A: "Weekend jalan-jalan yuk!"
B: "Kemana?? Jangan ke mall, udah bosen." (sebenernya sih karena ga punya duit, hahaha)
A, B: ......
B: "Hiking ke Gunung Gede mau?"
A: "Ga mau, capek"
B: "Katanya trek nya untuk pemula kok, ntar manjat sampe curug aja, 4 jam bolak balik keburu, ayo lah, sekalian olahraga, ya? Ya? Ya??
Begitu awal cerita saya bisa "nyasar" ke gunung beberapa minggu yang lalu (tapi nulisnya baru sekarang, hihi). Sepertinya sih ga ada yang mau baca tulisan panjang-panjang tentang curhatan hati para wanita kena macet 4 jem dan muter2 cari kedai bakmi sebelum manjat gunung. Jadi, singkat cerita kita udah nyampe di Gunung Gede and ready for the adventure!
Kalau Bogor + November = apa hayo?? YES, HUJAN! Untungnya pas hujan deras kita masih makan bakmi, kalau ditengah gunung kena hujan, selamat deh, pulang pasti minum Antangin dan minta dikerokin. Tangga untuk naik agak licin, jadi lebih baik pakai sepatu yang memang cocok untuk hiking, bukan sendal jepit, bukan pantofel, dan bukan high heel tentunya. Mungkin karena penuaan dini akibat sering makan fast food, sering begadang dan jarang olahraga, jadinya baru naik 50 anak tangga aja rasanya udah serasa manjat Himalaya.
Setelah melalui perjuangan berat (karena berat badan yang berat?), 1.5 km dari pintu masuk Cibodas, sampai juga di Telaga Biru. Kenapa namanya biru? Jelas2 hijau semua. Mungkin karena di bulan November ganggang di dalam danau lebih banyak yang warnanya hijau daripada yang biru.
Telaga Biru
Sepanjang jalur trekking sering kali terdengar suara percikan aliran sungai, kicauan burung, owa, dan fauna yang lain, ditambah cuaca yang adem sehabis hujan, rasanya stress akibat kekejaman ibukota sedikit berkurang.