Mohon tunggu...
Winarta Hadiwiyono
Winarta Hadiwiyono Mohon Tunggu... -

Lahir dan tinggal di Sleman, Yogyakarta. Email: winarta@excite.com, oewin@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Orang Yapen Papua Ingin Bertemu Pak SBY

15 Juli 2010   06:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kami terus melanjutkan perjalanan ke Tatui. Kampung ini letaknya di tepi pantai. Rumah penduduk cukup tertata rapi. Berada di kampung ini, meskipun hari sedang terik, cukup nyaman. Mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan dan petani ladang. Warga sangat ramah menerima kedatangan kami yang bertanya rumah kepala kampung. Kami mendapat informasi bahwa siang itu baru saja selesai pertemuan pembentukan panitia pemilihan kepala kampung di rumah kepala kampung. Kepala kampung tidak dapat kami temui karena sedang sakit . kami ditemui sejumlah bapak dan ibu yang baru saja ikut pertemuan. Setelah saling memperkenalkan diri saya memancing mereka untuk menceritakan persolan-persoalan yang dihadapi. Mereka mengeluhkan jarangnya pemerintah memberikan bantuan. Program pemerintah belum menyentuh kebutuhan mendesak masyarakat. Jaringan listrik belum ada, sehingga pertemuan misalnya diselenggarakan siang hari. Mereka juga berharap ada upaya pemerintah untuk mengembangkan ekonomi rakyat. Misalnya pemerintah sudah membangun saluran irigasi, tetapi sampai saat ini warga belum dilatik bagaimana bercocok tanam padi.

Setelah mohon diri dan berterima kasih, kami menuju kampung Ariepi yang masih bagian Distrik Kosiwo. Di kampung ini banyak pohon sagu dan Bobo. Bobo adalah sejenis tanaman mirip sagu. Yang dari buahnya dapat dibuat minuman keras. Di kampung ini sinyal HP tidak ada. Mungkin sebagian besar Kosiwo tidak ada sinyal HP. Setelah sekilas melihat pantai Ariepi kami lanjutkan perjalanan ke kampung Panduami. Di Panduami jarak antar rumah cukup jauh bisa 100 meter. Di sekeliling rumah banyak belukar. Yang menggembirakan ada jaringan air bersih. Kami tidak bisa bertemu dengan Kepala Kampung yang bernama pak Musa. Memang sulit membuat janjian terlebih dahulu karena tidak dapat menggunakan telepon seluler di wilayah ini. Kalau mau ketemu ya datang langsung dengan resiko yang bersangkutan tidak di rumah. Untungnya kami dapat bertemu dengan Pak weri, wakil kepala kampung. Keluhannya hampir sama dengan warga Tatui.

Perjalanan pulang kami melewati sungai besar yang setengah alirannya kering dan hanya terisi batu-batu. Kami turun dan menikmati makan siang di hamparan batu-batu sungai. Sejauh mata memandang tampak bukit menghijau yang indahnya. Luar bisa Engkau Tuhan.

Kamis 3 Desember 2009, sejak pagi hujan deras mengguyur. Pertanda pagi ini lagi-lagi kami tidak dapat ke laut naik kapal untuk mengunjungi distrik luar kota. Rico, yang selama ini menjadi pemandu kami mengatkan laut berbahaya untuk dilayari. Sampai siang kami hanya berda di kamar menonton TV yang harus sabar karena gambarnya sering hilang. Tengah hari kami diajak Rico melihat penangkaran buaya di dekat pelabuhan Serui. Untuk berlatih menjadi buaya darat, kelakarnya. Saya tertarik juga dengan ajakannya. Maka jadilah kami melihat penangkaran buaya. Mungkin jumlahnya lebih dari seratus buaya ukutan 50 - 100 CM. Kami sebantar saja terus balik ke hotel karena kuatir hujan turun lagi.

Sore hari tanpa kegiatan sangat membosankan. Kami memutuskan jalan -jalan ke pelabuhan. Jalan kaki saja sekalian mengurangi lemak yang beberapa hari ini kelihatannya menumpuk. Jarak dari hotel ke pelabuhan sekitar 3 Km. Lumayanlah keringat yang keluar. Di pelabuhan ternyata air sangat tenang, banyak kapal nelayan berlayar. Pelabuhan ini diknal banyak copetnya. Maksudnya di kapal yang dari Jawa dan Papua. Kadang copet turun membawa belasan HP. Seorang sopir speedboat cerita dan menunjukkan dua buah HP merek Nokia yang dia beli dari copet. Satu buah hanya dibeli Rp 50.000. bahkan ada yang bilang mau HP merek apa nanti dapat dicarikan dari para copet.

Seandainya cuaca cerah ini sejak pagi tentu kami sudah berlayar mengunjungi distrik luar kota. Kami tertarik untuk naik kapal nelayan untuk sekedar mengelilingi perairan sekitar pelabuhan. Dengan bantuan temannya Mecky, juga salah satu pemandu kami, akhirnya kami mrndapatkan kapal dengan tarif sebesar Rp 100.000. Tidak terlalu bersih, tidak apalah asal bisa ditumpangi dengan nyaman. Jadilah kami naik kapal hari ini meskipun bukan untuk mengunjungi kampung sebuah distrik. Kesegaran mengalir di tubuh ini ketika kapal melaju cepat. Lekuk-lekuk dan bibir pantai cukup mempersona. Rumah-rumah penduduk sepertinya memperkuat keindahannya. Kejenuhan hari ini benar-benar sudah hilang. Puas dengan naik kapal, kami istirahat d tepi pelabuhan. Rico menawari untuk mengantar kami pulang ke hotel dengan mobil. Kami memilih untuk tetap jalan kaki. Mudah-mudahan nanti malam dapat tidur nyenyak.

Jumat 4 Desember. Hari ini akhirnya kami dapat mendatangi distrik luar, maksudnya distrik yang harus melalui jalur laut. Kami berangkat jam 12 menggunakan speetboat tanpa rumah. Panjang Speedboat sekitar 7 meter. Biasanya maksimal dapat ditumpangi 15 orang, tapi kali ini ditumpangi empat orang. Kami perlu persiapan 200 liter BBM (kebutuhan sekitar 140 liter). Harganya 10 ribu per lier lebih mahal dari harga BBM darat yang hanya Rp 4.500 itupun nyarinya tidak mudah. Tujuan kami adalah Distrik Wonawa yang letaknya di ujung Barat Pulau Yapen. Ada dua kampung yang akan kami kunjungi yaitu Wooi dan Kanaki. Cuaca cukup cerah, menurut pemandu kami aman untuk pelayaran. Diperkirakan, dengan speedboat kedua kampung tersebut dapat ditempuh selama 2 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun