Selain itu, program pembangunan harus dilakukan dua periode dan apabila pembangunan dilakukan dalam satu periode, mengakibatkan program pemerintah tidak maksimal. Sikap beberapa DPW PAN ini berbeda dengan Dewan Pimpinan Pusat PAN yang mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.Â
Seperti yang kita ketahui, bahwa Partai Amanat Nasional (PAN) yang selama ini dikenal sebagai partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Adil dan Makmur (KIAM) merupakan salah satu lumbung suara terbesar dalam Pemilu. Keretakan yang terjadi dalam koalisi menunjukkan rendah dan kurangnya komitmen yang dibangun pasangan Prabowo-Sandi dengan partai politik pengusung ditengah konstestasi Pilpres 2019.Â
Hal ini juga menunjukkan bahwa Prabowo-Sandi tidak bisa mengontrol serta meyakinkan parpol bahwa dirinya merupakan pilihan dan pasangan yang tepat untuk mengemban amanah dalam memimpin Indonesia kedepannya.Â
Selain itu, dalam menghadapi pesta demokrasi dalam memilih pemimpin, setiap koalisi bertanggungjawab dalam memberikan contoh yang positif untuk menunjukkan dan meyakinkan masyarakat untuk memilih kandidat Capres dan Cawapres yang mereka usung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar memiliki kapabiitas yang mumpuni dalam mebawa Indonesia menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H