembang, Hiromi mengaku banyak pitutur dan pelajaran nilai-nilai budaya dan filsafat. Hiromi kini begitu terlihat menyatu dengan budaya Indonesia dan sudah sangat fasih berbahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena dia senang bergaul dan bersahabat dengan setiap orang yang ditemuinya. Kehadiran Hiromi diharapkan mampu menggugah anak-anak bangsa untuk menoleh dan menekuni kesenian asli Indonesia. Kehadirannya di jagad kesenian tradisional Jawa menjadi sesuatu hal yang penting untuk menjadi pendorong generasi-generasi muda agar mau melestarikan budaya luhur bangsa. Jangan sampai arus globalisasi dan masuknya kesenian asing menenggelamkan kesenian budaya Indonesia. Kehadiran Hiromi dan beberapa orang di luar Indonesia yang berkecimpung di bidang kesenian Indonesia diharapkan mampu menggerakkan dan menyatukan generasi muda dengan kesenian Indonesia.  Tidak ada kata terlambat. Tentu masih ada waktu untuk berbenah dan kembali mencintai kesenian budaya Indonesia. Caranya bisa beraneka ragam. Apabila memiliki talenta dan ketrampilan bermain musik dan menyanyi, cara Hiromi dengan belajar gamelan dan tembang-tembang Jawa bisa ditempuh. Jika tidak, barangkali menjadi penikmat kesenian tradisional pun sudah cukup. Banyak di antara masyarakat Indonesia kini yang lebih suka menyimpan dan menikmati musik-musik asing dan melupakan kesenian tradisional. Jadi, menjadi masyarakat penikmat kesenian tradisional cukup untuk ikut berpartisipasi dalam nguri-uri (melestarikan) kesenian dan budaya tradisional Indonesia. Bila ada talenta menulis dan bercerita, tulis dan ceritakanlah kesenian asli Indonesia ke orang/bangsa lain sehingga kesenian Indonesia bisa dikenal luas. Dengan demikian, kesenian Indonesia tumbuh subur dan dihargai di negeri sendiri, juga dinikmati oleh masyarakat di luar negeri.

Referensi

  1. (2011, May 22). Retrieved January 31, 2012, from Suara Merdeka.Com: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/05/22/147267/Waranggana-Asing-Bernama-Hiromi-Kano
  2. Adi, G. N. (2010, August 14). Retrieved January 31, 2012, from KabarSoloRaya.Com: http://kabarsoloraya.com/2010/08/14/hiromi-kano-from-japan-for-sinden/
  3. Adi, G. N. (2010, July 26). Retrieved January 31, 2012, from The Jakarta Post: http://www.thejakartapost.com/news/2010/07/26/hiromi-kano-javanese-%E2%80%98sinden%E2%80%99.html
  4. Anshori, I. (2011, November 13). Retrieved January 31, 2012, from Liputan6.Com: http://berita.liputan6.com/read/362668/hiromi-kano-pesinden-asal-negeri-sakura
  5. RamliSolo. (2011, May 31). Retrieved January 31, 2012, from Youtube: http://www.youtube.com/watch?v=lMzaciRVxJY&feature=related
  6. Yudono, J. (2010, November 30). Retrieved January 31, 2012, from Kompas.Com: http://oase.kompas.com/read/2010/11/30/0916148/UI.Akan.Pentaskan.Sinden.Jepang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun