Stigma dan Ketidakpahaman
Mayoritas masyarakat Indonesia masih memandang gangguan mental dengan stigma negatif. Tak jarang tindakan diskriminatif terhadap penderita gangguan kesehatan mental membuat mereka semakin sulit untuk memulihkan kesehatan mentalnya. Ketidak pahaman keluarga dan masyarakat yang sudah berkembang luas membuat penderita gangguan kesehatan mental sulit untuk memberdayakan dirinya. Mereka sering dianggap tidak bisa mengambil keputusan, tidak cerdas dan sulit dipahami. Tak jarang stigma negatif ini diwujudkan dalam bentuk hinaan, pengasingan dan penolakan sehingga penderita kesulitan untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang layak.
Keterbatasan Tenaga Ahli
Di negara berkembang, gangguan kesehatan mental bisa menjadi permasalahan yang serius. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya jumlah tenaga kesehatan maupun fasilitas pelayanan kesehatan mental. Di negara maju, jumlah psikiater rata-rata 170 kali lebih banyak daripada jumlah psikiater di negara berpendapatan rendah dan sedang. Demikian pula dengan jumlah perawat juga lebih banyak 70 kali lipat. Sedangkan di negara berkembang, setidaknya hanya ada 0,05 psikiater dan 0,42 perawat untuk setiap warganya.
Permasalahan gangguan mental di negara berkembang seperti Indonesia memang belum mendapatkan penanganan yang serius. Tapi, bukan berarti permasalahan mental ini bisa dibiarkan begitu saja. Anda bisa turut serta mengurangi potensi meningkatnya gangguan kesehatan mental ini dengan mengedukasi diri dan masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H