Mohon tunggu...
Winardi Dedi
Winardi Dedi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

hobi mengliping berbagai berita dan terus belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kita Bercermin kepada Gayus

26 Januari 2011   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:09 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gayus Halomoan Partahanan Tambunan adalah newsmaker nasional beberapa bulan terakhir ini.  Sepak terjangnya dalam merekayasa pemungutan pajak sejumlah perusahaan dan "melumpuhkan"  wibawa sejumlah oknum penegak hukum membuat semua orang gemas, marah, benci dan muak pada seorang Gayus-pegawai Golongan III A Kementerian Keuangan RI.

Dalam keterangannya pada penyidik dan penuntut umum serta diulanginya lagi dalam persidangan, Gayus telah "menukangi" pelunasan pajak sekitar 149 perusahaan dan menyuap sejumlah oknum polisi, jaksa dan hakim serta melibatkan oknum pengacara untuk melepaskan dirinya dari jeratan hukum. Gayus demikian "jumawa" mempermainkan aparat penegak hukum karena memang ia pasti sadar bahwa uang mampu meluluhlantakan idealisme dan iman siapapun. Kelihaiannya sebagai tahanan sekaligus tersangka untuk bebas keluyuran keluar dari balik tahanan semakin menambah panjang hujatan semua orang terhadap Gayus. Semua orang gemas dan miris betapa seorang PNS "rendahan" di Kementerian Keuangan RI begitu gampang melakukan semua itu, setelah sebelumnya membuat takjub karena pundi-pundi kekayaannya bagaikan wirausahawan muda nan sukses.

Gayus membeberkan semua dosa-dosanya di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam perbuatan itu. Gayus memang tidak sendirian karena korupsi "berjamaah" pasti memiliki "imam" dan sejumlah pengikut untuk menjalankan aksinya. Gayus cuma seorang kaki tangan dari aktor koruptor yang sesungguhnya. Namun hanya Gayus, dua orang perwira menengah polisi, seorang pengacara dan seorang hakim yang didakwa di depan sidang pengadilan pidana. Masing-masing telah dipidana berdasarkan kesalahan mereka yang terbukti di persidangan. Siapa yang mengendalikan perbuatan korupsi sesungguhnya belum terjawab, perkara Gayus malah bergulir bagai "bola liar" menyerempet berbagai pihak. Intelectuil dader sesungguhnya masih melenggang bebas melangkahi jeratan hukum.

Stigma telah tertancap bahwa Gayus koruptor, penipu, penjahat, makan uang haram, menyikat uang negara dan segala kejahatannya menuai hujatan, caci maki, tudingan dan segala sumpah serapah tertuju padanya. Profilnya menghiasi layar kaca,  memenuhi halaman utama sejumlah koran, menjadi gunjingan dari kaki lima sampai ceramah di masjid sampai menjelma dalam syair  sebuah lagu.

Gayus demikian tercela, karena dia korup! Semua orang agaknya akan setuju dengan stigma itu. Namun sesungguhnya wajah Gayus adalah wajah kita semua. Jika kita mau jujur pada diri sendiri, maka Gayus HP. Tambunan Si Mafia Pajak adalah cermin bagi diri kita sendiri. Di jalanan, perkantoran, dalam jual beli (mulai kaki lima sampai investasi multi nasional), terminal, kios sampai pertokoan dan swalayan perilaku curang dan korup menjadi "cara bertahan hidup". Dalam pelayanan transportasi umum, pelayanan medis, penyaluran bantuan bencana, penerimaaan pegawai/karyawan, pendidikan sampai untuk berwirausaha pun yang namanya "upeti" dan "uang semir" menjadi kelaziman dimanapun.

Di segala aspek gurita korupsi membelit kehidupan negeri ini.  Semua itu menjalin lingkaran setan dengan birokrasi dan penegakan hukum yang berlepotan dengan "mafia" mempermainkan prosedur dan aturan  yang dibuat (seharusnya) demi kemaslahatan umum. Gayus-gayus lainnya bergentayangan di Republik ini!

Berkaca pada wajah Gayus maka kita pantas bertanya pada diri kita apakah kita seorang duplikat Gayus? Mungkinkah kita guru yang mengajari  Gayus? Atau benarkah kita murid dari Gayus? Hasil kloning Gayus kah? Fans berat Gayus? Atau siapapun yang sebangsa dengan Gayus !?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun