Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Manusia yang Disakiti

13 Juni 2010   05:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat dunia internasional, termasuk Indonesia memberikan kecaman hebat atas tindakan Israel di Kapal Mavi Marmara, ada isu lain yang mengganggu pikiran, paling tidak pikiran saya. Saya ingin membaginya sedikit. Perlu dicatat terlebih dahulu bahwa menanggapi kasus Israel-Palestina dan peristiwa di Kapal Mavi Marmara, saya berpendapat bahwa konflik itu adalah sebuah konflik kemanusiaan, bukan konflik agama, sebab di sana adalah manusia yang disakiti. Oleh sebab itulah, sebagai sesama manusia, maka perlu ada rasa solidaritas untuk membela dan menolong, dengan menyingkirkan perbedaan suku, bangsa, agama dan sebagainya (Lihat Ini Tragedi Kemanusiaan: Awal Perang Dunia?) Saya sangat menyayangkan jika kasus di atas dibawa ke isu konflik agama sebab tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Selain itu, agama ada di bumi ini bertujuan untuk menciptakan kedamaian, bukannya peperangan.

Bangsa-bangsa di dunia termasuk di Indonesia, tidak ketinggalan menyerukan kecaman terhadap Israel. Saya pun tidak setuju tindakan Israel yang melakukan penindasan terhadap Palestina serta melakukan penyerangan di Kapal Mavi Marmara. Namun, ada yang saya sayangkan, yaitu ketika ada masyarakat yang beranggapan dan membawa ke perselisihan agama Islam dan Kristen. Pada sejumlah demonstrasi, ada kelompok-kelompok yang mengajak dan menyerukan untuk bersama-sama melawan Israel dan mendukung perjuangan Palestina dan negara-negara Arab. Saya tidak ingin tenggelam pada isu perselisihan agama, sebab saya memberi perhatian pada isu kemanusiaan.

Inilah yang terus menggelitik pikiran saya. Dua hari yang lalu, di Metro TV menampilkan berita tentang kasus kekerasan yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Kasus ini saya nilai juga sebuah kasus kemanusiaan yang perlu mendapat perhatian sangat serius, sebab di sana ada manusia yang disakiti. Sangat memprihatinkan jika melihat dan mendengar pemberitaan kasus kekerasan TKI yang seringkali mendapat julukan pahlawan devisa itu. Ada yang disiksa, diperkosa, disetrika dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Bahkan, ada TKI yang dipulangkan ke Indonesia dan harus menderita gangguan jiwa.

Dari data yang dilansir Metro TV, terdapat 2 negara yang muncul sebagai negara "penyumbang pelaku kekerasan" terhadap TKI, yaitu Malaysia dan Arab Saudi. Imajinasi saya lantas membayangkan dan bertanya-tanya, bukankah kedua negara tersebut adalah negara yang memberlakukan syariat Islam? Lantas, kenapa malahan di kedua negara tersebut, pahlawan devisa Indonesia banyak yang meninggal dunia? Apakah karena disebut pahlawan devisa, mereka harus mendapat tindakan kekerasan dan meninggal di negeri orang?

Sekali lagi saya tidak mau terjebak dalam isu agama. Namun, imajinasi saya membawa pada kekerasan yang menimpa TKI tersebut (berdasarkan data Metro TV) dengan dibandingkan pada konflik Israel-Palestina. Jika ada kelompok-kelompok yang menyatakan mengutuk Israel dan menyerukan menumpas Israel karena Israel telah berbuat kekerasan pada Palestina (terutama yang menganggap bahwa konflik tersebut adalah konflik agama), saya kemudian membuat sebuah logika terbalik, mengapa sangat minim (jika tidak mau dikatakan tidak ada) kelompok-kelompok yang menyatakan mengutuk dan melawan negara-negara yang telah melakukan kekerasan dan kekejian terhadap warga negara Indonesia di negeri seberang sana?

Dan lagi, jika dipakai pendekatan kedekatan ikatan batin, TKI yang mendapat kekerasan di luar negeri semestinya mendapat perhatian lebih karena mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air, Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya, pemberitaan dan aksi keprihatinan terhadap mereka masih sangat minim, kalah dengan pemberitaan konflik Palestina-Israel. Mungkin bisa dinilai jika kedua isu tersebut dibandingkan, akan sangat tidak berimbang dalam hal pemberitaan dan aksi tindakan untuk menyelesaikannya.

Adakah yang salah? Oleh sebab itulah, saya sangat setuju jika digunakan pendekatan isu kemanusiaan, sebab akan lebih ikhlas dalam menolong dan tanggap terhadap penderitaan yang dialami oleh sesama manusia; jauh dari pertimbangan dan meniadakan perbedaan suku bangsa, agama, ras dan antar golongan. Bahwa jika ada sesama manusia yang disakiti, sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk menolongnya.

Salam Perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun