Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Simak! 5 Fakta K.R.T Hardjonagoro, Inspirasi Google Doodle dan Pelopor Batik Indonesia

11 Mei 2021   11:11 Diperbarui: 11 Mei 2021   12:13 1796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Google Doodle kembali menghiasi halaman utama Google Indonesia hari ini

Pada 11 Mei 2021, Google menampilkan seorang pria memakai pakaian adat Jawa memegang ukiran batik bertuliskan Google.

Baca juga: "Menanam Pohon untuk Masa Depan: Ajakan Google Doodle pada Earth Day"
"Google Doodle Promosikan Pencegahan Covid-19 dengan Masker dan Jaga Jarak"

Ternyata, Google Doodle memperingati hari kelahiran K.R.T Hardjonagoro, seorang budayawan batik dan sastrawan asal Surakarta.

Harjonagoro lahir pada 11 Mei 1931, dan menyandang nama Tionghoa yaitu Go Tik Swan.

Berikut sejumlah hal menarik terkait K.R.T Hardjonagoro yang perlu kamu ketahui:

1. Lahir dari keluarga pembatik


K.R.T Hardjonagoro adalah putra sulung keluarga Tionghoa di kota Solo (Surakarta).

Kedua orangtuanya adalah keturunan pemuka masyarakat Tionghoa pada saat itu.

Ayahnya adalah cucu dari Lieutenant der Chinezen di Boyolali; sedangkan Ibunya cucu Lieutenant der Chinezen dari Surakarta.

Karena kedua orangtuanya sibuk dengan usaha mereka, Tik Swan diasuh oleh kakeknya dari pihak ibu, Tjan Khay Sing, seorang pengusaha batik di Solo.

2. Tertarik kepada Batik dan Budaya Jawa sejak masa kecil

Sejak kecil Go Tik Swan biasa bermain di antara para tukang cap, dengan anak-anak yang membersihkan malam dari kain, dan mencucinya.

Mereka yang membubuhkan warna coklat dari kulit pohon soga, dan orang-orang yang menulisi kain dengan canting.

Ia juga senang mendengarkan mereka menembang dan mendongeng tentang Dewi Sri dan berbagai cerita tradisional Jawa.

Dari mereka, ia belajar mengenal mocopat, pedalangan, gending, Hanacaraka, dan tarian Jawa.

Tidak jauh dari rumah kakeknya, tinggallah Pangeran Hamidjojo, putra Paku Buwana X, seorang indolog lulusan Universitas Leiden dan juga penari Jawa klasik.

Di rumah sang pangeran selalu diadakan latihan tari yang sejak awal sudah mempesona Tik Swan.

Sementara itu Pangeran Prabuwinoto membangkitkan minat Go Tik Swan pada karawitan Jawa.

3. Cinta kebudayaan Jawa

Tik Swan dikirim bersekolah di Neutrale Europesche Lagere School bersama warga kraton, anak-anak ningrat, anak-anak pemuka masyarakat, dan anak-anak pembesar Belanda.

Seusai perang, Tik Wan belajar di MULO Semarang. Ia lulus dari VHO Voortgezet Hooger Onderwijs (VHO) di Semarang.

Orangtuanya menginginkan Tik Wan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Baca juga: "Mengenal "Dokter Marie Thomas" yang Muncul pada Google Doodle"
"Empang Raksasa Jakarta hingga Google Doodle Bang Ben"

Namun, ia sudah terlanjur jatuh cinta pada kebudayaan Jawa.

Ketika belajar di Jakarta, Tik Swan sering berkunjung ke rumah Prof. Poerbatjaraka.

Di sana, Tik Swan berlatih menari Jawa dalam perayaan Dies Natalis Universitas Indonesia.

Ia bersama rombongannya diundang menari di istana.

Tariannya sempat membuat Presiden Soekarno sangat terkesan karena Tik Swan memang menari dengan sangat bagus, sementara boleh dikatakan tidak ada keturunan Tionghoa yang tertarik untuk menari Jawa.

Tik Swan pun saat itu sudah menggunakan nama Hardjono.

4. Pelopor Batik Indonesia

K.R.T. Hardjonagoro sendiri dikenal di industri batik karena kedekatannya dengan presiden Republik Indonesia (RI) pertama, yaitu Soekarno.

Awalnya, Bung Karno yang baru mengetahui bahwa Tik Swan, sosok yang biasa menari di Istana Negara, ternyata berasal dari keluarga pembatik.

K.R.T. Hardjonagoro lantas diminta untuk menciptakan "batik Indonesia", batik dengan pola dan warna unik dan beragam, sekitar tahun 1957

Ia tergugah, lalu pulang ke Solo untuk mendalami segala sesuatu tentang batik, termasuk sejarah dan falsafahnya.

Hubungannya yang akrab dengan keluarga kraton Solo memungkinkan Tik Swan Hardjono belajar langsung dari ibunda Susuhunan Paku Buwana XII yang memiliki pola-pola batik pusaka.

Pola-pola batik langka yang tadinya tidak dikenal umum maupun pola-pola tradisional lain digalinya dan dikembangkannya tanpa menghilangkan ciri dan maknanya yang hakiki.

Pola yang sudah dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya coklat, biru dan putih kekuningan seperti yang lazim dijumpai pada batik Solo-Yogya. Lahirlah yang disebut "Batik Indonesia".

Terobosan baru yang dilatar belakangi pemahaman yang mendalam tentang falsafah batik, selera yang baik dalam merancang pola, komposisi dan warna serta kehalusan pengerjaannya, menyebabkan batik Go Tik Swan menjadi rebutan kaum wanita golongan atas.

Saat ini batik-batik Harjonagoro banyak yang menjadi koleksi museum-museum di Eropa, Amerika, Australia maupun koleksi pribadi orang-orang yang menghargai batik bermutu tinggi.

Sejak itu, banyak perancang batik di Tanah Air menjadikan K.R.T. Hardjonagoro alias Tik Swan sebagai pelopor batik.

5. Memiliki Minat Mengembangkan Budaya Jawa Lainnya

Selain melakukan berbagai penelitian di bidang kebudayaan, berpameran, dan menjadi pembicara tentang batik di mancanegara, semasa hidupnya, K.R.T. Hardjonagoro sempat menjabat sebagai Ketua Presidium Yayasan Radya Pustaka yang mengelola Museum Radya Pustaka di Solo.

Ia juga sempat menjabat sebagai anggota Dewan Empu di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Ia juga mendirikan tempat pembuatan keris di Yogyakarta dengan bantuan The Ford Foundation dari AS serta membidani kelahiran hampir semua tempat pembuatan keris di Jawa dan Bali.

Atas jasanya, dia mendapatkan berbagai penghargaaan. Dua di antaranya adalah Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah RI (2001) dan Bintang Srikabadya dari Keraton Surakarta.

Baca juga: "Jadi Google Doodle, Rosi Kangen Chrisye"
"Google Doodle Memperlihatkan Tradisi Mudik Indonesia di Mata Dunia"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun