Mohon tunggu...
Thufailah Ma'shum
Thufailah Ma'shum Mohon Tunggu... -

Doctor at RSUD Dr.Soetomo Surabaya, East Java, also certified Hypnotherapist from IBH. So, feel free to share everything with me, cause I'm your best therapist. :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Resensi Film The Mirror Never Lies

9 Mei 2011   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_108185" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (tourismindonesiaonline.com)"][/caption] Penantianku berakhir sudah. Terhitung sejak tanggal 2 hingga tanggal 5 Mei tak sabar menonton film yang mendapatkan penghargaan bahkan sebelum dirilis itu, saking tak sabarnya hingga aku menelepon sahabatku shubuh-shubuh demi memprovokasinya untuk menonton film ini (seperti yang ku tulis di postingan sebelumnya). Sayangnya akhir penantianku tak cukup membahagiakan. Film The Mirror Never Lies tak sebagus yang ku bayangkan. Baiklah aku mengacungkan jempol untuk tempat yang dipilih, yakni Wakatobi yang masih terbilang virgin itu, tapi secara pribadi aku memberikan nilai minus untuk ide cerita film tersebut. Terkesan seperti menyuguhkan keindahan alam Wakatobi saja, air laut yang masih biru, jernih dan bersih, aneka ragam ikan beserta terumbu karang yang indah, serta budaya penduduk asli Wakatobi. Dan yang paling ku sesalkan adalah konflik yang tak pernah berhasil menyentuh klimaks. (Pssstt... Sampe aku ngantuk waktu nonton) [caption id="attachment_106369" align="alignright" width="150" caption="Pakis yg lelah menunggu Bapaknya..."][/caption] Ceritanya begini, Pakis (Gita Lovalista) adalah anak yang tak pernah lelah menanti ayahnya kembali ke rumah, ayahnya pergi melaut namun setelah sekian lama beliau tak kunjung pulang. Semua orang percaya bahwa ayahnya telah meninggal, bahkan Ibunya sendiri! Namun ia tetap percaya bahwa sang ayah masih hidup dan akan kembali menemui dirinya dan ibunya. Bahkan Pakis yang merupakan anak suku Bajo melakukan ritual khas sukunya dengan menggunakan cermin yang dipercaya bisa melihat bayangan keberadaan orang yang hilang di laut. Namun ritual Pakis selalu saja ditentang dengan ibunya, Tayung (Atiqah hasiholan). Ibunya selalu menganggap bahwa usaha Pakis adalah sia-sia. Tayung selalu marah ketika Pakis membicarakan ayahnya. Pakis tidak pernah menyerah, ia bersama Lumo (Eko), sahabatnya selalu menanti dan berharap kembalinya sang Ayah. Keadaan semakin rumit ketika hadirnya Tudo (Reza Rahadian), seorang peneliti lumba-lumba dari Jakarta yang tinggal di rumahnya. Konflik pun terjadi diantara mereka, Tayung dan Pakis (yang masih duduk di bangku SD) itu sama-sama terpesona pada Tudo. Hingga Lumo yang jatuh hati pada Pakis terbakar api cemburu (ah, bahasanya dewasa sekali ya? Cemburu! Wkwkwk...) Sebagai sutradara, Dini berhasil mengemasnya sisi visual yang mengemas keindahan Wakatobi tersebut, apalagi film yang dibintangi oleh Reza Rahadian, Atiqah Hasiholan, beserta tiga anak asli suku Bajo ini juga didukung dengan pengambilan gambar bawah laut yang menunjukkan keindahan terumbu karang beserta penghuninya dengan baik, tak ketinggalan suara air yang bergerak pelan dan desiran angin terdengar jelas. Ya memang tidak salah jika Wakatobi menjadi The Triangle Coral. Satu hal lagi yang menarik dari film produksi dari WWF, Pemda Wakatobi, dan SET Film ini adalah akting dari para anak-anak asli suku Bajo, Gita Lovalista, Eko, dan Inal. Meskipun ini adalah kali pertamanya mereka berakting, namun kualitas aktingnya patut diacungi jempol. Tak berlebihan jika mereka dikatakan mampu mengimbangi akting sekelas Reza dan Atiqah, karena mereka berhasil menujukkan aktingnya yang sangat natural! Selain sisi keindahan alam Wakatobi, Dini juga menyisipkan berbagai acara adat suku Bajo. Seperti salah satunya acara adat Kabuenga, acara cari adat bagi suku Bajo. Tak hanya itu, pesan demi pesan juga turut mewarnai film yang berlokasi syuting seluruhnya di Wakatobi ini. Misalkan seperti ketika Pakis yang mencuri ikan yang masih kecil hasil tangkapan nelayan lalu melepaskan kembali ke laut. Ya, mereka telah membuat peraturan bahwa ikan yang masih kecil tidak boleh ditangkap. Suku Bajo itu bersama-sama menjaga laut mereka, karena laut merupakan bagian kehidupan mereka. Dengan keterbatasan serta sarana pendidikan yang masih minim mereka berhasil menggambarkan bagaimana seharusnya manusia mencintai dan menjaga alamnya. Film ini direlease pada tanggal 5 mei 2011. Namun, seakan takut minimnya popularitas, film ini menyebut Atiqah sebagai bintang utamanya, padahal jelas, Gita-lah sorotan utama dalam cerita ini. Diputar di Bioskop Indonesia : - 21 Cineplex (5 Mei 2011) Jenis Film : - Drama (remaja) Pemain : - Atiqah Hasiholan, Reza Rahadian, Gita Lovalista, Eko, Zainal, Halwiyah, Darsono Produksi : - Set Film and Wwf Indonesia Sutradara : - Kamila Andini Produser : - Wwf-Indonesia, Pemda Kabupaten Wakatobi, Asaf Antariksa, Anastasia Rina, Wiwid Setya, Gita Fara, Garin Nugroho, Nadine Chandrawinata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun