Kasus bullying di lingkungan sekolah masih sangat sering terjadi pada dunia pendidikan di indonesia, mulaidari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi , bahkan sekarang di sekolah kanak-kanak pun kasus bullying sudah terjadi.
      Berdasarkan penilaian siswa internasional atau OECD Programmer for international student Assessment (PISA), sebanyak 41 persen siswa indonesia dilaporkan pernah mengalami perundungan, stidaknya beberapa kali dalam sebulan.  Presentase angka perundungan siswa di indonesia berada di atas angka rata-rata negara OECD yang sebesar 23 persen. Data pengaduan KPAI juga menyebutkan pada tahun 2020 terjadi lonjakan pengaduan perundungan, besarnya angka  ini membuat miris dunia pendidikan di indonesia. Ini baru kasus bullying yang dilaporkan, banyak kasus kekerasan yang tidak dilaporkan sehingga kemungkinan besar angka perundungan di sekolah masih terus meningkat, entah korban merasa takut atau tidak tau harus melapor kemana.
      Apa itu bullying di sekolah ?  bullying disekolah adalah kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainya, kekerasan yang dilakukan siswa bisa disebut kategori bullying diantarana apabila mengakibatkan kerusakan fisik, psikis dan sosial pada korban, yang ke dua kekerasan yang dilakukan secara berulang, memicu tindakan kekerasan lainya dan adanya ketidak seimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Jenis bullying disekolah ada 4 yaitu bullying fisik, bullying verbal ini sangat sering terjadi karena mudah dilakukan akan tetapi sulit diditeksi dan juga tidak memerlukan kekuatan fisik, yang selanjuynta bullYing sosial yaitu bullying untuk melemahkan harga diri korban dengan cara memanipulasi persahabatan, dan yang terakhir adalah cyberbullyin.
      Baru-baru ini terjadi kasus bullying yang melibatka anak artis terkenal, kasus bullying yang dilakukan oleh anak vincent Rompies sedang menjadi sorotan publik, perundungan itu dilakukan di sekolah internasional BINUS school serpong, kasus ini melibatkan beberapa siswa yang masih ditangani oleh polres Tangerang selatan.
      Cook dkk pada tahun 2010 melaporkan bahwa korban bullying lebih sering mengalami gejala depresi, menyakiti diri sendiri, pikiran untuk bunuh diri dan menapai akademik yang rendah , sedangkan mereka yang mejadi pelaku bullying juga tidak lepas dari sikap dan juga perilaku yang kurang baik seperti: suka membolos, sering menentang , merokok dan memakai narkoba serta perilaku kekerasan lai ya. Mereka yang menjadi korban maupun pelaku bullying sering mengalami sakit kepala, sakit punggung, sakit perut, masalah atau gangguang tidur , nafsu makan menurun dan sering mengompol ( gini & pazzoli, 2009).
      Bisa jadi Pelaku bullying juga merupakan korban bullying pada masa lalunya, jadi untuk melampiaskannya meraka akan mencari sasaran yang lebih lemah dari mereka. Bullying juga merupaka prediktor  munculnya gagguan jiwa yang berat seperti ansietas, depresi dan psikotik. Masa depan generasi berikutnya menjadi terganggung dengan adanya bullying ini sehingga perlu adanya usaha taktis dan sistematis untuk melakukan mencegahan dan juga memutus mata rantai bullying di sekolahan.
      Penanganan bullying untuk korban harus dilakukan segera dan pndampingan psikolog untuk dapatkan terapi dan penangan lebih lanjut, berikan perhatian yang memberikan rasa aman dan nyaman dirumah, jadilah teman yang baik bagi mereka yang mendapat perlakuakn tidak baik. Dan penangan untuk pelaku adalah yang pertaman berikan konseskuensi yang tegas dan terukur untuk menunjukan bahwa perilaku tersebut tidak baik dan tidak sesuai dengan norma, nilai dan sistem yang berlaku, selanjutnya cari tahu penyeban pelaku melakukan bullying dan juga menncari solusinya yang tepat, yang terakhir konsultasaikan ke profesinoal kesehatan jiwa apabila ada kesulitan regulasi emosi atau masalah kejiwaan lainnya. Untuk sistem atau lingkungan dapat dilakukan dengan cara memasang CCTV yang memungkinkan setiap area di sekolah terawasi, menciptakan sistem yang membuat bullying bisa terhindari dan menyelenggarakan kegiatan posotof  agar anak dapat berinteraksi dengan sehat, akrab dan kompak.
       Yang yang tak kalah penting peran orang tua untuk memberikan perhatian terhadap perubahan sikap, perilaku dan emosi anak agar lebih cepat emdeteksi apabila ada bullying yang terjadi,  yang kedua mengawasi penggunaan media sosial atau internet terutama konten yang bernuansa kekerasan, dan yang terakhir jadilah sahabat untuk anak dan memberikan pola asuh yang baik untuk anak di masa kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H