Mohon tunggu...
Wilson Tanvis
Wilson Tanvis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Belajar melawan arus pasar!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pedagang "Televisi"

9 Mei 2014   00:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada suatu hari, di sebuah pasar kecil yang bernama AISENODNI, terjadi kericuhan ketika adanya orang yang ingin membeli televisi. Sebelumnya, calon pembeli ini berjalan melewati belasan kios yang menjual televisi, dari yang bobrok sampai yang canggih. Hingga akhirnya, si orang ini terkesan pada sebuah kios merah yang memajang televisi kotak-kotak sederhana yang menarik perhatian. Setelah tanya-jawab dengan pemilik kios, ternyata televisi ini merupakan produk lokal yang ngetrend dalam hitungan tahun.

Sedang asik bertanya, tiba-tiba datang pedagang-pedagang yang berasal dari kios yang lain. Yang terjadi kemudian adalah aksi pemaksaan dari pedagang-pedagang tersebut agar si calon pembeli tidak membeli televisi dari kios merah, melainkan membeli televisi mereka yang dianggap lebih baik. Mereka mengatakan bahwa televisi kotak-kotak belum teruji, belum layak dipakai. Tidak seperti televisi mereka yang dianggap lebih berkualitas dengan umur yang lebih panjang dan pengalaman yang lebih baik, sekaligus menawarkan bonus-bonus seperti membeli televisi yang putih, mendapat televisi yang kuning.

Namun datang lagi pedagang yang lain, menyerang bahwa televisi dari pedagang kedua juga tidak terlalu baik, banyak kasus rusak dimasa lampau, sehingga sangat mengkhawatirkan apabila masih mempercayai kualitas televisi dari pedagang kedua. Datang juga pedagang ketiga, keempat, kelima, keenam dan seterusnya, saling menjelekan!

Keadaan di pasar semakin ricuh ketika tidak hanya para pedagang yang rusuh satu sama lain, hadir kalangan pembeli yang ikut menimbrung pembicaraan. Kalangan pembeli juga tidak mau kalah saing dengan para pedagang, argumen demi argumen dilontarkan dengan menjelekan kualitas dari televisi-televisi yang ada.

Apa yang terjadi dengan calon pembeli yang pertama?

Dengan kebingungan, calon pembeli yang pertama meninggalkan pasar aisenodni TANPA MEMBELI televisi satupun.

...

Saudara-saudara sebangsaku, saya harap ilustrasi seperti ini, mampu menyadarkan para pedagang maupun para calon pembeli untuk tidak menjelekan satu sama lain. Seperti artikel yang pernah saya tulis sebelumnya http://politik.kompasiana.com/2014/04/07/permisi-sampai-kapan-saling-menjatuhkan-645373.html , saya ingin sekali berteriak STOP!! pada situasi perdagangan ini.

Jika para televisi bisa ngomong, saya yakin sebagian besar akan mengatakan hal yang sama. Ingin memberikan kenyamanan bagi pembeli.

Itu saja kegundahan hati saya saat ini, selamat malam :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun