Mohon tunggu...
Wima Aisha Amanda
Wima Aisha Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Mahasiswi prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Strategi Komunikasi Kesehatan pada Pelayanan Klinik Brawijaya Banyuwangi

2 Januari 2025   01:43 Diperbarui: 2 Januari 2025   01:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara dengan salah satu perawat dan pengamatan langsung di Klinik Brawijaya Banyuwangi

Komunikasi kesehatan bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang membangun pemahaman dan kepercayaan. Di Klinik Brawijaya Banyuwangi, komunikasi yang baik berperan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan mendorong perubahan perilaku positif. Klinik ini telah mengadopsi berbagai strategi komunikasi kesehatan yang efektif, yang tak hanya mengutamakan keakuratan informasi medis tetapi juga memperhatikan kebutuhan psikologis pasien. Salah satu kekuatan utama Klinik Brawijaya adalah kemampuannya dalam menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk mengedukasi pasien. Klinik ini memanfaatkan website, media sosial, serta komunikasi langsung antara tenaga medis dan pasien. Website dan media sosial digunakan untuk memberikan informasi umum mengenai kesehatan, sedangkan komunikasi langsung dilakukan untuk membahas kondisi medis pasien secara lebih personal.

Pada Selasa, 12 November 2024, saya mengunjungi Klinik Brawijaya Banyuwangi yang terletak di Jl. Brawijaya No.46B, Kebalenan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, 68413, untuk mengamati bagaimana komunikasi kesehatan diterapkan dalam praktik. Saya berkunjung selama jam operasional klinik, yaitu antara pukul 18:00 hingga 19:00 WIB. Selama kunjungan, saya berkesempatan berbincang dengan salah satu perawat yang bertugas pada saat itu, yang menjelaskan proses pemeriksaan awal pasien di klinik. Perawat ini menceritakan bahwa pemeriksaan dimulai dengan proses pendataan, di mana pasien diminta untuk memberikan informasi pribadi, riwayat medis, serta keluhan yang mereka alami. "Kami berusaha memastikan bahwa setiap pasien merasa nyaman dan tidak terburu-buru saat memberikan informasi," kata perawat tersebut. Ia menambahkan bahwa banyak pasien yang merasa cemas saat datang pertama kali, terutama ketika harus memberikan riwayat medis yang cukup panjang.

Perawat tersebut juga mengungkapkan beberapa tantangan yang mereka hadapi saat melakukan pemeriksaan awal. "Salah satu kendala yang sering kami hadapi adalah ketika pasien tidak dapat memberikan informasi secara lengkap, seperti riwayat penyakit atau alergi yang mungkin mereka miliki," ujarnya. Meskipun demikian, perawat tersebut menekankan pentingnya komunikasi yang baik agar pasien merasa dihargai dan dipahami, yang dapat membantu mengurangi kecemasan mereka. Proses pendataan dilakukan dengan sabar, dan pasien diberikan penjelasan tentang pentingnya memberikan informasi yang akurat agar perawatan dapat dilakukan dengan tepat.

Pengamatan langsung di Klinik Brawijaya Banyuwangi
Pengamatan langsung di Klinik Brawijaya Banyuwangi
Selama proses pemeriksaan, perawat juga menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan, termasuk prosedur medis dan estimasi waktu yang diperlukan. Informasi ini sangat membantu pasien untuk merasa lebih tenang dan terinformasi. Dalam hal ini, sistem antrian yang teratur dan jelas di Klinik Brawijaya Banyuwangi juga memainkan peran penting dalam menciptakan rasa keteraturan. Pasien diberi pengumuman secara berkala mengenai giliran mereka, yang membantu mengurangi rasa cemas atau khawatir saat menunggu.

Klinik Brawijaya Banyuwangi juga memiliki pendekatan khusus untuk pasien dengan gangguan pendengaran. Perawat tersebut menjelaskan bahwa mereka selalu berusaha memberikan bantuan dengan menggunakan alat bantu pendengaran bagi pasien yang membutuhkan. Selain itu, mereka juga memanfaatkan mimik wajah dan gerakan tubuh untuk memperjelas informasi. "Kami berusaha membuat pesan yang kami sampaikan lebih mudah dipahami, dengan gerakan tangan atau ekspresi wajah yang sesuai," kata perawat itu. Mimik wajah dan gerakan tubuh ini terbukti sangat membantu pasien untuk memahami instruksi dan informasi penting, terutama ketika alat bantu pendengaran tidak cukup untuk mengatasi kendala komunikasi.

Selain itu, saya juga berkesempatan berbincang dengan salah satu pengunjung yang sedang menjalani pemeriksaan di klinik. Pasien ini memberikan pendapatnya tentang pengalaman komunikasi yang ia terima. "Saya merasa sangat dihargai di sini, terutama saat saya menjelaskan keluhan saya. Para perawat selalu sabar dan memberi penjelasan yang sangat jelas. Saya merasa lebih tenang setelah mereka menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil," ujarnya. Pasien tersebut juga menambahkan bahwa penggunaan alat bantu pendengaran dan gerakan tubuh oleh perawat sangat membantu dirinya untuk memahami instruksi medis meskipun ia memiliki gangguan pendengaran.

Namun, pasien ini juga menyebutkan bahwa ada beberapa kali ketika antrian cukup panjang dan dia merasa sedikit cemas menunggu giliran. "Meskipun antriannya panjang, saya merasa lebih nyaman karena klinik ini selalu memberi pengumuman tentang giliran saya, jadi saya tidak merasa bingung atau khawatir," kata pasien tersebut. Menurutnya, transparansi mengenai waktu tunggu sangat membantu pasien untuk merasa lebih nyaman dan terorganisir.

Selain itu, tantangan lainnya adalah menghadapi pasien yang memiliki kepercayaan terhadap pengobatan tradisional atau herbal. Klinik Brawijaya Banyuwangi menyadari pentingnya menghargai pilihan pengobatan pasien. Perawat tersebut menjelaskan bahwa mereka selalu berusaha untuk memberikan informasi yang tidak hanya berbasis bukti ilmiah, tetapi juga sensitif terhadap budaya dan kepercayaan lokal. Mereka mengedukasi pasien dengan cara yang tidak menghakimi, namun tetap menyarankan solusi medis yang lebih aman dan efektif.

Secara keseluruhan, komunikasi kesehatan yang diterapkan di Klinik Brawijaya Banyuwangi menunjukkan pentingnya pendekatan yang inklusif dan adaptif. Klinik ini tidak hanya mengutamakan akurasi medis, tetapi juga memberikan perhatian pada kenyamanan pasien, dengan menjelaskan langkah-langkah perawatan secara rinci dan memastikan bahwa pasien merasa dihargai. Dengan komunikasi dua arah yang efektif, penggunaan alat bantu komunikasi, serta adaptasi terhadap kepercayaan lokal, Klinik Brawijaya berhasil membangun hubungan yang lebih kuat antara pasien dan tenaga medis. Klinik ini juga mampu mengatasi tantangan komunikasi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya dan kebutuhan komunikasi yang beragam. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif dapat meningkatkan kualitas layanan medis dan memperkuat hubungan antara pasien dan tenaga medis, serta mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun