Lalu menyiapkan panggangan untuk memasak daging yang sudah dibumbui sejak dari rumah. Kompor portable sudah menyala bude meletakkan penggorengan di atasnya mengolesi dengan minyak lalu menaruh irisan daging kecil-kecil yang sudah ia bumbui tak lama ke berselang yang mengecilkan api dan menambahkan saus sambil terus diaduk dan ditambahkan jamur enoki.
Nasi sudah siap, pecel sudah siap, masakan daging saus plus jamur enoki pun sudah siap, saatnya menikmati sarapan pagi. Berbekal kertas nasi, kami menikmati sarapan pagi di sebuah pondokan di pinggir pantai Klara, sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami, berbekal sepasang sumpit stainless aku berusaha menyantap makanan ini sedikit demi sedikit hingga habis. Â
Pantai ini dekat sekali dengan jalan raya, aku dapat melihat banyak sekali pohon kelapa yang berderet, sehingga membuat pantai ini indah dan rimbun. Itulah sebabnya pantai ini disebut Pantai "Kelapa Rapat", disingkat"Klara". Karena Pantai ini cukup panjang, maka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Pantai Klara 1 dan Pantai Klara 2.
Pantai sedang surut tampak hamparan pasir luas membentang, sehingga menjadi lokasi ideal untuk mengajak anak-anak liburan bermain di pantai.
Berbagai layanan tambahan tersedia di pantai ini misalnya penyewaan ban dengan tarif terjangkau, juga tersedia aneka souvenir berupa topi pantai, kain pantai, juga pakaian, kaos, daster dan celana.Â
Tak jauh dari tempat kami parkir terdapat layanan kamar mandi, yang bersih dan terawat, pengguna cukup membayar empat ribu rupiah saja, sudah dapat berbilas dengan segarnya air tawar. Dari pintu keluar kamar tampak sederetan warung yang menjual aneka kebutuhan pengunjung diantaranya adalah makanan dan minuman.
Kami menyewa perahu menyusuri tepian pantai, dari dermaga ke dermaga. Pantainya pun bersih karena pengelola selalu membersihkan pantai ini dari sampah.Â
Sungguh tidak enak rasanya ke pantai tetapi tidak bisa bermain air dan juga mandi. Aku membayangkan bisa berenang di atas ban sambil menggerak-gerakkan kaki, atau membuat istana pasir, juga mengumpulkan kerang. Pakde Joko melarangku, "Jangan nanti lukanya basah, pedih, jadi gak sembuh-sembuh." Aku cuma bisa bertelanjang kaki, berjalan menikmati lembutnya pasir pantai, dan berfoto dengan background pulau Kelagian yang tampak dari kejauhan.
Usai naik perahu kami kembali ke pondokan lalu berkemas, memasukkan barang-barang dan makanan ke dalam mobil, membuang sampah di tempat yang telah disediakan, naik ke dalam mobil dan meninggalkan pantai pada pukul 10:13 pagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H