Mohon tunggu...
Willy Johan
Willy Johan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Wartawan yang hobi membaca dan memasak. Berdagang di waktu senggang via online.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jerat Lowongan Pengeleman Benang Teh

26 Oktober 2014   04:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:43 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kompasianer sekalian pernah mendapat selebaran atau membaca iklan di koran mengenai lowongan pekerjaan mengelem benang teh? Banyak yang mungkin terheran – heran, bagaimana bisa pekerjaan yang begitu mudah dihargai dengan upah yang cukup menggiurkan?

Tulisan ini merupakan hasil investigasi sekaligus untuk memenuhi tugas perkuliahan. Salah satu hal yang mendorong saya memilih topik mengenai lamaran kerja ini adalah banyaknya korban yang terjebak dan media mainstream seolah tutup mata (meskipun akhirnya  mendapat perhatian beberapa media). Tulisan ini tidak berdiri sendiri melainkan bagian pertama dari tiga tulisan yang akan saya publikasikan dalam waktu dekat.

Jerat dan Modus Lowongan Kerja Pengeleman Benang Teh

Iklan PT Hadena Indonesia di salah satu koran lokal Jakarta. Terdapat 5 nama b

14142464842109726180
14142464842109726180
erbeda dengan lowongan yang sama.
Bagaikan oasis di padang gurun. Mungkin ungkapan itu cocok bagi lowongan pekerjaan yang ditawarkan PT Hadena Indonesia. Bagaimana tidak? saat para angkatan kerja saling bersaing untuk mengisi lowongan kerja yang terbatas, PT Hadena Indonesia menawarkan pekerjaan yang tergolong mudah dengan upah menggiurkan. Pekerjaannya? Hanya mengelem 200 benang teh per kotak, Anda akan diupah Rp 70.000,- dan berlaku kelipatan.

Sayangnya,  iklan lowongan kerja ini hanya iming-iming untuk mendapatkan anggota baru. Mereka yang termakan rayuan dan menghubungi kontak yang tersedia akan diminta datang ke kantor Hadena yang bertempat di Jakarta Pusat.

Suasana di depan ruko Hadena ini terbilang sepi. Hanya terdapat seorang bapak-bapak berusia 50-an yang berjaga di depan ruko tersebut. Bapak ini cukup sigap manakala ada yang celingukan mencari alamat. “Hadena sini pak!” teriaknya setiap kali melihat orang yang lewat sambil celingukan.

Para calon pendaftar, termasuk saya yang masuk ke ruko tersebut akan langsung ditodong pertanyaan “mau cari siapa, mas/mbak?” oleh resepsionis yang telah bersiaga. Segera setelah saya menyebutkan salah satu nama di iklan, saya langsung disodori kertas seperti lembar absensi dan dimintai uang pendaftaran Rp 5.000,- dan fotokopi kartu identitas.

Tahap selanjutnya adalah wawancara. Sebut saja Nita (nama samaran) namanya, wanita paruh baya yang menjadi salah satu dari empat pewawancara yang stand by di meja masing-masing. Wanita berkulit sawo matang ini berbicara panjang lebar mengenai keuntungan yang didapatkan setelah para calon resmi menjadi anggota PT Hadena Indonesia. Keuntungan yang dimaksudkan antara lain, komisi pengeleman benang teh per kotak sebesar Rp 70.000,-; komisi bulanan sebesar Rp 50.000,- yang dapat bertambah seiring penambahan anggota atas rekomendasi peserta; dan komisi Rp 75.000,- untuk setiap anggota baru yang bergabung atas rekomendasi peserta tersebut.

Tapi tunggu dulu. Setiap calon pendaftar yang ingin menjadi anggota PT Hadena Indonesia dan mendapatkan keuntungan tersebut harus merogoh kocek sebesar Rp 250.000,-. Setiap orang mungkin akan berpikir uang pendaftaran ini cukup layak jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat setelah menjadi anggota PT Hadena Indonesia.

Tahan dulu. Setelah pendaftaran, anggota akan diberikan kartu anggota dan satu kotak benang teh (isi 200) untuk dikerjakan. “Untuk awal, mas diberikan satu (kotak) dulu,” ujar Nita. “Setelah pengembalian ini mas akan diberikan pembinaan,” ujarnya lagi sambil membereskan berkas milik saya. Jawabannya menggantung meskipun berulang kali saya bertanya pembinaan apa yang akan diberikan. “Pokoknya mas ingin mendapatkan pengalaman lebih dari satu kotak, kan? tunjukin dulu kualitas mas,” tutupnya.

Singkat cerita, saya mengembalikan benang teh yang sudah selesai dilem pada tanggal 28 Mei 2014. Bapak-bapak yang berjaga di depan ruko menyapa saya yang saya balas dengan senyuman tipis. Tanpa basa-basi saya langsung meluncur ke meja kasir yang letaknya di samping meja pewawancara keempat. Saat itu suasana lebih ramai dari saat pertama saya datang ke Ruko tersebut. Seluruh meja pewawancara terisi penuh oleh para pendaftar baru. Belum lagi 3 orang yang sedang menunggu giliran untuk diwawancara.

Udin: Dulu saya cuma kuli

Seperti yang diisyaratkan pada saat wawancara, saya dipertemukan dengan “sang pembina”. Pria dengan rambut klimis dan senyum yang sumringah ini memberikan gaya bicara yang cukup meyakinkan.

“Dulu saya bekerja sebagai kuli bangunan. Kemudian saya menemukan brosur Hadena yang penuh dengan cap kaki. Sekarang, setelah tiga tahun saya telah menjadi karyawan PT Hadena Indonesia,” ujarnya dengan kebanggaan di raut wajahnya.

1414246582190805990
1414246582190805990

Inti dari pertemuan yang berlangsung sekitar 20 menit-an adalah terkait pengeleman serta komisi yang didapat anggota. Penjelasan Udin (nama samaran) bahwa untuk mendapatkan pengeleman selanjutnya, anggota yang baru bergabung harus bergerilya mencari 5 anggota lain untuk mendapatkan 5 kotak pengeleman. Jika tidak mampu, anggota hanya akan mendapatkan komisi bulanan Rp 50.000,-. Eitss, jangan senang dulu! komisi bulanan ini diberikan dalam bentuk produk PT Hadena Indonesia yakni dua kotak teh (5 teh/kotak).

Tidak sampai disitu, upah pengeleman yang dijanjikan sebesar Rp 70.000,- menciut menjadi Rp 35.000,-. Udin berdalih, bahwa sistem ini lebih menguntungkan anggota. Pasalnya, terlepas dari komisi pengeleman, anggota telah mendapatkan keuntungan dari komisi perekrutan anggota baru sebesar Rp 75.000,-. Lanjutnya, dia bahkan menegaskan bahwa anggota tidak diwajibkan mengelem dan komisi Rp 35.000,- akan tetap diberikan asalkan ada perekrutan anggota baru. Jadi, bagaimana? masih berminat bergabung?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun