Memang kecewa karena pasti akan lebih lama berada di pesawat, namun mau bagaimana lagi. Padahal, saya sudah berkirim pesan ke seorang teman di Kupang untuk menjemput. Namun ada hikmahnya juga. Saya menambah "daerah jajahan" alias daerah yang pernah saya kunjungi meskipun hanya di bandaranya saja, yaitu di Tambolaka dan Waingapu.
Namun masih ada yang kurang, sebab ketika di Tambolaka, penumpang yang hendak pergi ke Kupang atau Waingapu tidak boleh turun dari pesawat. Jadi, saya dan penumpang yang lain pun hanya bisa mengamati pemandangan dari dalam jendela pesawat. Suatu saat nanti pasti akan berkeliling di sana untuk sekedar mencari sesuatu hal yang baru dan menarik di Sumba Barat tersebut. Cukuplah 30 menit melihat Tambolaka meski hanya dari dalam jendela dan persiapan take off kedua pun dilakukan untuk melanjutkan perjalanan ke Waingapu.
Hanya butuh kurang dari 30 menit untuk sampai Waingapu dari Tambolaka, mungkin hanya butuh waktu 20 menit. Tidak berapa lama setelah take off, sudah ada pengumuman dari pramugari bahwa pesawat akan turun di Waingapu. Kali ini ada yang kejutan istimewa, karena penumpang diizinkan untuk turun. Paling tidak bisa mengobati kekecewaan dengan melihat-lihat pemandangan di sekitar bandara dan kaki ini bisa menginjak tanah di Waingapu Sumba. Sepertinya suatu saat nanti juga perlu berkeliling di sana.
Hanya 30 menit saja di Waingapu dan kemudian sudah ada panggilan untuk boarding lagi. Para penumpang menuju ke pesawat dan kursi masing-masing. Penumpang pesawat sudah tidak lagi ramai karena banyak yang turun di Tambolaka dan Waingapu. Setelah berbagai persiapan dan prosedur dilakukan, pesawat pun take off dengan sempurna. Akhirnya, dalam waktu kira-kira 45 menit lagi sampai juga di Kupang.
Selamat datang di Kupang. Ini pengalaman pertama berkunjung di Ibukota Nusa Tenggara Timur tersebut. Pengalaman pertama yang dibumbui dengan petualangan singkat di Tambolaka dan Waingapu akibat jadwal Merpati yang berubah dan tidak sesuai dengan jadwal pada tiket yang saya pegang.
Bagi saya Merpati telah "ingkar janji" sebab apa yang tertulis di tiket tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Namun mau apa lagi. Saya juga tidak rugi-rugi amat. Selain dapat melihat Tambolaka dan Waingapu, walau hanya sebentar, saya dapat 3 kardus snack. Namun akan berbeda jika saya harus menghadiri sebuah acara yang penting. Kejadian yang saya alami seperti cerita di atas, tentu sangat merugikan.
Semoga kejadian yang saya alami tidak terjadi lagi. Sebagaimana judul sebuah novel, seyogyanya Merpati bisa belajar dari novel Mira W bahwa Merpati Tak Pernah Ingkar Janji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H