Mohon tunggu...
Putu Wina Febriyanthi
Putu Wina Febriyanthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Percaya pada setiap proses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Maraknya Penggunaan Sistem Tunnel untuk Membantu Produksi Garam, Natural Salt Maker Masih Tetap Menjaga Kelestarian Garam Secara Tradisional

8 Desember 2023   07:32 Diperbarui: 8 Desember 2023   07:41 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Pesinggahan merupakan desa yang terletak di ujung timur Kabupaten klungkung dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Karangasem. Desa Pesinggahan merupakan desa yang memiliki posisi strategis karena berada diwilayah pantai dan perbukitan sehingga penduduknya sebagian bermata pencaharian sebagi nelayan Selain itu, banyak masyarakatnya yang memiliki profesi sebagai petani garam, dimana garam yang dihasilkan di Desa Pesinggahan  ini merupakan garam organik.

Garam yang dibuat di Desa Pesinggahan merupakan garam yang dapat dikatakan sebagai garam organik tradisional yang disebut sebut merupakan salah satu garam terbaik. Uyah Pesinggahan atau sering disebut dengan Garam Pesinggahan, merupakan garam organik yang cara pembuatannya masih bersifat tradisional dimana pembuatan garam tersebut masih bergantung terhadap alam, dimana sinar matahari menjadi sahabat para petani garam di Pesinggahan.

Proses pembuatan garam di sana menjadi salah satu pembuatan garam tanpa adanya campuran unsur plastik didalamnya. Pembuatan garam yang masih bersifat tradisional ini diawali dengan pengambilan air laut dengan menggunakan teku lalu disiramkan ke pasir, dimana proses ini dinamakan dengan nabuh. Pada proses ini sinar matahari sangat amat diperlukan bagi para petani garam untuk menjemur pasir yang sudah disiram selama 6 jam.

Setelah proses penjemuran masih ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk dapat menghasilkan garam organik, seperti nyacain yakni berupa penggeburan Kristal garam, mengumpulkan pasir yang usdah kering yang disebut dengan ngaudang. Tidak sampai disitu pasir yang telah kering lalu disiramkan air ke dalam bak penyosoran.

Ni Ketut Purniasih mengatakan bahwa disinilah letak perbedaan setiap petani garam untuk menghasilkan cita rasa yang berbeda-beda, dimana salah satu pengaruhnya yakni berada pada tahap penyiraman air laut ke dalam bak penyosoran.

"Di tahap penyosoran disitulah seni dalam membuat garam. Kalau air yang digunakan nyosor air itu nomor 1 maka disebut dengan yeh wayah, dimana  Yeh wayah diperoleh dari tirisan air hasil beberapa kali penyiraman pasir yang didiamkan sehari. Setelah itu baru yeh wayah siap dijemur di palungan untuk proses pengkristalan. Disini kita juga perlu sinar matahari yang terik untuk proses penjemuran dengan kurun waktu 2-3 hari untuk bisa menjadi garam, tuturnya".

 Petani garam yang masih menggunakan sistem secara tradisional dapat memanen garam sekitar 25-30kg tergantung terik atau tidaknya sinar matahari yang di dapat. Walaupun sistem tunnel sudah banyak dikenalkan dan sudah banyak yang menerapkan sistem tersebut, namun pada Natural Salt Maker masih tetap mempertahankan sistem tradisional untuk menjaga cita rasa serta kualitas yang diberikan.

"Kalau menjemur pakai karet atau plastik, orang yang tau bagaimana rasa garam, akan tahu perbedaannya. Kalau jemur pakai palungan (terbuat dari batang pohon kelapa) rasanya gurih dan ada sedikit rasa manis. Berbeda jika menggunakan sistem tunnel, jika pakai plastik atau karet, rasanya asin kepahitan,"

Penggunaan tunnel garam adalah salah satu metode untuk memproduksi garam dengan menggunakan teknologi rumah kaca yang berfungsi untuk proses kristalisasi. Sistem Tunnel itu sangat cocok untuk digunakan disegala cuaca termasuk saat musim hujan untuk dapat meningkatkan produksi garam, dengan memanfaatkan lahan yang ada serta menambahkan wadah tampungan dengan bantuan geosilator lalu penutup yang dirangkai seperti lorong.

"Walaupun sudah banyak yang menggunakan sistem tunnel itu, kami masih tetap mempertahankan pembuatan secara tradisional degan alat-alat yang tradisional. Memang memiliki risiko yang besar jika masih mengandalkan sistem tradisional dalam pembuatan garam, karna kita hanya mengandalkan sinar matahari, namun untuk bisa mempertahankan rasa pada garam agar para masyarakat masih tetap membeli garam yang kita produksi tanpa mengubah rasanya" lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun