Mohon tunggu...
Willyday Namali
Willyday Namali Mohon Tunggu... Seniman - Pelinting Bunyi

Komposer Karawitan / Kreator Gamelan / Audio Engineering

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Harmoni Pendawan: Wajah Baru Konser Gamelan

24 Februari 2021   15:30 Diperbarui: 24 Februari 2021   16:27 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bismantaka Talidarma - Dok. pribadi, hasil screenshot akun YouTube Sisih Selatan Studio

Pemutaran arsip keempat, karya Bima Aris berjudul "Bismantaka Talidarma" dengan total durasi 16'14. Dari segi penamaan reportoar, judul ini dipahami Aris dengan arti 'kesatria pemberani yang selalu menjalankan darma', selaras dengan tokoh Basukarna yang diceritakannya dalam komposisi. Walaupun kisah epik Mahabharata telah menjadi inspirasi ribuan seniman di Jawa selama berabad-abad, Aris tetap berani dengan memunculkan narasi lama melalui medium Gamelan yang dikemas dengan wajah baru.

Berbeda dari karya Shandro yang kukuh dengan trinitasnya, Aris lebih menonjolkan konsep ricikan ganda yang diwakili oleh laras Slendro dan Pelog. Konsep tersebut dapat dilihat dari formasi yang digunakan dalam reportoar, seperti: 2 Gender Barung (Sl. dan Pl. Bem), 2 Slenthem (Sl. dan Pl.), 2 Bonang Barung (Sl. dan Pl.) dalam 1 rancak, Kempul duduk (Sl. dan Pl.), serta Gong Suwuk-Ageng (Sl. dan Pl.). Instrumen lainnya, adalah: Gambang (Pl. Bem), 4 Suling Jawa (6 lubang), Rebab Jawa, Bedhug Alit, dan juga Sindhen. Semua ricikan yang terkesan ramai tersebut hanya dimainkan 7 orang, tentunya dengan pergantian posisi di setiap bagiannya. Tak lupa juga, kehadiran instrumen Barat berupa Flute dan Violin menjadikan nuansa dari karya ini berbeda jauh dengan reportoar lainnya.

Perihal gagrak, Aris dengan tegas mengatakan bahwa karya ini tidak menganut gagrak manapun dalam landasan musikal alias karawitan lepas. Walaupun karya ini kental dengan peleburan Slendro dan Pelog, Aris dengan tidak sombong mengatakan kepada penulis, "Aku lebih seneng kalau garapanku disebut kreasi.". Yang menjadi fokus dari penulis, karya ini sangat terasa Barat-isme atau memiliki kesan diatonis dibandingkan reportoar lainnya. Hal tersebut telah dikonfirmasi pengkarya, bahwa secara pemilihan laras Gamelan sebenarnya tidak mengarah ke diatonis, namun cita rasa tersebut kuat dengan hadirnya motif vokal yang cenderung memakai sistem solmisasi tanpa menghilangkan cengkok Jawa yang menjadi landasan motif Sindhen-an. Pernyataan komposer tersebut tentu menjadi nilai khusus yang memperkuat jati diri atau kekhasan gaya dari karya-karya Aris. Alasan lain yang sejalur, mungkin karena kuatnya porsi pada permainan flute, dan sejenisnya.

Upaya yang terkesan ngawur dari Aris mengenai penggabungan laras Slendro dan Pelog, rupanya juga perlu disambut baik oleh kalangan pecinta Gamelan. Komposer juga terlihat tidak ragu untuk mengangkat kisah yang sebenarnya telah umum digarap oleh pelaku seni. Artinya, secara tidak langsung Aris meyakini bahwa dirinya mempunyai resep menarik dan gagasan kebaruan yang dapat menghidupkan kembali barang yang telah mati atau dianggap membosankan untuk diangkat sebagai sumber inspirasi karya.

KUNJANA PAPA

Pertunjukan terakhir dari streaming ini, adalah karya "Kunjana Papa" oleh komposer Kepek. Karya berdurasi 17'45 ini melibatkan beberapa jenis ricikan, diantaranya: tiup, gesek, membran kulit, wilah gantung, pencon duduk, pencon gantung, serta pencon gantung yang diposisikan sebagai pencon duduk, yang mana semua dari ricikan tersebut dimainkan oleh 6 orang.

Berkenaan dengan muatan isi, karya "Kunjana Papa" sangat terinspirasi dari folklore Suminten (populer di daerah Ponorogo dan sekitarnya) yang umumnya diwujudkan dalam sajian lakon Ketoprak (Mataram) berjudul "Suminten Edan". Isi tersebut sesuai dengan judul yang disematkan pada karya dan diyakini komposernya dengan arti 'perasaan sedih yang amat dalam'. Yang menjadi perhatian, bahwa karya ini tidak semerta-merta memunculkan emosi kesedihan dalam suasana musikal, melainkan dikemas dengan pemeranan pada tiap ricikan yang jika dimainkan secara bersama-sama akan memunculkan kesan dissonant. Keenam niyaga dalam "Kunjana Papa" memerankan tokoh yang berbeda, diantaranya: Adipati Ponorogo, Istri Adipati Ponorogo, Raden Mas Subroto, Raden Sasongko, Raden Mas Secodarmo, dan Suminten.

Dikaji dari aspek gagrak, sangat terlihat jelas bahwa Kepek sengaja memadukan 2 gagrak berbeda dalam satu komposisi, yakni gagrak Ponorogo (seperti iringan Reog) dan gagrak Mataman (seperti iringan Ketoprak). Kedua gagrak tersebut kadang ditonjolkan dalam beberapa bagian, namun juga terdapat banyak peleburan motif sehingga mengaburkan sekat pada gaya musikal. Yang patut dikritisi, mengapa motif permainan Kendhang Reog sangat sedikit dalam karya ini?, mengingat bahwa umumnya Kendhang Reog menjadi maskot utama dalam gendhing-gendhing gagrak Ponorogo. Dengan tegas pertanyaan terssebut dijawab Kepek melalui wawancara, "Karena tokoh yang diperankan oleh pemain Kendhang Reog bukan karakter yang cerewet seperti lawannya. Seperlunya saja dimainkan pada bagian-bagian krusial.".

Kesimpulan yang dipahami penulis mengenai karya "Kunjana Papa", bahwa pengemasan komposisi ini sangat menggunakan metode dramatik dengan pemeranan pada tiap personal. Kelebihan yang patut diapresiasi, bahwa Kepek cukup berhasil menampakkan kesan-kesan anti-kenyamanan pada struktur musikal, sehingga audience dituntut untuk mampu mendengarkan secara lebih peka terhadap tabrakan tempo yang dihasilkan beberapa ricikan secara bersamaan.

Bismantaka Talidarma - Dok. pribadi, hasil screenshot akun YouTube Sisih Selatan Studio
Bismantaka Talidarma - Dok. pribadi, hasil screenshot akun YouTube Sisih Selatan Studio

Kunjana Papa - Dok. pribadi, hasil screenshot akun YouTube Sisih Selatan Studio
Kunjana Papa - Dok. pribadi, hasil screenshot akun YouTube Sisih Selatan Studio

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun