Mohon tunggu...
Al Hasan
Al Hasan Mohon Tunggu... Guru - Jalan Kesunyian Dan Kehinaan

Mencari Awalnya, Dicari Kesudahannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Kemarin, Hari Ini, dan Esok

6 Januari 2022   11:47 Diperbarui: 6 Januari 2022   11:50 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

1 Oktober 1965, negara ini menorehkan luka akibat pertarungan politik kejam diantara tokoh-tokohnya. Ratusan ribu nyawa melayang yang kebanyakan tidak mengetahui apa dosa mereka sehingga harus dilenyapkan. Tanggal itu diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Iya ideologi agung itu hampir terancam hilang. Perang Revolusi yang melibatkan asing, partai komunis, TNI Angkatan Darat, kontra inteligen dan puluhan ormas dalam dua kubu vis a vis. Mulailah era baru terbantu, Oligarki politik memimpin hingga bertahan 32 tahun. Sejarah dikendalikan, Politik dibungkam, ekonomi sentralistik. Namun begitu, banyak hal kebaikan dari jasa-jasa Pak Harto yang semestinya kita akui. Setuju atau tidak ada plus minus berbeda dari era Orde Baru.

22 Mei 1998, era reformasi mulai bergulir menggantikan sistem kaku sebelumnya. Dalam suasana kebebasan yang euforia, politik dan hukum satu persatu dibenahi. Namun karena ketidakmatangan dalam pengelolaan pemerintahan, negara dihadapkan pada ancaman disintegrasi kedaulatan teritorial.Terbukti satu tahun kemudian 1999 Propinsi termuda Timor Timur lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Belom lagi konflik di Aceh dan Papua yang juga menuntut merdeka turut menguras sumberdaya Pemerintah dalam mempertahankannya. Di ranah sosial, sistem kebangsaan kita belum kuat membendung efek distorsi kebebasan yang menggerus tatanan negara. Kita bingung memilih sistem sosial politik apa yang cocok pasca reformasi. Akhirnya pilihan jatuh pada sistem demokrasi liberal ala Amerika. Kita lupa bahwa Pancasila adalah sistem demokrasi terbaik yang membumi untuk Indonesia yang plural. Akhirnya mirip permainan kartu berdiri domino, jatuh satu menimpa semua. Ekonomi terhimpit, korupsi merajalela, narkoba merajai jalanan, Konflik SARA meletus dimana-mana, fitnah sosial merebak didalam rumah sendiri akibat jejaring dunia maya tanpa kontrol. Kini lima Presiden telah lahir dari rahim Reformasi, namun hasilnya seperti merangkak tanpa arah. Sekali lagi negeri ini belajar menelan pil pahit resiko dari pilihan kita.

17 Agustus 2022, bila kita masih berjumpa, apakah negeri yang kita cintai, Merah Putih yang kita bela dan Pancasila yang kita junjung tinggi masih ada dalam kebhinekaan tunggal ika yang merajut perbedaan bisa berdamai diantara sesama anak bangsa. Apakah juga mimpi anak-anak kita akan negeri gemah ripah loh jinawi masih layak diperjuangkan. Serta apakah Pancasila pantas digenggam erat segenap anak bangsa agar negara ini kuat berdikari melawan hegemoni dunia.

Apapun musibah dan ujian yang menerpa bangsa ini, dapat membuat kita berani intropeksi segala kesalahan tanpa diiringi keras hati mempertahankan rasa kebenaran dan keangkuhan. Orang besar adalah orang yang berani merendahkan hati didepan manusia. Sambutlah era baru NKRI dengan segenap kejutan dahsyat yang akan dan sedang berkangsung mulai sekarang. Kita mendambakan sosok pemimpin welas asih, cerdas dan eling lan waspada kedepannya. Seperti sosok yang diramalkan oleh Jongko Prabu Joyoboyo : Ratu Adil, Satrio Piningit.

Dengan sisa darah Indonesia, maka kita pekikkan " BISA !! Indonesia tetap ada untuk seribu tahun lagi memimpin dunia !!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun