Pijarnya adalah puisi-puisi yang akan hidup pada malam yang larut. Di bawah tangan lelaki muda yang gusar akan hidup. Kepalanya dipaksa mengolah kata, menjadi makna. Dirangkainya dalam baris dan bait. Tak lupa diberinya rima dan irama.
Pijarnya adalah lamunan masa lalu yang masih bergelayut pada sepi dan sunyinya malam. Dan segala rencana masa depan di bawah bayanganya yang temaram.
Pijarnya adalah tangisan kepedihan dalam kesendirian. Dan kebahagian yang disembunyikan dalam keheningan.
Pijarnya adalah segela prasangka yang tetap menjadi rahasia, hingga ia lupa caranya bercahaya.
Bandar Lampung, 26 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H