Oleh Ansar Salihin
Tepatnya tahun 2010 setelah saya menyelesaikan sekolah SMK di Aceh kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang panjang. Saat itulah waktu daftar ulang di rektorat dengan tidak sengaja bertemu dengan sosok Sulaiman Juned dosen di kampus tersebut, saling menyapa dan saling kenalan karena sama-sama berasal dari Aceh. Kita mahasiswa baru asal Aceh berdiskusi setelah menyelesaikan daftar ulang dan malamnya kita diminta untuk datang bersilaturahmi ke rumahnya, itulah awal pertemuan dan mengenal pertama kali pendiri Komunitas Seni Kuflet tersebut.
Berbicara tentang sosok Sulaiman Juned, itu tidak terlepas dari Komunitas Seni Kuflet yang didirikan dan dibinanya sejak tahun 1997 dan masih aktif sampai saat ini. Komunitas tersebut bersekretariat di rumahnya sendiri menjadi tempat berlatih berdiskusi dan melaksanakan seluruh kegiatan komunitas tersebut. Sulaiman Juned membina anggota Komunitas Seni Kuflet dari generasi ke generasi dan telah melahirkan seniman, aktor, sutradara, penyair, penulis, wartawan, pengelola Event Organizer dan orang-orang profesional dalam bidang organisasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang jumlahnya mungkin sudah ratusan orang.
Pada tahun itu juga saya masuk Komunitas Seni Kuflet untuk belajar seni, jurnalistik, sastra, organisasi dan ilmu serta keterampilan yang lainnya. Awalnya tidak tahu untuk apa ikut di komunitas tersebut. Namun lambat laun atas bimbingan dan keteladanan seorang guru dan juga orang tua di Komunitas Seni Kuflet tersebut akhirnya dapat mengenal diri agar nanti dapat menjadi orang yang berguna di masa depan.
Komunitas Seni Kuflet adalah rumahnya Sulaiman Juned bukan hanya rumah secara fisik tapi juga rumah secara jiwa, rasa dan cinta menyatu dengan dirinya. Anggota kuflet bisa berganti setiap tahun, dua tahun atau empat tahun setelah anggota menyelesaikan kuliah di kota dingin tersebut kemudian kembali ke kampung halamannya. Namun Sulaiman Juned tetap di Kuflet merekrut anggota baru membina kembali dari awal, dan itu terus berlanjut sampai sekarang.
Rumahnya selalu terbuka untuk anggota Komunitas Seni Kuflet sudah menjadikan seperti rumah sendiri dan juga terbuka kepada siapapun yang datang ke sana dengan tidak dibatasi waktu yang penting ada orang di rumah tersebut. Sulaiman Juned siap melayani untuk berdiskusi, bercerita, bercerita atau hanya sekedar menemani tamu minum kopi di teras rumah sampai berjam-jam bahkan sampai larut malam.
Sosok Sulaiman Juned mendidik anggota kuflet dengan berbagai profesi yang dapat diperankannya, misalnya saat diminta menjadi pemateri salah satu kegiatan diskusi maka ia menjadi guru untuk kita semua, begitu juga saat melaksanakan rapat komunitas ia menjadi penasehat atau pembina untuk komunitas tersebut, saat latihan di lapangan ia menjadi pelatih yang handal dan tegas kepada seluruh anggotanya. Namun berbeda lagi saat tidak ada kegiatan apapun di komunitas tersebut maka ia menjadi orang tua kepada anggota Komunitas Seni Kuflet seperti layaknya orang tua kandung mengajak kita untuk bercerita bersenda gurau bercanda dan sebagainya. Biasanya istrinya ibu Titin juga sering ikut bercerita dengan kita bahkan lebih banyak menceramahi anggota kuflet saat waktu senggang sambil nonton atau duduk di teras.
Buk Titin selalu banyak masak di rumahnya, karena seluruh anggota kuflet adalah anaknya dan mereka bisa makan di rumah tersebut kapan saja. Sehingga sehabis kegiatan Komunitas Seni Kuflet sering makan bersama anggota kuflet dengan keluarga pak Sulaiman Juned dan buk Titin. Anggota Komunitas Seni Kuflet memang rata-rata orang merantau untuk berkuliah atau sekolah di Padang Panjang sehingga pak Sulaiman Juned dan buk Titinlah menjadi pengganti orang tuanya.
Pendekatan secara humanis dan kekeluargaan yang diciptakan oleh Sulaiman Juned dalam membina Komunitas Seni Kuflet menjadikan komunitas tersebut selalu ramai anggotanya setiap tahun. Semua anggota merasakan kedekatan dan keakraban satu sama lain seperti saudara sendiri. Berkat kekompakan tersebut sehingga mudah mengendalikan Komunitas Seni Kuflet dalam menjalankan programnya. Berbagai kegiatan pun dilaksanakan setiap tahun baik kegiatan internal maupun eksternal. Kegiatan internal untuk anggota Kuflet seperti latihan dasar, latihan alam, latihan kepemimpinan, diskusi seni dan sastera, serta latihan teater. Kemudian kegiatan eksternal untuk pengabdian kepada masyarakat seperti seminar, workshop, festival, pementasan, lomba dan kegiatan seni lainnya. Di setiap kegiatan tersebut Sulaiman Juned sebagai penasehat selalu ikut berperan membimbing dan membina anggota dalam melaksanakan kegiatan kuflet.
Tidak hanya sebatas itu, alumni Doktoral ISI Surakarta itu aktif dalam berbagai kegiatan di luar, seperti menjadi pemateri seminar atau workshop, juri lomba seni dan sastra, serta pembina dalam event besar di Padangpanjang yang bertaraf nasional dan internasional. Ia sering melibatkan anggota kuflet dalam kegiatan tersebut, salah satu anggota kuflet menjadi pendamping juri, pendamping pemateri dan anggota panitia di event-event besar. Setelah itu secara perlahan Sulaiman Juned mulai melepas anggotanya secara mandiri menjadi juri atau pemateri di luar. Promosi potensi anggota Kuflet terus dipromosikan ke luar dalam berbagai kegiatan. Melalui pendidikan sepertinyalah banyak anggota Komunitas Seni Kuflet berhasil di luar setelah bergabung di kuflet beberapa tahun.
Ilmu dan pengalaman itu terus ia alirkan kepada generasi penerus kesenian, dari rumah kecil itu melahirkan orang-orang hebat dalam bidang seni kemudian tersebar di berbagai belahan dunia. Komunitas Seni Kuflet bukanlah organisasi besar, namun mampu melahirkan gagasan-gagasan besar berkat perjuangan Sulaiman Juned dalam membesarkan komunitas tersebut. Walaupun ia sering menyebut komunitas ini bukan milik saya sendiri, namun milik kita bersama, mari kita besarkan bersama. Oleh karena itu Komunitas Seni Kuflet memberi motto "Satu untuk semua, Semua untuk Satu" Itulah konsep dasar pemikiran Sulaiman Juned dalam membangun Komunitas untuk terus berkreatifitas dan melahirkan karya seni yang memanusiakan manusia.