Mohon tunggu...
Daun hijau
Daun hijau Mohon Tunggu... Freelancer - Apa yang harus diterangkan, jika suram lebih menawan

Tetaplah menjadi hijau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lampu Kata

27 Maret 2019   15:45 Diperbarui: 27 Maret 2019   16:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pijarnya adalah puisi-puisi yang akan hidup pada malam yang larut. Di bawah tangan lelaki muda yang gusar akan hidup. Kepalanya dipaksa mengolah kata, menjadi makna. Dirangkainya dalam baris dan bait. Tak lupa diberinya rima dan irama.

Pijarnya adalah lamunan masa lalu yang masih bergelayut pada sepi dan sunyinya malam. Dan segala rencana masa depan di bawah bayanganya yang temaram.

Pijarnya adalah tangisan kepedihan dalam kesendirian. Dan kebahagian yang disembunyikan dalam keheningan.

Pijarnya adalah segela prasangka yang tetap menjadi rahasia, hingga ia lupa caranya bercahaya.

Bandar Lampung, 26 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun