Peserta kemudian melaporkan sendiri efek samping yang dialami selama tujuh hari setelah menerima dosis kedua.
Dari perbandingan awal, pemberian vaksin dengan dosis campuran memicu lebih banyak efek samping.
Misalnya, demam dilaporkan oleh 34% pasien yang mendapatkan suntikan vaksin Oxford / AstraZeneca diikuti oleh Pfizer / BioNTech; dan 41% dari mereka yang diberi Pfizer / BioNTech diikuti oleh Oxford / AstraZeneca.
Sementara itu, hanya 10% dari responden yang melaporkan demam setelah menerima kedua dosis Oxford / AstraZeneca; dan 21% melaporkan gejala yang sama pada kelompok yang menerima dua dosis Pfizer / BioNTech.
Statistik serupa juga teramati untuk gejala seperti menggigil, kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, malaise, dan nyeri otot.
Secara keseluruhan, setiap reaksi negatif yang muncul bersifat pendek dan tidak ada masalah lain yang perlu menjadi perhatian, menurut data yang diterbitkan dalam bentuk surat di jurnal Lancet.
Matthew Snape, kepala penyelidik dan profesor madya dalam bidang pediatri dan vaksinologi di Universitas Oxford menjelaskan hasil penelitian.
Katanya, "Reaksi ini telah kami perkirakan dari pemberian vaksin campuran... dan reaksi tersebut kurang lebih sama dengan jenis reaksi yang Anda temukan pada pemberian vaksin mengikuti standar."
"Hanya saja persentase efek samping muncul lebih sering terjadi kepada pasien penerima vaksin campuran, " ujarnya.
Meskipun peserta uji coba berusia 50 tahun ke atas, data dunia nyata menunjukkan bahwa kelompok usia yang lebih muda cenderung memiliki reaksi yang lebih kuat terhadap vaksin, ucapnya.
Baca juga: "Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia: Manfaat dan Cara Mendapatkan di Indonesia"