"Kami melihat hasil percobaan ini memberikan sinyal bahwa... reaksi yang lebih sering akan terjadi pada pemberian vaksin campuran, dan [dalam] kelompok usia yang lebih muda mungkin akan ada lebih banyak reaksi."
Apa yang bisa disimpulkan dari data penelitian ini adalah bahwa mengimunisasi satu kelompok pasien di hari yang sama dengan vaksin campuran akan menimbulkan kondisi tidak ideal.
Kelompok tersebut akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk memulihkan diri dari efek samping vaksin.
"Di negara-negara yang mulai berpikir untuk menggunakan sistem vaksinasi campuran... mereka mungkin perlu mengantisipasi efek samping yang menyebabkan aktivitas terhenti, apalagi ketika vaksinasi ditujukan kepada kelompok vital seperti tenaga kesehatan."
"Reaksi seringkali berhubungan dengan stimulasi dari respon imun bawaan, jadi... bagian fundamental dari respon imun adalah dengan mengirimkan sinyal inflamasi - apakah vaksin campuran memberikan  imunitas yang lebih besar, kami belum mengetahuinya," kata Snape.
Data terkait efikasi dari vaksinasi pertama dan kedua dengan merek berbeda dalam memunculkan respon kekebalan diharapkan dapat muncul dalam beberapa minggu mendatang.
Percobaan dari Universitas Oxford juga mengevaluasi dampak dari pemberian dosis vaksin pertama dan kedua dengan selang waktu 12 minggu.
Studi lain yang disebut Com-Cov2 akan menilai dampak yang dialami partisipan yang menerima vaksin Oxford / AstraZeneca atau Pfizer / BioNTech untuk dosis pertama, dan kemudian mendapatkan vaksin Moderna atau Novavax untuk dosis kedua.
Sumber tulisan: "More frequent side-effects reported mixing Pfizer and Oxford Covid jabs, study suggests"
Baca juga fakta terkait vaksin AstraZeneca: Bagian Pertama dan Bagian Kedua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H