Wimpie Pangkahila
CATATAN KEMERDEKAAN
Tujuhpuluh tahun kemudian
Sudah tujuhpuluh tahun republik ini merdeka
Sudah tujuhpuluh tahun bangsa ini tak dijajah lagi
Tetapi mengapa dada ini terasa tak lega
Terasa luka bagai tertikam sejuta duri
Inikah yang disebut merdeka?
Tujuh puluh tahun memang tak ada lagi senapan tentara penjajah
Tetapi apakah merdeka hanya berarti tak ada lagi senapan mereka?
Sementara kebodohan masih merajalela
Sehingga bangsa ini menjadi sasaran penjualan
Dari produk celana dalam palsu sampai narkoba
Inikah merdeka namanya kalau di sudut-sudut sana
Saudara kita masih makan batu dan menyusui anak hewan
Dan hidup dari pohon ke pohon bergelantungan
Sementara di atas situ para tuan hidup mewah hasil korupsi
Tak peduli rakyat yang hidup tak pasti
Tujuhpuluh tahun kita memang lepas dari senapan serdadu dari luar sana
Tetapi apakah merdeka namanya kalau rakyat ketakutan
Karena wajah sangar para preman atas nama organisasi massa
Sambil mengayun golok dan pentungan di tangan
Sementara petugas negara diam sopan bagai anak perawan
Merdekakah namanya kalau para perempuan kita
Harus menjadi babu dengan nama TKW di luar sana
Dan menjadi korban pelecehan dan kekerasan majikan gila
Lalu pulang membawa bayi yang tak jelas siapa ayahnya
Dan tanpa rasa berdosa kita menyebut mereka pahlawan devisa?
Apakah merdeka namanya kalau kita masih dibodohi
Lalu kita juga membodohi sesama anak bangsa sendiri
Tetapi kita tak merasa masih dalam kebodohan
Padahal berkelakuan seperti orang lupa ingatan
Ah, bangsaku sungguh kasihan
Merdeka mestinya bebas berkarya dan mencipta untuk bangsa
Bukan bebas berbuat seenak perut sendiri
Mencari jabatan dengan membeli ijazah dan gelar palsu
Di tengah rakyat yang membayar uang kuliah pun tak mampu
Kemudian tertawa bangga tak punya harga diri dan rasa malu
Merdeka bukan berarti bebas membuat aturan sendiri
Seakan bukan bagian negara kesatuan republik ini
Seolah lupa negeri ini adalah Indonesia kita
Yang sejak semula dibangun bersama
Oleh seluruh anak bangsa di Nusantara
Kita merindukan merdeka yang sesungguhnya
Ketika rakyat tak lagi hidup dalam kebodohan
Sehingga tak lagi dibodohi dan membodohi sesama
Ketika tak ada lagi rakyat yang tak punya kepastian
Menjalani hidup hari ini dan bahagia menatap masa depan