Mohon tunggu...
Daun hijau
Daun hijau Mohon Tunggu... Freelancer - Apa yang harus diterangkan, jika suram lebih menawan

Tetaplah menjadi hijau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merantau #2

20 April 2019   15:46 Diperbarui: 20 April 2019   15:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di perjalanan, kebimbangan datang, di sela kepedihan yang tak kunjung hilang
Apakah sanggup bertahan di tanah yang berlainan
Diam dan tinggal bertahun-tahun, tanpa pulang ke kampung halaman
Dengan resiko tak bertemu orang-orang yang disayang.

Sebuah awal perjalanan tak akan pernah terlepas dari keragu-raguan
Sanggup atau tidak sanggup, betah atau tidak betah selalu timbul sebagai pertanyaan
Terkadang tak ada satu pernyataan yang bisa dipegang di dalam pikiran
" Bahawa aku sanggup untuk bertahan", hanyalah kalimat yang punah dalam ingatan

Delima menjadi hal yang biasa dikunyah sebagai sarapan
Ketika langkah kaki akan benar-benar diayunkan
Namun hati masih dipenuhi keraguan.
Dan segala akan berangsur pupus, ketika bayangan kesuksesan datang dalam ingatan

Kaki akan melangkah, hati akan menerima dengan pasrah
Perjalan dimulai, jejak langkah kaki mulai bertualang
Segala harapan yang telah ditentukan sebagai doa dalam resah
Berusaha tabah, walau kenangan selalu berbicara dalam ingatan.

Bandar Lampung, April 219

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun