Mungkin karena sederhana itu pulalah, microblogging kini juga sedang booming, menggeser aktivitas blogging yang beberapa tahun lalu diminati. Jika dalam blogging dipersepsikan sebagai aktivitas yang membutuhkan ketrampilan menulis yang panjang, namun kini dengan adanya Twitter, ngeblog disederhanakan hanya dengan dibatasi 140 karakter saja. Sangat sederhana dan simpel. Namun demikian, karena berangkat dari filsafat yang sama, baik blogging dan microblogging, keduanya tetap sama-sama diminati dan dimanfaatkan.
Apakah karena manusia suka sesuatu yang sederhana dan simpel sehingga juga memunculkan wacana redenominasi rupiah dengan mengeliminasi 3 angka nol terakhir (wacana yang berkembang) pada sebuah mata uang? Mungkin saja. Dengan adanya redenominasi, nilai mata uang rupiah diubah kedalam bentuk yang lebih sederhana, semisal Rp 10.000 menjadi Rp. 10. Apakah sulit? Dahulu ketika Sekolah Dasar, dalam pelajaran Matematika diajari bagaimana menyederhanakan sebuah bilangan pecahan ke dalam bentuk yang paling sederhana, semisal 5/20 menjadi bentuk sederhana 1/4 atau 10/20 dapat disederhanakan menjadi 1/2, dan contoh-contoh lainnya. Bahkan sebetulnya dalam praktek sehari-hari, secara sengaja maupun tidak, penyederhanaan itu sudah banyak dipakai. Tunggu saja, apakah wacana redenominasi akan betul-betul direalisasikan? Mari main microfootball dan microblogging saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H